Rabu, 16 Oktober 2013

G A L A T A W A



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Hari  minggu  4 September 1994.  Fakultas  Kedokteran  dalam

rangka merayakan Dies Natalisnya yang ke 39, menggelar  kompetisi

Galatawa.  Yaitu pertandingan sepak bola yang penuh dengan  gelak

dan  ketawa  di GOR H Agus Salim. Galatawa,  karena  pertandingan

sepak  bola itu penuh tawa dan canda, tidak memenuhi aturan  FIFA

karena  ini semata-mata pertandingan keakraban  dan  persahabatan

antara mahasiswa dan dosennya dan dosen dengan Detail man.  Piala

akhirnya di rebut oleh staf dosen setelah menjalani  perpanjangan

waktu.  Diatas kertas dan diatas lapangan,  seharusnya  kompetisi

hari  itu di menangkan oleh mahasiswa, karena mereka masih  muda-

muda,  larinya kencang, tehnik permainannya cukup  tinggi  karena

sering  latihan, mereka jauh lebih gesit. Melihat hal yang  demi­

kian  staf dosen tiap sebentar ganti pemain. Yang  lucunya  dalam

penggantian pemain ini, tidak ada pemain yang keluar, tapi banyak

yang  masuk,  sampai akhirnya saya hitung pemain dari  dosen  ini

membludak  jadi 21 orang, lawan mahasiswa 11 orang.  Namun  masih

saja  sang  dosen terengah-engah, maklum sudah  pada  tua,  hanya

semangat bertanbing saja yang tinggi. Pada detik-detik  terakhir,

score  masih  sama 0-0, tidak ada yang menang dan  tak  ada  yang

kalah.  Pada saat itulah sebuah umpan manis dari Prof Dr  Syafril

Syahbuddin yang juga sebagai dekan dan sebagai kapten, dapat saya

manfaatkan.  Bola itu saya giring, memasukki  jantung  pertahanan lawan, saya arak saya kilik, beberapa pemain belakang dapat  saya
lewati.  Penontonpun bersorak memberi semangat,  ada  yang  berte  riak  "  Ayo Maradona", semangat saya terbakar  berlagak  seperti Maradona. Tapi penonton tidak tahu, sewaktu saya menggiring  bola itu, saya bisikkan pada yang datang menghadang "Jangan halangi” !,buat seakan-akan benar-benar kejadian". Maka si mahasiswa itupun
pura=pura  membayangi,  tapi memberi kesempatan. Masuk  ke  titik penalti,  bola terus saya giring sampai berhadapan dengan  kiper, tapi  nafas sudah sesak, tenagapun berkurang, sehingga bola  yang saya  tendang ke gawang, dapat di jepit oleh kiper  dengan  kedua kakinya. Usaha dan jerih payah saya sia-sia, tapi saya tak  kehi­langan  akal. Saya perintah kiper itu dengan  sedikit  "Ancaman". "Buka  kakimu". Kiperpun membuka kakinya dan bola terlepas,  lang­sung bola yang muntah dari kiper saya sambar, dan saya arahkan ke pojok  gawang.  Jala  gawangpun bergetar,  gol  tunggal  tercipta melalui  tendangan  kaki yang manis. Saya meloncat  ke  girangan, penontonpun  bersorak,  wasit diam, tidak meng  anulir  gol  yang berisi ancaman ini. Dalam sorak penonton, ada yang gembira,  tapi ada  pula  yang  menyoraki, karena permaianan  tidak  adil  penuh dengan  kelicikkan  dan diatas ancaman. Namun  namanya  kompetisi Galatawa, semua boleh-boleh saja. Akhirnya pluit panjang berbunyi dan pertandinganpun usai. Kami bersalaman dan berangkulan, antara dosen  dan  mahasiswa. Semua ketawa, semua  gembira.  Staf  dosen gembira  karena kemenangan yang di perolehnya, mahasiswapun  gem­bira karena dapat berbuat sesuatu untuk gurunya dan dapat  menye­nangkan  hati  gurunya. Wasit Ujangpun  tersenyum-senyum,  karena toleransi dan kemudahan yang di berinya dapat memenangkan  dosen. Saya angkat tinggi-tinggi piala yang di perebutkan itu, lalu saya cium. Dan blitz pun menyala, kami di fota, bagaikan Maradona yang mengakat tinggi-tinggi dan mencium piala dunia. Memang  dalam pendidikkan  dokter  selalu  diajarkan  bahwa sesama  dokter  itu ditanamkan rasa korps  yang  tinggi.  Saling menghargai dan saling menghormati sejawatnya. "Saya akan  memper­lakukan  sejawat sebagai audara kandung". Saya akan memperlakukan orang lain, sebagaima saya ingin di perlakukan. Sakitnya sakitku  Jua. Dukanya  dukaku jua, dan cerianya ceriaku jua. "Sikap  yang  tak terpuji  ialah" Kata guru etik kedokteran sewaktu saya di  bangku kuliah  "Seorang mencemeeh sejawatnya, melecehkan  dan  menghina, apalagi  di hadapan orang ramai". Kalau kamu tak bisa membela sejawatmu, lebih baik kamu diam saja, jangan ikut-ikutan menjelekkan sejawatnya. "Benar" Kata saya dalam hati  sambil  men­gangguk dan menyimak, seakan-akan mendengar pesan Rasul :"Janganlah  satu kelompok menghina kelompok yang lain, belum tentu  yang menghina  itu lebih baik dari yang dihina" ; Sabdanya  yang  lain "janganlah kamu membenci seseorang, boleh jadi yang kau benci itu jadi kekasihmu". "Janganlah dengki" Sabda Rasul dikali yang  lain " Sesungguhnya dengki itu akan memakan kebaikkan se akan-akan api memakan  kayu bakar yang rapuh dan mersik". Karena  orang  dengki itu tak rela melihat kelebihan orang lain. AL-Qur'anpun  berpesan "Janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan janganlah kamu berpur­basangka, karena semua itu adalah dosa. "Jangan sombong,  karena tak  akan masuk  ke syurga sesorang, apabila  ada  sebutir  rasa sombong didalam dadanya". Sesudah  bertanding  lalu saya merenung  "Kami bisa  menang karena kami punya sedikit kekuasaan dan kelebihan" Sebagai  dosen kami  berkuasa  pada  mahasiswa, apa yang kami katakan  akan  diturutinya. Padahal sebentar lagi kalau mereka sudah tamat,  mahasiswa  itu langsung jadi teman sejawat, Duduk sama  rendah  tegaksama  tinggi.  Tapi kekuasaan yang sedikit  itu saya  manfaatkan untuk  merebut  piala, walaupun itu namanya piala Galatawa.  Oh betapa mudahnya satu kekuasan di selewengkan, dan betapa mudahnya dengan kekuasaan mencapai tujuan. Betapa beratnya tanggung  jawab seseorang  terhadap  kekuasaan  yang dipikul  dan  di  percayakan padanya. Di lapangan hijau tadi, saya merasa sedikit bersalah,  mema­merkan segala kekuasaan dan kekuatan saya untuk mempengaruhi  dan menekan  mahasiswa. Tapi untunglah mahasiswa mengerti  bahwa  ini hanya  untuk  Galatawa, untuk tertawa dan bergembira.  Dan  dalam hati  saya  mengakui bahwa yang sebenarnya jadi  pemenang  adalah mahasiswa,  yang  dengan kemurahannya, mengantarkan  bola  kekaki dosen, dan dengan kerelaannya, mau membukakan kakinya yang  telah menjempit  bola. Kalau  buka karena semua itu,  dosen  tak  akan menang.
Untuk  semua  ceritra diatas saya teringat  pesan  AL_Qur'an dalam surat  Al Hujarat ayat 11-12  :"Hai  orang-orang  beriman, janganlah  suatu  kaum mengolok-olokkan kaum yang  lain  (karena) boleh jadi mereka yang di olok-olokkan itu lebih baik dari mereka yang di olok-olokkan itu.
Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya  sebagian prasangka itu adalah dosa.  Dan  janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain".

P a d a n g 4 September 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar