Oleh dr H K Suheimi
Wahai orang-orang ber iman, di wajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana di wajibkan atas
orang-orang yang sebelum kamu, agar
engkau menjadi orang yang takwa". Manusia bukanlah satu-satunya makhluk
hidup yang menjalani puasa. Semua makhluk
dibumi ini menjalani suatu fase
dimana mereka berpuasa walaupun mereka sedang berada pada lingkungan
yang penuh dengan makanan : binatang darat, burung, ikan, serangga, semuanya
berpuasa: malah tumbuh-tumbuhanpun berpuasa.
Ada binatang yang tetap tinggal disaranngnya berhari-hari, malah berbulan-bulan tidak bergerak dan tidak makan. Demikian pula ada jenis burung yang
tetap tinggal di sarangnya tanpa makan
pada musim-musim tertentu setiap tahun.
Seperti burung elang dan enggang
sewaktu bertelur, mengerami telur itu dan sewaktu menjaga anaknya.
Diantara jenis ikan ada yang membenamkan dirinya
didasar laut atau sungai untuk jangka waktu tertentu tanpa makan. Bahkan ikan
Mujair, kalau sedang beranak, dia
memelihara dan menjaga anaknya dengan menyimpan anak tu didalam
mulutnya, sampai anak itu
bisa berdiri sendiri. Dalam melindungi anak
itu, Mujair berpuasa, walaupun
di depan mulutnya ada makanan,
ditahannya dirinya, di tahanya seleranya, dia berpuasa.
Seranggapun menjalani suatu fase kehidupan, dimana
mereka berkumpul dan berpuasa. Sesudah
melaksanakan puasa, makhluk-makhluk ini
muncul kembali dengan kegiatan yang lebih dinamis dan segar dan menarik,
dan mulailah mereka ber kawin dan ber nyanyi. Seranggapun keluar dari
sarangnya, makan dengan lahap dan
berkembang biak dengan cepat. Sekiranya makhluk diatas, yang hidup dengan
naluri, dimana puasanya dapat
dipandang sebagai suatu gejala
fisiologi dan respon terhadap
faktor-faktor alam.Baginya puasa
adalah suatu keharusan hidup dan
menimbulkan kesehatan serta ke gairahan.
Satu kali saya menyaksikan ular bertukar
kulit, ditinggal kannya kulit
yang lama, yang sudah buruk,
sudah rapuh, sudah kabur
tidak bercahaya lagi dan tidak segar, sudah hilang
warna warninya. Lalu di pakainya
kulitnya yang baru, berkilat, bercahaya,
berwarna, berlendir, muda dan awet. Kelihatan ularnya lebih cakap, lebih muda, dan geraknya lebih lincah.
Kesana-kemari dia bergerak dengan gesitnya, mencari mangsa dan tampak
lebih kuat.
Waktu saya tanya
ahlinya, ternyata ular itu bisa bertukar
kulit, karena dia berpuasa. Di tahannya dirinya, walaupun didepan matanya
melintas, kodok, ayam dan burung, namun ular itu tetap saja diam
dan tenang, karena dia berpuasa dan dia yakin setelah berpuasa
dia keluar mejadi makhluk yang
lebih berguna dan
lebih sehat serta kuat. Tidak
mungkin ular bisa bertukar kulit kalau dia tergoda, lalu menyantap makanan
yang lewat. Manusiapun demikian, dia
membutuhkan puasa, persis seperti
kebutuhan manusia terhadap makanan,
udara atau bernafas, gerak dan
tidur. Setiap makhluk hidup
jika tidak diberi
kesempatan untuk tidur, bergerak, maka tubuhnya akan menderita
bermacam-macam penyakit. Demikian
pula sekiranyaia tidak
menjalankan puasa, maka tubuhnya akan diserang oleh bermacam-macam penyakit.
Apa yang berlaku
terhadap binatang ini, jelas berlaku pula terhadap manusia. Puasa menyebabkan pembaruan dan penyegaran
jaringan tubuh, terutama kelenjer
hormon. Semua ini
menjelaskan kepada kita, kenapa binatang, burung dan cacing
lebih aktif dan cepat berkembang sesudah
melewati masa-masa berpuasa. Puasa
melatih kemaun dan pengendalian diri sejak dari masa kanak-kanak. Anak-anak
yang melihat makanan dihadapannya
dan berkeinginan memakannya, tetapi
dia dapat menahan diri
baik terang-terangan maupun dalam
keadaan sembunyi; maka kanak-kanak
ini akan menjadi manusia yang mempunyai
daya tahan yang tinggi
dan kemauan yang
keras.
Puasa mengajarkan
sabar, dia mampu bersabar menolak
panggilan perutnya. Orang berpuasa
adalah orang yang sabar menghadapai problema dan tekanan hidup. Lihatlah kupu-kupu,
pelajaran apa yang dapat kita
petik darinya? Kupu-kupu sayapnya indah berwarna-warni, kumisnya bagus badannya ramping, jelas mana yang pinggang dan mana
yang leher.
Semua orang
menyayanginya dan
menyanyikannya. Kupu-kupu yang lucu, kemana engkau terbang, hilir mudik
mencari, bunga-bunga nan kembang.
Kedatangannya diharapkan oleh bunga,
karena kalau dia hinggap pada
bunga dia dapat
mengawinkankan bunga-bunga itu. Bukan hanya bunga, semua orang sampai
anak-anakpun menyayanginya. Bentuknya
indah perangainyapun baik, dia hanya mau
hinggap ditempat-tempat yang
indah, pada sari-sari bunga. Yang
dimakan nyapun juga yang baik-baik, dia selalu memakan madu dan
sari-sari bunga, tidak mau dia hinggap ditempat yang kotor atau
memakan makanan yang kotor,
walaupun dipaksa dia tak
akan mau makan makanan yang kotor, lalu timbul pertanyaan,
kenapa kupu-kupu itu bentuknya indah dan perangainya baik.
Padahal semua
orang tahu, burung-burungpun tahu bahwa
kupu-kupu itu berasal dari ulat, ulatyang bentuknya buruk dan memakan makanan
yang buruk serta perangainya juga buruk.
Semua orang jijik melihatnya. Kalau dia
hinggap di sebuah daun maka daun itupun akan hancur dan rusak, semua dimakannya tidak peduli apakah itu baik
atau kotor. Lalu kenapa ulat yang buruk rupa dan buruk
perangai itu dapat berobah
menjadi kupu-kupu yang indah? Jawabnya hanya
satu, ialah karena ulat itu berpuasa, puasalah yang
merobahnya dan membentuk dirinya
menjadi kupu-kupu. Begitu datang perintah Tuhan, Hai Ulat diwajibkan
atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan pada ulat-ulat yang sebelum kamu agar kamu bisa menjadi kupu-kupu.
Maka dijawab langsung
oleh ulat, samia'na wa ataa'na. Sewaktu mendengar perintah itu, maka
serakus-rakus ulat, setamak-tamak ulat, dia langsung berpuasa, dibungkusnya
badannya dengan sehelai daun dia berpuasa didalam kepompong. Di dalam ke
pompong ulat itu tidak kena air, tidak
kena cahaya, tidak kena angin, dia tidak makan
dan tidak minum selama lebih kurang 20 hari, dengan suatu harapan setelah selesai tugasnya
berpuasa dia akan langsung jadi
kupu-kupu.Lalu ada orang yang merasa tidak sehat dan
sakit-sakitan waktu berpuasa, diman salahnya?.
Agaknya karena dia belum mengamalkan satu ayat suci
Tuhan dalam firmannya dalam surat AL JUMU'AH ayat
10 "Apabila telah di tunaikan Shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung".
Jelas sekali perintah Tuhan, sesudah menunaikan
Shalat untuk bertebaran di muka bumi, ber amal dan berusaha. Tapi kebanyakkan
manusia selesai menunaikan makan
Shalat subuh kemudian tidur lagi.
Apa yang terjadi ?. Sesudah dia makan
sahur dan Shalat Subuh, kalau langsung tidur, maka
makanan cepat diserap dan
disimpan dalam bentuk glikogen
dan lemak. Kemudian jam
8 baru bangun, maka perasaan jadi tak enak, diri
rasa tak
sehat.
Maka dalam
kesehatan selalu dilarang tidur kalau
baru selesai makan.Yang sebaiknya
adalah mengamalkan perintah Tuhan itu,
Yaitu selesai makan sahur, di lanjutkan dengan menunaikan Shalat sunat Fajar
dan Shalat Subuh, kemudian
bekerja, kalau bisa
berolah raga, seperti yang kita
lihat pada setiap pagi; anggota jantung
sehat melaksanakan senam, berlari-lari , berjalan pagi, sebagaimana
yang di contohkan Rasulullah,
setiap selesai melaksanakan Shalat subuh selalu beliau berjalan atau
berlari-lari kecil.
Sewaktu berolah raga,
lemak-lemak yang di tubuh di bakar,
pembakaran yang di hasilkan oleh pemecahan lemak ini,
menghasilkan kalori yang tinggi. Maka untuk bekerja siang itu dengan
menggunakan energi yang di hasilkan sewaktu bersenam pagi. Maka
tubuh terasa segar, kemampuan kerja jadi lebih tinggi, kita
bekerja secara effektif dan
effisien. Badan tidak mudah letih
dan bisa bekerja samapi
sore tanpa terlihat keletihan,
kelesuan atau mengantuk.Agaknya inilah
yang dianjurkan oleh Allah
agar sesudah menuaikan Shalat, untuk bertebaran di muka bumi, berolah
raga, beramal, bekerja dan
berusaha. Sehinga bisa melahirkan manusia yang sehat jasmani dan rohani, selalu
mendekatkan diri pada Allah
menjadi orang yang
ber takwa.
Lalu saya
teringat kupasan Ary Ginanjar dlm buku ESQ sbb
Tujuan akhir dari
pengendalain diri yang dilatih dan dilambangkan dengna puasa sebenarnya adalah
mencapai sebuah keberhasilan, bukan merupakan sebuah pelarian diri dari
kenyatan hidup di dunia yang seharusnya dihadapi. Selama ini, begitu banyak
orang yang menggap bhwa puasa adalah “menihilkan” dunia nyata, yang akhirnya
menghasilkan orang-orang yang mengabaikan realitas kehidupan atau lari dari
tanggungjawab pribadi dan tanggungjawab sosialnya, tanpa melakukan suatu
perjuangan sebagai rahmatan lil alamin, yaitu suatu tugas yang etlah diberikan
oleh Tuhan kepada manusia sehingga ia dijuluki sebagai ‘kalifah’ oleh Tuhan.
Tujuan puasa yang
sebenarnya adalah “menahan diri”, dalam arti yang sangat luas. Menahan diri
dari belenggu nafsu duniawi yang berlebihan dan tidak terkendali, atau nafsu
batiniah yang tidak seimbang. Dimana kesemuanya itu, apabila tidak diletakkan
pda porsi yang benar akan mengakibatkan suatu ketidakseimbangan hidup yang akan
berakhir pada kegagalan.
Dorongan
(keinginan/nafsu) fisik atau batin secara berlbihan akan menghasilkan sebuah
rantai belenggu yang akan menutup asset yang paling berharga dari seorang
manusia, yaitu “God-Spot”. God-Spot adalah kejernihan hati dan pikiran manusia
yangmerupakan sumber-sumber sura hati yang selalu memberikan bimbingan dan
informasi-informasi maha penting untuk keberhasilan dan kemajuan seseorang.
God-Spot yang tertutup oleh afsu fisik dan batin yang tidak seimbang akan
mengakibatkan seseorang menjadi “buta emosi”. Ia menjadi seseorang yang tidak
peka dan tidak mampu lagi membca kondisi batiniah dirinya dan juga
lingkungannya secara obyektif. Ia menjadi bodoh, ia tidak mampu lagi mendeteksi
bahaya-bahaya yang ada di hadapannya, tidak bisa mengetahui lagi dimana ia
berdiri, tidak mengerti siapa dirinya. Sederhananya, ia menjadi seorang mahluk
asing di dalam dirinya sendiri dan didalam lingkngannya sendiri. Hal iin
terjadi karena radar hati yang telah tertutup oleh nafsu. Ia menjadi tuli dan
buti, sehingga tidak lagi mengetahui mana yang benar dan mana yang salah,
karena baginya kebenaran adalah apabila ia mengikuti “nafsu” pribadi. Namun
apabila ia telah terbeas dari nafsu itu, maka hatinya kembali menjadi “terang”,
suara hati kembali bekerja untuk memberikan informasi dan bimbingan ‘maha’
penting untuk meraih keberhasilan dengan cara yang sesuai dengan hati nurani
manusia.
“Nafsu” akan cenderung mengambil jalan
pintas untuk mencapai suatu keberhasilan, dan akan menciptakan suatu landasan
yang rapuh dan berbahaya yang justru akan menghantam balik dirinya sendiri.
Karena keberhasilan yang diraih mengganggu keseimbangan tatanan alam dan atanan
sosial yang cenderung mengarah pada kerusakan dan kehancuran. Di satu sisi, ia
merasa benar, tetapi di sisi lain orang lain akan merasa terganggu dengan sepak
terjangnya. Ia mungkin tahu, bahwa ia telah membuat suatu kesalahan yang akan
merugikan orang lain, tetapi belenggu nafsu telah menutup mata dan telinga,
sehingga tidak lagi mampu menyadari bahw dirinya sedang menuju jurang
kehancuran, tinggal waktu saja yang akan membuktikannya, karena alam akan
kembali pada “keseimbangan-Nya”.
Secara umum, tujuan untuk berpuasa adalah
mencapai suatu kemerdekaan sejati. Merdeka dan bebas dari berbagai belenggu yang
mengkungkung God-Spot atau kecerdasan emosi seseorang. Hal ini telah saya bahas
pada Bagian satu, yaitu Penjernihan Emosi, dimana hati dan pikiran seseorang
menjadi tertutup akibat belenggu-belenggu tersebut. Puasa adalah suatu metode
pelatihan rutin dan sistematis untuk menjaga fitrah manusia sehingg ia tetap
memiliki sebuah kesadrn diri yang fitrah (God-Spot) dan akan menghasilkan
sebuah “Akhlakul Karimah”.
Sungguh,
sejahat-jahat mahluk menurut Allah, ialah orang yang tuli dan
Bisu, orang
yang tiada menggunakan akal.
-Q.S.
8 Surat Al
Anfaal (Rampasan Perang) Ayat 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar