Oleh :Dr.H.K.Suheimi
Banyak
macet perkara macet. Lalu lintas macet, sekolah macet
sampai-sampai kredit macet, banyak lagi
macet-macet yang lain.
Namun kali ini saya ingin menulis tentang
macet yang lain yaitu
macetnya persalinan.
Banyak hal yang menyebabkan persalinan
berjalan tidak lan
car, tidak normal, mengalami kemacetan. bisa-bisa
karena anaknya
yang besar, bisa-bisa karena panggulnya yang
sempit, bisa-bisa
karena tenaga, kekuatan kontraksi
rahim dan kekuatan mengedan
ibu. Bisa-bisa juga karena pimpinan
persalinan yang salah oleh
sewaktu ibu mengedan.
Dapat juga terjadi karena kecemasn dan ketakutan
yang berle
bihan terhadap persalinan, menyebabkan
kontraksi rahim tidak
efisien, takut dan cemas karena
bermacam-macam sebab, sehingga
jalan lahir yang seharusnya bisa relaksasi
menjadi spastik dan
kaku. Karena
kesakitan menimbulkan ketakutan dan kecemasan,
ketakutan menimbulkan kekakuan
dan spasme, dan ketakutanpun
menimbulkan kesakitan yang berlebihan, sehingga
melingkar-lingkar
disana-sana saja seperti lingkaran setan, sehingga persalinan
itu berlangsung semakin lama. Semakin
lama persalinan semakin
cemas dan semakin takut pula si ibu, sehingga
lingkaran berputar-
putar di situ-situ juga.
Pendekatan emosionil yang salah
(Improper emosionil ap
proach) dapat mengakibatkan inertia uteri
atau kontraksi rahim
yang lemah.
Untuk itu di perlukan penolong persalinan
yang
senantiasa
bersedia mendampingi dan memberikan kepercayaan yang
tinggi pada pasien bahwa dia akan tertolong
dan tenaga penolong
siap sedia didampingnya serta memberikan
sugesti dan petunjuk-
petunjuk bagaimana mengedan yang baik
dan bagaimana mengatur
pernafsan dan cara bernafas saat-sat akan
melahirkan.
Dan persaliann macet ini bila terjadi dan memang
agak sering
terjadi di kampung-kampung nun
jauh disana. Dimana gizi dan
ekonomi sang ibu rendah,
sehingga badannya lemah. kemampuan
payah, sehinga melahirkan jadi susah. Bermacam hal
dapat terjadi
sebagai rentetannya. Ketika
persalian macet, si ibu menjadi
cemas, semua yang hadirpun berkeluh kesah. Sering petugas
me
nyarankan untuk di rujuk dan di kirim ke
tempat yang lebih bisa
menolong. Dilakukan lebih dulu rundingan ninik
mamak dan keluar
ga, kemudian mengumpulkan uang,
sementara itu waktu berjalan
terus.
Mencari mobil untuk membawa pasien, di
kampung-kampung yang
jauh tidaklah mudah. Jangankan mobil,
sepedapun masih susah,
sehingga hal ini menyebabkan waktu makin berlalu. Padahal setiap
tambahan waktu, menyebabkan keadanan si bayi yang
di dalam rahim
semakin letih dan bertambah payah, karena setiap
kali si bu
merasakan sakit , berarti
rahimnya berkontraksi, menyebabkan
darah berkurang ke plasenta, sehinga si bayi
mengalami kekurangan
oksigen dan makanan yang di
butuhkannya. ini akan
memperjelek
kesehatan si bayi. Apalagi kalau otaknya yang
kekurangan oksigen
akan menimbulkan kerancuan. Bisa-bisa si bayi
kelak menjadi anak
bodoh dan menambah beban masyarakat.
Begitupun si ibu semakin
letih dan semakin lelah, tenaga telah terkuras.
Badan lah letih,
nafas lah sesak, tenaga lah habis, sedangkan
bayi ndak kunjung
lahir. Sedangkan orang-orang masih
pada berunding dengan apa
membawa si ibu dan berapa persiapan yang di
perlukan.
Tidak jarang saya lihat, sewaktu menerima
pasien di rumah
sakit, penuh mobil dengan orang yang
mengantarkan pasien, dan
ketika semua keluarga yang mengantarkan
itu di panggil dan di
minta untuk mencari darah , mereka pada bingung
karena yang ikut
dalam mobil itu orang-orang dan juga ibu-ibu
kurang darah. Pada
hal kalau mengantar pasien seperti ini,
sebaiknya diikuti oleh
yang muda-muda yang sehat, karena kemungkinan
besar ibu hamil ini
membutuhkan pertolongan yang memerlukan darah.
Jadi siapkan sejak
dari kampung famili-famili yang bersedia jadi
donor darah.
Namun tak sedikit pula orang kampung yang
melahirkan dengan
dukun, takut membawa ke rumah sakit karena
membayangkan akan di
operasi. Sehinga meminta pada
dukun "Hidup atau mati biar
di
tempat mak dukun saja".
Sikap-sikap yang seperti inilah yang
menyebabkan, persalinan makin berlarut-larut, ibu
dan anak sema
kin gawat.
Agaknya perlu di ketahui oleh kita
semua bahwa persalinan
akan terjadi rata-rata dalam 12 jam sesudah
seorang ibu merasakan
sakit-sakit. Kalau dalam 12 jam sang
bayi belum lahir, sudah
masanya petugas
atau famili pasien menentukan sikap untuk beru
saha mengirim sang ibu ke tempat
pertolongan yang mempunyai
fasilitas lebih. Sebab semakin ditunggu
semakin, berlarut-larut
dan semakin lama, dan akhirnya sang bayi tak
kunjung dan tak mau
lahir juga, karena memang untuk
kelahirannya akan memerlukan
tindakkan.
Sebagai patokan agaknya dapat di
pedomani warna air ketuban.
Ketuban yang keruh apalagi yang hijau.
Adalah pertanda si bayi
dalam keadaan bahaya, Si bayi berteriak
S.O.S Save Ours Sole.
Tolong selamatkan jiwa kami. Hijaunya air ketuban adalah karena
ketuban itu tercampur mekoneum. Mekoneum baru
keluar apabila usus
kekurangan Oksigen. Kekurangan oksigen menyebabkan
usus berusaha
berkontraksi mengeluarkan isinya, dan sphingter
ani berelaksasi,
sehingga sang bayi terberak-berak didalam rahim
yang menimbulkan
air ketuban berwarna hijau.
Disaat usus mengalami kekurangan oksigen,
maka saat itu sebetul
nya semua organ mengalami kekurangan
oksigen, Jika kekurangan
oksigen ini terjadi di otak.
Terjadilah kerusakan dalam otak.
Otak yang kekurangan oksigen akan
menimbilkan kerusakan yang
permanen. Otaknya susah berkembang, sehingga
melahirkan bayi-bayi
dengan IQ yang rendah. Pita otaknya pendek ndak mampu merekam
dengan IQ yang rendah. Pita otaknya pendek ndak mampu merekam
pelajaran-pelajaran yang tinggi. Anak jadi bodoh.
Pada ibu terjadi keletihan yang luar biasa.
Nadinya cepat, jan
tung berdebar kencang. Nadi dan
jantung yang berdenyut cepat
tidak efisien dalam bekerja. Dia kehabisan kalori,
dia kekurangan
daya tahan, mudah terjadi infeksi. Yang akan
meningkatkan morbi
ditas dan mortalitas. Agaknya angka 12 jam dapat
dijadikan pato
kan, jangan di lewati, karena bahaya
senantiasa mengancam. Han
taran dan uluran tangan penolong seperti dukun dan
bidanlah yang
dapat dengan segera merujuk, demi keselamtan ibu
dan anak.
Agar jangan sampai ke titik yang lebih
membahayakan lagi baik
bagi ibu dan anak. Maka secepatnya pasien harus di
rujuk. Apalagi
bayi-bayi yang sudah letih jika
dilahirkan, akan menghasilkan
anak-anak yang letih sehingga kalau dewasa
kelak susah bersaing
dan susah memperjuangkan hidupnya. Padahal kita
sangat membutuh
kan dan mendambakan generasi penerus yang
sehat dengan IQ yang
tinggi. Sehingga SDM jadi baik.
Persalinan yang macet dan tak lancar adalah merupakan
petaka bagi
ibu dan bayi. Untuk keadaan ini
agaknya perlu penanganan yang
terpadu. Karena ibu dan bayi
perlu dan harus segera bisa di
tolong dan di selamatkan. Sebagaimana kita harus
segera menyela
matkan orang yang dalam keadaan
bahaya. Padahal kita sering
membntuk
petugas dan tim SAR untuk menyelamatkan dan mencari
orang yang sedang di timpa musibah.
Barang kali, dimana ada persalinan yang
berlangsung lebih dari 12
jam, petugas di sini,
mengabarkan dan memberi tanda bahaya,
memberi tahu ORARI misalnya, nanti
ORARI meminta dan menolong
mencari bantuan, sehinga berdatangan mobil-mobil siap membantu;
apakah mobil PEMDA atau mobil PKK, atau
mobil Darmawanita, Atau
mobil plat merah yang banyak berkeliaran kesana
kemari, atau mobl
Puskesmas keliling, atau mobil siapa saja.
Saya kira ini adalah
amal yang setinggi-tinggi
menyelamatkan dan menolong 2 nyawa
sekali gus. Karena bagi ibu ini, waktu adalah
nyawa, makin cepat
seorang ibu yang dalam keadaan
bahaya itu di bawa ke tempat
rujukkan semakin cepat tertolong 2 nyawa dan
semakin cepat bayi
itu di lahirkan sehingga di harapkan semakin
tinggi kualitas bayi
yang lahir dan semakin baik si ibu yang
melahirkan.
Agaknya ini adalah tugas kita semua.
Disamping petugas bertugas
menolong ibu dan bayi. Semua
lingkungan masyarakat mulai dari
pejabat dan organisasai massa dan
orari, kalau perlu tim sar,
sangat banyak bisa berjasa.
Kadang-kadang saya merenung. Untuk mencari orang
yang sudah mati
dan jelas tak bisa tertolong lagi, seperti orang
terbenam dilaut
atau mengangkat mayat di puncak gunung, kita
kerahkan segenap dan
semua lapisan masyarakat dengan dana yang
besar. Sedangkan yang
mati tetap tak akan bisa hidup lagi. Tapi dua nyawa
ibu dan anak
yang masih hidup dan dengan penuh harapan
mendambakan pertolongan
dan bantuan. Kenapa sering kita
terlupa dan terlalai dengan
waktu, sehingga sering membiarkan dan
tak segera mengerahkan
segenap tenaga, segenap usaha dan segenap
pertolongan untuk dua
nyawa itu? Sehingga terjadi persalinan yang
berlarut-larut?.
Untuk itu sayat eringat akan sebuah
Firman suci_Nya dalam Al-
Qur'an surat Az-Zumar ayat 8 :
"Apabila manusia di timpa kemelaratan
(Malapetaka), ia memohon
kepada Tuhan-Nya serta kembali Taubat
kepada_Nya......"
Disampaikan pada peringan HKN di
Painan 2
September 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar