Oleh
: Dr.H.K.Suheimi
Mangkin
kuat gelepar seekor ikan makin sehat ikan itu, tapi
jika
geleparnya sudah mulai kendor maka kendor pula kesehatannya,
sampai
satu saat dia tidak menggelepar lagi sebagai pertanda nya
wanya
sudah berpisah dengan badannya, dia sudah mati. Kalau sudah
mati
dia tak berharga lagi, sebentar kemudian ikan itupun membu
suk.
Nikmatnya memancing justru terletak pada gelepar dan tarik
kan ikan, semakin kuat
dia menarik dan semakin kencang pancing
dilarikannya, serta semakin keras geleparnya
maka semakin asyik
si tukang pancing, lepas candu dan
tagiahnya. Menjelang ikan
dapat, menjelang pancing di
sentuhnya saat itu pulalah bagi
pemancing saat-saat yang paling bahagia dan
paling nikmat, mem
permainkan ikan dan menangkapnya. Tapi
begitu ikan itu, sudah
mulai menurut, tak bertenaga,
memancingpun tak begitu nikmat
lagi, tak ada perlawanan.
Kenapa mengeleparnya ikan pula yang jadi
ceritra kali ini,
adalah karena saya saksikan ikan
itu mahalnya terletak pada
geleparnya, semakin mengelepar ikan itu semakin
mahal nilainya.
Begitupun
waktu saya di mekkah, waktu membeli ikan, ternyata
jauh sekali perbedaan harga antara
ikan yang sudah lama mati
dengan ikan segar, dan semakin mahal lagi
perbedaan harga antara
ikan yang mati dengan ikan yang masih hidup,
apalagi yang masih
kuat geleparnya. Perbandingan harga antara
yang hidup dan yang
mati ini sampai 3 kali lipat. Rupanya di mana-mana
begitu. Teman
saya Ir amris justru meng ekspor ikan-ikan
mas hidup ke Malay
sia, dan di Malaysia ikan-ikan hidup itu tetap di
usahakan hidup.
Dan ikan-ikan hidup inilah yang di
konsumsi, ternyata baik di
Malaysia maupun di Singapura, banyak orang mencari
ikan segar dan
ikan hidup walaupun harganya mahal. Lebih-lebih di
Jepang ternya
ta ikan hidup ini menempati tempat yang
lebih lagi dengan harga
yang jauh lebih mahal. Waktu saya
lihat ke bungus, ikan--ikan
yang layak untuk di ekspor ke jepang harus
memenuhi syarat-syar
at, antara lain ikan itu tak boleh rusak,
tak boleh terluka dan
tak boleh yang banyak terhempas. Karena ikan
yang terluka, pro
teinnya akan rusak, protein yang rusak ini
cepat sekali membu
suknya. Apalagi pada setiap sel
yang sudah mati, disana ada
proses auto lisis dari enzym-enzym. Semakin
rusak ikan semakin
hancur proteinya semakin bekerja enzym autolisis,
Kalau autolisis
sudah terjadi tentu yang dimakan
adalah protein-protein yang
sudah rusak, yang sangat-sangat kurang bermanfaat
di bandiungkan
dengan protein yang baik dan utuh. Makanya saya
berfikir tentulah
orang-orang di luar negeri sangat menghargai
kehidupan dan mau
membayar mahal ikan-ikan yang hidup.
Lihatlah semakin lama ikan
mati semakin berubah bentuknya , berubah warnanya,
berubah baunya
dan berubah pula rasanya. Wajar
kalau harganyapun berbanding
lurus dengan lama kematian, semakin lama dia
mati semakin murah
harga nya.
ð73 Š
ð73 Š
„
„
Lalu saya teringat, di kampung saya banyak
ikan-ikan segar
yang mengelepar, alangkah baiknya kalau
masing-masing kita mema
kan ikan yang masih segar dan hidup-hidup, jauh
lebih manis, jauh
lebih harum, jauh lebih gurih
dan jauh lebih bermanfaat dan
sangat baik untuk kesehatan. Bayangkan orang
mendatangkan ikan
dari Padang ke Malaysia pakai pesawat, berapa
harganya itu, namun
permintaan dari Malaysia tetap banyak, karena
mereka tahu betapa
tingginya nilai ikan yang masih hidup.
„
„
Saya teringat di sekitar kota padang banyak orang
memelihara
ikan-ikan yang dapat kita ambil langsung ke
tempatnya dalam ke
adaan hidup dan segar. Alangkah beruntungnya kita
di daerah ini,
bahwa ikan yang hidup itu tidak begitu mahal.
Peluang dan kesem
patan untuk hidup sehat, bergizi dapat asam lemak
tak jenuh yang
banyak pada ikan yang di kenal juga dengan nama
omega.
„
„
Untuk
itulah saya ingin memanggil semua masyarakat untuk
lebih mengutamakan makan ikan yang sedang
menggelepar dan memakan
ikan yang sehat dan segar.
Caranya agaknya bisa saja dengan
membeli ikan di kolam-kolam kemudian
kita istirahatkan dalam
kolam-kolam di rumah masing-masing yang untuk
sewaktu-waktu dapat
kita nikmati, sehingga yang kita makan
adalah betul-betul ikan-
ikan yang masih menggelepar. Anjuran
Tuhanpun agar kita selalu
memakan makanan yang halal dan taib,
halal dan baik. Baik ini
adalah yang belum tercemar yang belum rusak dan
belum busuk serta
belum teracun. Memang yang baik dan bagus untuk
kesehatan hargan
ya agak sedikit mahal, tapi demi kesehatan
mahal sedikit untuk
tubuh kita, kan ndak apa-apa. Padahal untuk
yang lain kita mau
berugi-rugi, kenapa untuk kesehatan tubuh kita
terlalu berhitung
ð73 Šdan tak mau memilihkan yang terbaik?
„
„
Entah kenapa saya selalu asyik kalau melihat ikan
berenang,
dan kapanpun saatnya saya selalu
menyaksikan ikan itu sedang
berenang, pagi maupun petang, siang maupun
malam. Setiap detik
waktunya di gunakan untuk berenang. Berenang
membutuhkan energi,
dan energi yang di ambil oleh ikan berasal dari
protein dan asam
lemak tak jenuh yang terbaik yang di
milikinya, sehingga dengan
apa yang di milikinya itu ikan mampu
bergerak, mampu bekerja
siang dan malam. Ah kalau kita juga memiliki
protein dan zat-zat
yang terkandung dalam ikan, tentu kapasitas
kerja dan kemampuan
kerja kita dapat pula di tingkatkan setiap
detik siang ataupun
malam. Maka pantas bangsa-bangsa yang gemar
makan ikan, lebih-
lebih ikan-ikan yang segar dan hidup menjadi
bangsa yang sangat
maju. Maju dalam pekerjaannya dan maju daya
pikirnya, setiap de
tiknya adalah detik-detik yang
berharga. Lebih bernilai lagi
kalau setiap langkah yang di langkahkannya adalah
langkah-langkah
yang menuju dan mencari ke RedhaanNya.
Karena tidaklah Jin dan
manusia itu di ciptakan, melainkan untuk
mengabdi padaNya. Lalu
kita susunlah langkah demi langkah, yaitu
langkah-langkah yang
akan selalu mendekatkan kita
pada Nya, langkah-langkah yang
efektif dan efisien, pekerjaan dan buah
pemikiran yang berman
faat, dengan sumbernya yang berkhasiat dan
bermanfaat. Ternyata
sumber makanana yang sehat dan
bermanfaat itu terletak dan di
temui di dalam ikan-ikan yang segar dan hidup. Ikan hidup didalam
air,
dan air adalah sumber kehidupan. Untuk
itu saya teringat
akan sebuah Firman suciNya dalam surat Al An
biyaa' (Nabi atau
pembawa
pesan) ayat 30 :
ð73 Š
„
„
"DAn apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwa
sanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu.
Kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari pada air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada
juga beriman?".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar