Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Malam itu saya susah tidur,
mata sukar di pejamkan. Balik
kiri, balik akan,
namun mata tidak jua mau terpicing. Makin di
picingkan makin nyalang dia. Resah dan gelisah ngak tahu apakah
gerangan sebabnya, pokoknya susah, miring kiri, miring
kanan,
setiap kali jam berdenting selalu kedengaran. Jantung ini berde
bar dengan sangat cepat, payah saya menenangkannya, saya
bujuk
dengan bermacam cara, namun jantung itu tidak mau,
denyutannya
bukanya berkurang tapi bertambah menggetar. Demikian keras
de-
nyutnya seperti jelas terdengar di telinga, dan demikian
keras
debarannya, sehingga tangan yang di tempelkan didada terangkat-
angkat. Saya raba nadi, terasa keras dan cepat. Denyutan
pada
jantung itu juga menimbulkan denyutan pada kepala,
kepalanya
nyut-nyutan, terasa berat dan sakit. Saya
coba menentramkan diri
dengan berbagai cara, saya
coba tentramkan jantung ini, namun dia
tetap juga bergetar
kencang.
Waktu itulah saya mulai merenung.
Jantungku yang terletak
didalam dada ini, kok tidak patuh, tidak mau menurut kehendakku?
Berarti saya tak kuasa mengendalikan jantung, tak sanggup meme-
rintah jantung. Padahal selama ini saya selalu berkata; ini dada
ku, ini jantungku. Kalau memang jantung itu saya
yang punya,
tentu dia akan patuh dan tunduk pada
perintah yang saya berikan.
Tapi nyatanya jantung itu tidak tunduk dan dia tidak patuh akan
apa yang saya mau. Waktu itulah saya berfikir, kalu begitu jan
tung ini, bukan jantungku. Memang dia terletak dalam dada
ini,
tapi dia bukan milikku. Ada sesuatu yang lebih tinggi yang jadi
pemiliknya. Dada dan tubuh ini hanyalah sebagai tempat titipan,
jantung itu di titip dan ditompangkan pada saya untuk
dijaga.
Setelah dijaga dan dipelihara kemudiandiminta pertanggung jawab
nya terhadap pemeliharaan
itu.
Menyadari bahwa ada pemilik yang lebih
tinggi, yang lebih
perkasa dan yang lebih kuasa, maka malam itu kembali jantung itu
saya serahkan kepada-Nya, saya minta tolong pada-Nya untuk menen
tramkan kembali. Lalu saya teringat sebuah firman suci-Nya dalam
surat Al Ma'aarij ayat 19 sampai
22:\B"Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia di timpa
kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabilaia mendapat kebaikan ia
amat kikir. Kecuali oarng yang mengerjakan Shalat"
Teringat akan ayat itu,
seakan Tuhan membimbing, serahkan
jantung itu dan serahkan kembali diri itu kepada Allah. Kegelisa
han dan semua keluh kesah itu akan hilang bila dilakukan Shalat.
Di malam itu, saya turun dari tempat tidur, lalu pergi ke kamar
mandi, berudhu', lalu melaksanakan Shalat dengan khusuknya dalam
bentuk penyerahan kepada-Nya. Pada-Nya kita mengadu dan pada_Nya
jua kita minta tolong. Alhamdulillah, perasaan jadi tenang
dan
fikiran jadi tentram, akhirnya saya tertidur dengan nyenyaknya.
Jantung yang terletak didalam dada kita saja, tidak berhak
kita mengatakan kita yang punya. Jantung yang kita bawa
kesana
kemari tak bisa kita mengatakan ini jantungku
,ini milikku.
Terbukti sewaktu jantung itu berdenyut dengan cepat, tak berhasil
saya menyuruhnya tenang, begitupun kalau jantung itu
berhenti
berdenyut, tak mampu kita untuk menyuruhnya berdenyut lagi.
Nah kalau jantung yang didada saja
kita tak berhak mengata
kan, bahwa dia milik kita, apalagi yang di luar dada. Maka kita
lebih-lebih tak berhak lagi, berkata "Ini bajuku, ini
Rumahku,
Ini mobilku dan itu gunungku, itu pulauku dan itu lautku.
Manusia bukan diberi hak untuk
memiliki, tapi hanyalah di
beri hak pakai dan
hak pinjam. Untuk kelak dapat mempertanggung
jawabkan setiap yang di
pakai dan yang di pinjamnya itu. Diminta
pertanggung jawab
tentang apa-apa yang telah di kerjakannya
terhadap barang pinjaman itu. Untuk itu patut kita simak sebuah
firman suci-Nya dalam surat Al Hadiid ayat 1,2,3:"Semua
yang
berada di langit dan yang berada
dibumi bertasbih kepada Allah.
Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan
mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dialah yang awal dan Yang Akhir Yang Zahir dan Yang Bathin. Dan
Dia mengetahui segala
sesuatu.
Kalau kita kehilangan sesuatu
harta, atau di timpa oleh satu
musibah, atau ada seseorang kirabat kita berpulang ke rahmatul
lah, hendaklah kita ingat dan baca
sural Al Bagarah ayat
156:'\BOrang-orang yang apabila di timpa mushibah, mereka mengu
capkan:"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nyalah
kami kembali"
Kalimat ini dinamakan kalimat
"istirjaa" (pernyatan kembali
kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa musibah dan
marabahaya baik besar
maupun kecil.
P a d a n g 20 Maret 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar