Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Karaoke yang telah lama
saya pesan itu akhirnya datang
jua. Bersama karaoke itu ada kabel dan tali temali yang dilengka
pi dengan buku petunjuk. Semua kami bergembira, tentu
sebentar
lagi sudah bisa menyanyi melalui Karaoke. Tapi saya
bingung,
bagaimana memasang, kabel-kabel itu, banyak cabang-cabangnya, ada
yang harus disambungkan ke Video dan adapula yang harus
disam
bungkan ke Televisi. Berulangkali saya baca buku petunjuk
yang
lengkap yang dikirimkan bersama karaoke itu, namun saya
sukar
memahaminya. Saya membaca aturan pakainya
dengan hati-hati.
Seharusnya cara memasang kabel-kabe itu sangat sederhana, tetapi
semakin saya membacanya semakin saya menjadi kuatir dan bingung.
Kabel itu banyak cabang-cabangnya, di video dan televisi
juga
banyak lobang-lobangnya, sukar mencari kabel yang tepat
untuk
lobang yang tepat. Setelah beberapa kali saya mencoba memasukkan
kabel itu kedalam lobang yang ada, namun gambar di televisi tidak
kunjung keluar, suara di karaokepun tidak mengalun. Memang saya
tidak ahli dibidang ini. Saya
jadi bingung, tambahan pula saya
ragu-ragu waktu menyambung dan memasukkan kabel kedalam lobang,
ragu-ragu, kalau-kalau salah sambung dan salah masuk,
jangan-
jangan menimbulkan bahaya. Karena saya tidak
dapat memahami
petunjuk bagaimana cara memasang Karaoke itu, saya tidak
dapat
berbuat apa-apa. Akhirnya keingingan saya untuk berlagu di
ka
raoke, tidak tercapai di hari itu. Kami pandang juga Karaoke itu
dan kami tatap juga kabel itu, sampai seminggu kemudian, setelah
minta tolong pada ahlinya, barulah karaoke itu bisa berbunyi dan
kami sekeluarga bisa berdendang. Terasa waktu itu
kita butuh
sesorang yang bisa
menolong.
Dikali yang lain, saya disuruh oleh
atasan saya untuk bela
jar komputer, agar kalau sudah pandai memainkan komputer, bisa di
kirim ke Bandung. Saya sebetulnya enggan, karena dari kecil sudah
tertanam dalam diri ini, saya ingin jadi dokter, bukan jadi juru
tulis atau tukang ketik. Maka dari kecil, pelajaran yang paling
tidak saya sukai itu adalah pelajaran menulis, sehingga
selalu
saja pelajaran menulis itu merah dalam raport, sampai sekarangpun
tulisan saya susah dibaca. Dikatakan juga bahwa
tulisan yang
sukar dibaca itu adalah tulisan dokter.
Tapi karena dipaksa oleh
atasan, maka saya ikutilah kursus
komputer di Widyaloka. Disini saya menemukan pembimbing dan guru
yang sangat baik, saya dibimbing dan diajarkan WS, Lotus dan
D
Base III +. Guru saya itu sangat sabar dan menerangkan
dengan
sangat jelas. Dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan, hati-hati,
tekun membimbing, beberapa kali saya membikin
kesalahan, dan
beberapa kali pula saya salah tekan, namun dia
tetap sabar,
disuruhnya ulang lagi, ulang lagi. Ia memberi tahu setiap
apa
yang ada dalam komputer, dan menunjukkan bagaimana
kerja dan
fungsinya. Ia sangat jelas dalam memberikan keterangannya,
se
hingga tidak ada lagi yang perlu ditanyakan. Berkat ketekunannya
membimbing saya, sehingga pelajaran yang sebetulnya saya kurang
sukai itu akhirnya dapat saya kuasai. Dalam kursus yang hanya 5
hari, saya sudah bisa WS, Lotus dan D base III +. Dan
akhirnya
saya ke tagihan dengan komputer, kalau tiap jum'at anda membaca
tulisan saya di Haluan, semua itu adalah berkat komputer.
Pelajaran itupun saya lanjutkan
dengan Print Master, Fonta
sy, The New's dan akhirnya program statistik seperti SPSS
dan
EPIINFO. Terasa sekali bahwa komputer itu banyak membantu
dan
menyelesaikan pekerjaan saya dalam tulis menulis dan
melakukan
penelitian-penelitian ditempat saya bekerja. Komputer juga sudah
merobah sifat saya yang malas menulis menjadi orang yang
rajin
menulis. Sehingga ada saja sedikit kesempatan, saya akan duduk di
depan komputer, ada-ada saja yang akan ditulis seperti saat-saat
begini. Dan saya selalu ingat dengan guru yang sabar, yang tidak
marah kalau kita membikin kesalahan, dengan kesabaran
dan ke
tekunannya, kita dibimbingnya ke arah yang baik.
Memang dalam hidup kita
butuh seorang guru, seorang yang
bisa kita teladani, seorang yang menunjukkan jalan yang harus di
tempuh. Seorang yang sabar dan tekun memberikan bimbingan.
Anak-anakpun selalu mencari seorang
yang akan membimbingnya,
anak-anak selalu mencari seseorang yang bisa diidentifikasinya.
Disebutlah orang itu
sebagai identification figure. Figur yang
menjadi idola dalam hidupnya. Dulu waktu saya kecil, di
kamar-
kamar anak-anak muda terpampang gambar sukarno atau
pemimpin-
peminpin lain. Mereka meidentifikasi dirinya dengan
pemimpin-
peminpin itu, dengan harapan, kelak kalau dia dewasa, disa menja
di orang seperti idolanya itu. Tapi di kamar-kamar anak-anak muda
sekarang, yang terpampang adalah gambar-gambar yang
bermacam-
macam. Na'uzubillahi min
zalik.
'Iktibar apa yang bisa dipetik dari 2
pengalaman diatas ?
Apa perbedaannya antara
kegagalan dengan Karaoke dengan
keberhasilan menggunakan komputer?. Tentu saja bukan soal betapa
rumitnya masalahnya. Perbedaannya terletak pada senuhan pribadi.
Dalam hal Karaoke saya hanya memiliki serangkaian buku petunjuk.
Dalam hal komputer saya mempunyai seorang guru yang penuh perha
tian dan yang berniat untuk mengajar saya yang pada satu
hari
akan banyak menolong saya. Disitu saya mempunyai seseorang yang
siap menolong, menjelaskan dan mendemonstrasikan
prosedurnya
sedemikian rupa sehingga saya dapat mengerti.
Karaoke dengan buku petunjuknya, buku petunjuk itu ternyata tidak
banyak membantu saya. Pengalaman kedua dengan
komputer, ada
seorang guru yang memberikan bimbingan yang membuka tabir rahasia
komputer, barulah semuanya
terungkap.
Dalam menempuh hidup dunia dan
akhirat kitapun di bekali
dengan buku petunjuk, buku
petunjuk itu disebut dengan Al-Qur,an.
Kalau saya mampir ke
rumah seseorang, selalu didalam rumah itu
saya temukan Al-Qur'an,
kebanyakkan di rumah-rumah itu Al-Qur'an
lebih dari satu.
Seharusnya Al-Qur'an itulah yang jadi pedoman
hidup, dihayati dan di amalkan. Namun banyak orang yang
tidak
sempat membuka buku petunjuk itu, sebagian ada yang membuka dan
membaca, namun dia tidak mengerti dengan apa yang di bacanya. Ada
juga yang mendendangkan dengan suara lantang dan
merdu, tapi
selesai dia mengalunkan irama Al-Qur'an, saya tanya dia
tidak
mengerti dengan apa yang dibacanya. Al-Qur'an tinggal
sebagai
barang pajangan, Al'Qur'an hanya untuk di dengung-dengung dan di
dendangkan. Sedangkan perangai dan tingkah lakunya seperti men
jauh dari isi dan kandungan Al-Qur'an.
Padahal Allah berfirman dalam
satu surat Al-Baqarah ayat 2
yang artinya :"Kitab Al-qur'an ini tidak ada keraguan padanya
:
Petunjuk bagi mereka yang ber taqwa".
Agaknya kita butuh seseorang guru,
yang akan membimbing dan
menunjukkan apa maksud dan tujuan dari satu ayat Al-Qur'an itu.
Saya ingat Guru saya yang membukakan tabir dan makna
Al-Qur'an
ini, beliau sudah meninggal dunia, ialah Ustadz MUCHTAR YUNUS dan
Ustadz ILYAS SAMAN. Dari kedua guru itulah saya
banyak dapat
bimbingan dan tertarik akan Al-Qur'an. Melalui tulisan ini saya
panjatkan doa, kiranya kedua Guru saya itu mendapat tempat yang
semulia-mulia dan bahagia disisi-Nya, amin.
Dan seorang lagi guru saya yang mengajar bahasa Arab ialah
Ustadz Syahruddin Kajai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar