JANGAN BIARKAN SETETES AIR KEMBALI KE LAUT
Jangan biarkan
setetes air kembali ke laut tanpa
dimanfaatkan, kata guru saya
waktu memberi ceramah,
karena “ Tuhan telah menyuling air laut menjadi awan
yang berarak yang kemudian
digiring ke gunung dan di gunung
uap air ini ditumpahkan
untuk dialirkan kepada
manusia. Air adalah sumber kehidupan, hidup tidak mungkin
ada tanpa air. Hidup akan
sirna tanpa air, Dimana ada air
di sana ada kehidupan. Tumbuhan akan
hidup dan menghijau, hewan akan berjalan dan manusia akan tersenyum, maka setiap
turun hujan adalah rahmat-Nya. Untuk itu
kita bersyukur dan rasa syukur
ini diperlihatkan dalam
memanfaatkan nikmat yang telah
diturunkan-Nya. Saya teringat
pesan guru itu, bahwa
salah satu cara bersyukur
adalah dengan memanfaatkan apa – apa yang telah diberikan Tuhan.
Memang, ketika satu waktu
saya pulang dari luar negeri membawa
baju untuk anak saya. Saya merasa
senang sekali ketika anak itu mau memakai
baju pemberian saya. Dan semakin
sering baju itu dipakai,
semakin puas rasanya saya,
sambil berkat: “Oh, senang dengan apa
yang saya berikan, buktinya
baju itu dimanfaatkannya sebagai
barang yang berguna dan berharga. Dan saya berjanji, kemana
pergi nanti akan menginatnya
dan akan membelikan oleh – oleh
yang lain. Agajnya Tuhanpun demikian,
merasa senang bila hambanya memanfaatkan setiap rahmat-Nya yang turun dengan menjadikan apa – apa
yang diturunkan – Nya itu
sebagai benda yang bermanfaat.
Ketika saya
bermain di sungai, teringat
kembali pesan guru
saya itu : “ jangan biarkan
setetes air kembali ke laut sebelum
dimanfaatkan:. Lalu saya
merenung dan bertanya kepada
diri sendiri :” Kenapa rahmat
yang berupa sungai ini dibiarkan mengalir
ke laut dan airnya tumpah ke sana
sebelum sempat dimanfaatkan ? Padahal semua tahu, manfaat air untuk
kesuburan tanah untuk
pengairan, untuk listrik, untuk
sumber daya dan sumber dana,
untuk ternak dan hewan – hewan. Tetapi yang saya
saksikan air yang banyak
melimpah ruah yang mengalir
sejak pagi sampai petang
dan larut malam, tetap tertumpah
dan tercurah sebelum sempat dimanfaatkan. Dia sudah
melalui jalur yang jauh, tetapi dimana – mana dia Cuma
singgah, dan setipa peringgahannya tidak
dimanfaatkan. Mungkin kita tidak
bersyukur, mungkin kita kurang
berterima kasih, karena tidak menikmati pemberian Allah ini. Ditakutkan bagi mereka
yang tidak berterima kasih dan
tidak mensyukuri nikmat Allah
akan disediakan azab
yang pedih, sehingga air itu pun
berubah menjadi banjir
yang memusnahkan dan
menghancurkan.
Ketika
saya amati sungai – sungai yang banyak
mengalir di kampung – kampung halaman ini, bahkan kota Padang
tercinta saja dialiri
oleh empat buah sungai : Batang Arau,
Banda Bakali, Batang Kuranji, dan
sungai di Muaro Panyalinan. Semua sungai
itu besar – besar, semakin besar sungai semakin banyak dia
membuang air ke laut. Dan keempat
sungai itu saya amati berasal dari pergunungan, dan pergunungan itu kebanyakan terdiri
dari batu – batu bukit kapur.
Berarti air yang mengalir
itu tinggal zat kapurnya.
Kata orang pandai – pandai, air dengan
kadar zat kapur yang demikian tinggi,
mengakibatkan ikan tumbuh
dengan cepat dan daging ikan
itu mempunyai serat yang padat. Dan yang lebih
utama dagingnya di payau – payau di daratan
rendah. Sehingga ikan itu di samping berbau
lumpur, juga terasa seakan
kita termakan lumpur, tidak enak
tentu dan sering
menimbulkan mual.
Itulah agaknya
kenapa ikan – ikan yang
berasal dari sungai di Sumatera Barat
sangat disukai dan gandrungi
oleh sanak – sanak kita yang berada
di Riau dan di Jambi, di
mana kebanyakan sungainya
kuning dankeruh. Sebaliknya sungai – sungai di Sumatera Barat, berair jernih
dan terarus deras.
Dengan derasnya arus,
menyebabkan ikan yang hidup
di dalamnya tampak lincah. Lebih
kuat berenang untuk
melawan arus yang baik dan cukup, dapat dibanyangkan
akan terlahir ikan – ikan yang montok – montok, kepalanya kecil
badannya besar dengan rasa
yang lezat dan gurih. Apalagi
kecendrungan manusia sekarang
meniru orang Jepang, ingin
memakan ikan segar supaya
kholesterol tidak tinggi dan
otak jadi cemerlang dan wajah menjadi segar dan kulit jadi halus
serta penyakit pun menjauh.
Ternyata
ikan segar yang paling segar dan yang paling lezat
hidup di dalam sungai
di Sumatera Barat, karena airnya deras,
lebih jernih dan
mengandung zat kapur,
kalaupun keruh sedikit, itu
disebabkan cacing - cacing
halus dan serangga - serangga
atau oleh plankton –
plankton yang menjadi sumber makanan ikan. Lalu saya bertanya
kepada diri sendiri, kenapa tempat yang demikian baik ini, kenapa lahan – lahan
yang demikian subur ini, dibiarkan
begitu saja ? Tiba – tiba
terbaca di koran mengenai
ikan – ikan dalam keramba bambu.
Ya, kenapa kita tidak memasang
keramba disetiap sungai ? Di
setiap air mengalir ? Kan lebih tahan
dan bisa di kunci serta
lebih aman, ikan yang
berenang di dalamnya terlihat
lebih jelas. Dan keramba yang
seperti ini saya lihat di
Pauh V. Begitu saya melihat
keramba ini, terbit keinginan
untuk mencoba membesarkan
ikan dalam keramba terbuat
dari besi. Alhamdulilah, beberapa keramba saya sudah siap, ikan – ikan mas yang
merah, yang belang dan yang
hitam legampun ada. Setiap keramba
saya isi sebanyak 12 kg ikan
yang sedang tumbuh
dan berkemang.
Oh,
betapa senangnya hati
ini setiap kali saya menghamburkan pelet – pelet makanan
ikan. Berebutan dan bertupang
tindih ikan berebut makanan,
menimbulkan keasyikan yang luar biasa, apalagi di alam terbuka
dengan air yang jernih dengan
kincir penumbuk padi
di dekatnya. Irama – irama yang
ditimbulkan membikin saya terpesona dan tanpa
disadari waktu telah berlalu
dengan cepat.Seminggu , sebulan, 3 bulan lagi, tentu hasilnya
akan dipetik. Biasanya ikan yang
dimasukkan 12 kg, setelah 3 bulan
akan menjadi kurang
lebih 76 kg. Saya lihat orang –
orang yang sudah
pernah memanen kerambanya,
betapa bahagianya melihat
ikan – ikan besar dan sehat – sehat menggelepar dan menerbitkan selera.
Ingn rasanya saya memanggil masyarakat
yang tinggal disekitar
sungai, itu untuk memasang
keramba juga.
Betapa tidak, setiap
yang punya keramba dengan sendirnya akan membersihkan daerah tempat
kerambanya dari sampah dan kotoran. Otomatis temapt
itu akan jadi bersih,
indah, menyenangkan, sekalian menjadi
tempat rekreasi yang murah
dan meriah. Kecanduan memancing
pun akan
tersalurkan. Karena ikan – ikan
ini sangat rakus dengan makanan.
Ah, sambil menyelam minum air, sambil berdiang nasi masak, sambil berekrasi dan menyenangkan pikirkan,uang
pun mengalir melalui
keramba, sebagaimana
mengalirnya air di sungai.
Untuk itusaya teringat
pesan suci – Nya dalam Al-Qur’an
surat Al Khafir ayat 66 ; “Maka
mana kala mereka sampai
kepertemuan dua buah
laut itu, mereka lupa akan ikannya, lalu
ikan itu melompat mengabil jalanya ke laut itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar