Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Kamu saling bersaudara pesan Rasul. Persaudaraan Alangkah indahnya kata itu. Sering sesudah di timpa bencana dan
musibah persaudaraan orang semakin kuat.
Setelah di timpa Tsunami, semua orang
tersentak, ternyata semua kita bersaudara. Sehingga tahun 2005 ini
dianggap tahun persaudaraan . Untuk itu saya teringat akan siaran Radio
Nederland yg mengulas tentang persaudaraan ini.seperti Walikota Amsterdam Job Cohen dalam pidato
tahun baru mengimbau agar 2005 menjadi tahun persaudaraan. Sebuah imbauan yang
indah, bagi kita semua. Apa arti persaudaraan? Saling kasih, saling jujur,
saling menghargai, saling membantu, solider. Dan itulah yang saya saksikan
dalam waktu-waktu belakangan setelah bencana tsunami yang maha dahsyat.
Di Sri
Lanka Mohammed Yunoos, yang beragama Islam dengan teman-temannya yang selamat
menolong para nelayan Kristen. Mereka memberi makan dan pakaian pada yang
selamat dan mengebumikan saudara-saudara mereka yang Kristen, korban tsunami
lengkap dengan salib dari bambu yang mereka buatkan.
Sebaliknya
orang-orang Kristen di mancanegara mengumpulkan dana untuk para korban di Aceh
yang umumnya Islam. Dan masih banyak kisah-kisah semacam itu. Persaudaraan yang
tiba-tiba menjadi nyata setelah suatu tempat tertimpa malapetaka.
Apakah
kita manusia, memerlukan malapetaka dulu sebelum tanpa pamrih mau bersaudara? Namun
berapa lamakah persaudaraan itu bisa berlangsung atau dipertahankan??? Kalau
persaudaraan itu abadi, maka bagi saya, bencana alam pada hari Natal Kedua 2004
ada hikmahnya. Setelah tsunami yang melahap dan menerjang semua yang ia jumpai,
maka terjadi tsunami uang di mana-mana. Di Belanda misalnya dalam waktu singkat
masyarakat di Belanda berhasil mengumpulkan lebih dari 112 juta Euro. Jumlah
rekor yang tidak pernah dikenal Belanda. Kedermawanan semacam ini juga tampak
di negara-negara lain di Eropa, Jerman, Inggris, Belgia, juga di Jepang dan
Cina sekalipun siap memberi bantuan.
Kalau
dipikirkan kembali, apakah saudara-saudara kita di Aceh itu memang betul membutuhkan
bantuan? Tentu saja. Bencana dan kesengsaraan yang mereka derita harus mendapat
perhatian dunia dan oleh karena itu bersama mereka, juga para korban di
negara-negara lain layak mendapat bantuan.
Namun
apakah Aceh senantiasa akan memerlukan bantuan? Propinsi ini punya cukup banyak
sumber daya alam. Cukup kaya. Ke manakah kekayaan itu? Kalau saja kekayaan itu
adalah untuk penduduknya, maka orang Aceh juga bisa mengatakan: kami sanggup
membangun kembali dengan tenaga sendiri. Maka mereka bisa mempertahankan harga
diri mereka.
Thailand
menolak bantuan luar negeri, mereka bisa membangun kembali dengan tenaga
sendiri. Sumber pemasukan dari industri pariwisata harus dibenahi maka setelah
itu, para korban akan bisa hidup berdikari lagi.
Seorang
nelayan di Sri Lanka mengatakan: yang saya butuhkan hanya perahu dan jala. Maka
saya akan kembali mencari nafkah sebagai nelayan, tidak perlu hidup dari
sedekah.
Lumrahnya
manusia tidak ingin hidup sebagai pengemis. Dilahirkan dan tinggal di daerah
kaya namun dipaksa menjadi pengemis. Ayam mati di lumbung padi. Jangan biarkan
saudara kita miskin di dalam kekayaan mereka.
Kemarin
saya baca berita di Harian Singgalang, tentang 27 Orang Mahasiswa dari Aceh
butuhkan bantuan. Memang saya lihat mereka yg selamat hingga bias melanjutkan
kuliahnya kembali di Fakultas Kedokteran Unand, adalah orang orang yg betrul2
dapat rahmat Illahi. Betapa tidak ada yg dihanyutkan sejauh 3 km, disamping
kiri dan kanan penuh mayat kalau dia selamat. Kepada tiap mahasiswa yg selamat
ini mengaku hanya kebesaran dan pertolongan Tuhan yg menyelamatkan. Ada saja
tangan-tangan kuat yg menarik mereka dari dalam gelombang. Bermacam kisah yg
saya dengar, dan semua mereka bersyukur.
Ini satu mukjizat kata mereka bersama. Mereka berterima kasih pada rakyat
Sumbar yg telah menampung mereka . Mereka
berterima kasih pada Unand dan Fak Kedokteran yg menerima dan membebaskan dari
Uang kuliah. Tapi sebagian dari mereka yg sampai di Padang ini hanya membawa
pakaian saja. Semua buku-buku mereka hanyut, Semua catatan dan kenangan
kuliahnya telah larut bersama air. Bukan
hanya itu, saudara-saudaranyapun banyak yg wafat.
Waktu
sampai di Padang mereka tak punya biaya untuk kost dan juga kekurangan dalam
mencari makanan. Banyak sekali kekurangan mereka.. Saya terkesima, lalu saya
coba kumpulkan kenalan saya. Alhamdulilah ada beberapa yg mau menjadi orang tua
asuh, menyediakan kamar dan makanan kepada saudaranya yg menderita di Aceh. Saya
yg tinggal di Rumah Sakit Bundapun menampung mereka 2 orang . Dan saya merasa bahagia
dapat melapangkan dan meringankan beban saudara saya yang sedang menderita. Irhamu fil Ardh yarhamkum
fissamak. Kasihanilah yg didunia maka yang dilangit akan mengasihimu
Bersama kami bahagia dan bersama kami bisa
Untuk itu ingin saya petikkan sebuah Firman
suciNya dalam Al Qur'an
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada
saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau
mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka
tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan
mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di
dalam di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa
yang kamu kerjakan. (QS. 3:156)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar