Oleh:dr.H.K.Suheimi
Kabut asap menyesakkan. Kabut Asap menyakitkan. Kabut asap memerihkan mata.
Kabut Asap menyebalkan. Kabut Asap
menebarkan penyakit. Kabut Asap merusak lingkungan dan merusak ekonomi. Kabut
Asap menghalangi penglihatan sehingga pesawat tak bisa mendarat dan tak dapat
berangkat. Tahun 1997 Kabut Asap menghalangi penglihatan merontokkan Air Bus di
sibayak dekat sibolangit Medan.
Lebih 200 orang nyawa terbang menemui khaliknya. Tak berbentuk dan sulit
mengenal wajah semua remuk dan mengalami luka bakar. Kabut Asap menyebabkan
tabrakan kapal tak terhindarkan. Dimana-mana orang berteriak.
Kabut ini selalu saja datang di musim
kemarau. Hutan Sumatera dan Kalimantan
terbakar. Asapnya melintasi samudra mengangu negara tetangga.
Kabut Asap bukan hal yg aneh dan bukan hal
yang baru, dan tidaklah asing di negara
kita ini. Walaupun kerugian jiwa dan harta benda sudah tak terhitung dan
umpatan dari negara tetangga tak terbadai lagi.
Kayaknya sudah langganan. Di musim kemarau
orang tetap saja membakar hutan. Hari ini rabu 23 Juni terpantau ada 400 titik
api di sumatera yang membuat Kabut Asap. Dan kabut asap itu dengan segera
terbang dan menyebar. Menutupi seleuruh jagat raya ini..
ASAP di mana-mana. Di Batam, di Singapura,
di Malaysia. Sehingga ada beberapa
pesawat yang tidak bisa mendarat di P Baru. Dalam siaran TV, persoalan asap dan
kabut ini selalu jadi sorotan.
Disalahkannya Kalimantan dan Sumatera yang
membakar hutan, sehingga asapnya menyebar ke mana-mana. Hanya Thailand saja
yang agak bersih, kurang asapnya. Datang juga.
Banyak sekali kerugian dan banyak sekali
penerbangan dan acara yang tertunda akibat asap dan kabut yang
menyelimuti bumi ini. Nampaknya kabut ini akan berlanjut. Ketika naskah ini
saya tulis, kabutnya semakin tebal. Kabut yang demikian gelap, menimbulkan
keresahan dan berakibat bermacam-macam. Di Bandara, ada yang menangis karena
dia harus melihat orang tuanya yang sakit keras, tetapi tidak bisa berangkat.
Namun dia tidak mengumpat, karena keadaan alam yang membuat begitu.
Kabut, menyebabkan pemandangan terhalang.
Kabut, menyebabkan pesawat tidak bisa mendarat. Kabut, menyebabkan kerugian
penerbangan dan kerugian para penumpang, rugi materi dan rugi
waktu. Kabut, menjadi penghalang
untuk orang mencapai tujuan, dan tidak
sedikit pula kabut dapat menimbulkan kecelakaan. Apakah asap dan kabut ini baik
untuk dihisap dan dibawa bernafas? Banyak orang yang merasa sesak karena harus
menghisap asap.
Siapakah yang salah dan apakah yang salah.
Salahkah petani? Salahkah pembakar hutan?. Mereka hanya membuka lahan
perkebunan dan cara yang mudah dan murah.
Dan setiap musim kemarau mereka
akan mengulang kembali kerjanya mebakar semak membakar belukar dan
membakar hutan. Makanya dapat diramalkan
setiap musim kemarau Kabut Asap akan menyelimuti kita.
Hari ini 23 Juni, dan musim kemarau akan
panjang. Diperkirakan hujan akan turun di bulan September. Maka siap-siaplah
akan serbuan kabut asap. Kalau asap itu terlalu tebal meliputi bumi. Maka
cahaya matahari akan terhalang memanaskan bumi. Bumi yang tidak panas ini tak
sanggup menguapkan air laut, maka awanpun tak terbentuk. Udara tak berawan yang
ada hanya asap. Jika awan tak ada maka hujanpun tak akan turun. Kalau hujan tak
turun maka asap tak akan mau habis. Kerna jalan satu-satunya untuk membersihkan
udara ini dari Kabut Asap adalah dengan rintik hujan. Rintik hujan inilah yang
akan membawa asap kembali ke asalnya dan hilang.
Saya merenung asap mudah membuatnya tapi
sangat sukar untuk melenyapkannya. Asap kalau sudah terbentuk dia akan terbang
dan dia akan menimbulkan kerugian yang bukan main, Dia akan merusak kesehatan,
sehingga dimanapun ada asap dianjurkan pakai masker dan orang disuruh berkurung
dirumah jangan kemana-mana.
Hari ini saya lihat kabut asap sudah mulai
bergelantungan di kota
padang, Kalau
kita tetap acuh dam membiarkan kebakaran dan kebakaran. Tak mau memadam dan
menyiram api, Acuh saja tak mau melaporkan kepada yang berwajib. Atau petugas
yang berwenang tak mengacuhkan asap dan
kebakaran semak belukar dan hutan.
Agaknya yang kita rasakan selama ini
adalah pemerintah tidak tegas, tidak mau menindak, dan tidak mengenakan sangsi
kepada yang membuat asap.
Sejak tahun 1997 tiap tahun kita diserang
asap, tapi belum seorangpun yang dihukum akibat membakar hutan. Peraturan sudah
ada tapi sepertinya tak dijalankan. Peraturan tinggal peraturan, pemerintah
tidak tegas dan tidak serius terhadap Kabut Asap. Akhirnya banyak rakyat
menderita dan banyak kerugian yang dialami. Lalu ada yang berciloteh Indonesia negara yang suka meng
impor barang dari luar, tapi hanya pandai mengexport Kabut Asap.
Tidakkah kita malu untuk semua ini. Kalau tidak malu berarti tidak
beriman, kerna malu itu sebagaian dari iman.
Padahal semua tahu, burungpun tahu bahwa
asap dapat menimbulkan bencana yang luar biasa.
Selama manusia acuh dan pemerintah tak
serius dan tak mau memadamkan api, maka kita akan menuai Kabut Asap dan menuai
penyakit serta kesusahan.
Di dalam
tubuh kita pun sering ada kabut.
Kalau kabut itu mulai menyelimuti hati,
wajah kelihatan suram, tidak berseri lagi. Di zaman sekarang,
banyak hati yang berkabut,
banyak muka yang berwajah
cemberut, dan banyak suasana yang
tidak jernih. Padahal di tubuh ini, hanya hatilah yang sering
dipakai jadi kontrol sosial. Maka sering
orang menyebutnya dengan HATI NURANI, di mana kata asalnya nur yang
berarti cahaya. Tetapi sekarang, banyak hati yang tidak lagi bercahaya.
Hati
nurani adalah kontrol sosial yang
terdapat di dalam tubuh kita, apa pun yang kita lakukan, yang
diketahui atau tidak diketahui oleh
manusia lain, selalu
dikontrol oleh hati nurani. Hati nuranilah yang selalu memberi penilaian terhadap apa
pun yang dikerjakan. Hati nuranilah yang
menegur salah atau betulnya apa yang kita kerjakan. Kalau kita berdusta di
siang hari, maka di waktu malam selalu kita diusik oleh hati nurani dengan bermacam-macam
pertanyaan: “Kok kamu berdusta? Kenapa
orang yang sudah begitu percaya padamu, lalu kamu dustai?” Lalu untuk apa
dusta, dan kenapa harus berdusta. Hati
nurani akan selalu minta pertanggungjawaban atas apa pun yang kita kerjakan.
Tetapi
kalau dusta itu sudah menjadi
pakaian, maka nuraninya pun malas
memprotes, dan nuraninya mulai membiarkannya berlaku begitu. Kalau
dosa-dosa terlalu sering dikerjakan,
maka dia akan menyelimuti hati nurani, sehingga hati
itu tidak lagi bercahaya. Disebut juga hati itu sudah berkabut, diliputi asap dan
debu. Melalui dusta, melalui hati yang berkabut inilah syetan
masuk ke dalam tubuh manusia dan ikut mengalir di dalam aliran darah, sehingga bisikan
syetan sangat mudah didengar dan dikerjakan oleh yang punya tubuh. Dia
membenarkan bisikan syetan dan syetan
dianggap kawan.
Hati yang sudah berdebu dan muram itu
tidak dapat lagi dijadikan kontrol sosial dalam tubuh. Dari hati yang berdebu
inilah terbit ide-ide untuk melakukan kemaksiatan. Dari sinilah muncul keinginan
yang bukan-bukan, karena hatinya telah kesat
dan suram, hatinya telah buta. Orang yang sudah berhati buta ini
tidak dapat lagi memahami kebenaran yang
datang dari Allah sebagai firman suci-Nya: “Maka apakah
mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Surat Al
Hajj ayat 46).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar