Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Hari
minggu 4 September 1994. Fakultas Kedokteran
dalam
rangka
merayakan Dies Natalisnya yang ke 39, menggelar
kompetisi
Galatawa.
Yaitu pertandingan sepak bola yang penuh dengan gelak
dan
ketawa di GOR H Agus Salim. Galatawa, karena
pertandingan
sepak
bola itu penuh tawa dan canda, tidak memenuhi aturan FIFA
karena
ini semata-mata pertandingan keakraban dan persahabatan
antara
mahasiswa dan dosennya dan dosen dengan Detail man. Piala
akhirnya
di rebut oleh staf dosen setelah menjalani perpanjangan
waktu.
Diatas kertas dan diatas lapangan, seharusnya kompetisi
hari
itu di menangkan oleh mahasiswa, karena mereka masih muda-
muda,
larinya kencang, tehnik permainannya cukup tinggi karena
sering
latihan, mereka jauh lebih gesit. Melihat hal yang demi
kian
staf dosen tiap sebentar ganti pemain. Yang lucunya dalam
penggantian
pemain ini, tidak ada pemain yang keluar, tapi banyak
yang
masuk, sampai akhirnya saya hitung pemain dari dosen
ini
membludak
jadi 21 orang, lawan mahasiswa 11 orang. Namun masih
saja
sang dosen terengah-engah, maklum sudah pada tua,
hanya
semangat
bertanbing saja yang tinggi. Pada detik-detik terakhir,
score
masih sama 0-0, tidak ada yang menang dan tak ada
yang
kalah.
Pada saat itulah sebuah umpan manis dari Prof Dr Syafril
Syahbuddin
yang juga sebagai dekan dan sebagai kapten, dapat saya
manfaatkan.
Bola itu saya giring, memasukki jantung pertahanan lawan, saya
arak saya kilik, beberapa pemain belakang dapat saya
lewati.
Penontonpun bersorak memberi semangat,
ada yang berte riak
" Ayo Maradona", semangat saya terbakar berlagak
seperti Maradona. Tapi penonton tidak tahu, sewaktu saya menggiring
bola itu, saya bisikkan pada yang datang menghadang "Jangan halangi”
!,buat seakan-akan benar-benar kejadian". Maka si
mahasiswa itupun
pura=pura
membayangi, tapi memberi kesempatan. Masuk ke titik penalti,
bola terus saya giring sampai berhadapan dengan kiper, tapi
nafas sudah sesak, tenagapun berkurang, sehingga bola yang saya
tendang ke gawang, dapat di jepit oleh kiper dengan kedua
kakinya. Usaha dan jerih payah saya sia-sia, tapi saya tak kehilangan
akal. Saya perintah kiper itu dengan sedikit
"Ancaman". "Buka kakimu". Kiperpun membuka kakinya
dan bola terlepas, langsung bola yang muntah dari kiper saya sambar, dan
saya arahkan ke pojok gawang. Jala gawangpun bergetar,
gol tunggal tercipta melalui tendangan kaki yang
manis. Saya meloncat ke girangan, penontonpun bersorak,
wasit diam, tidak meng anulir gol yang berisi ancaman
ini. Dalam sorak penonton, ada yang gembira, tapi ada pula
yang menyoraki, karena permaianan tidak adil
penuh dengan kelicikkan dan diatas ancaman. Namun
namanya kompetisi Galatawa, semua boleh-boleh saja. Akhirnya pluit
panjang berbunyi dan pertandinganpun usai. Kami bersalaman dan berangkulan,
antara dosen dan mahasiswa. Semua ketawa, semua gembira.
Staf dosen gembira karena kemenangan yang di perolehnya,
mahasiswapun gembira karena dapat berbuat sesuatu untuk gurunya dan
dapat menyenangkan hati gurunya. Wasit Ujangpun
tersenyum-senyum, karena toleransi dan kemudahan yang di berinya
dapat memenangkan dosen. Saya angkat tinggi-tinggi piala yang di
perebutkan itu, lalu saya cium. Dan blitz pun menyala, kami di fota, bagaikan
Maradona yang mengakat tinggi-tinggi dan mencium piala dunia. Memang
dalam pendidikkan dokter selalu diajarkan bahwa sesama
dokter itu ditanamkan rasa korps yang tinggi. Saling
menghargai dan saling menghormati sejawatnya. "Saya akan memperlakukan
sejawat sebagai audara kandung". Saya akan memperlakukan orang lain,
sebagaima saya ingin di perlakukan. Sakitnya sakitku Jua. Dukanya
dukaku jua, dan cerianya ceriaku jua. "Sikap yang tak terpuji
ialah" Kata guru etik kedokteran sewaktu saya di bangku kuliah
"Seorang mencemeeh sejawatnya, melecehkan dan menghina, apalagi
di hadapan orang ramai". Kalau kamu tak bisa membela sejawatmu,
lebih baik kamu diam saja, jangan ikut-ikutan menjelekkan sejawatnya. "Benar"
Kata saya dalam hati sambil mengangguk dan menyimak, seakan-akan
mendengar pesan Rasul :"Janganlah satu kelompok menghina kelompok
yang lain, belum tentu yang menghina itu lebih baik dari yang dihina"
; Sabdanya yang lain "janganlah kamu membenci seseorang, boleh
jadi yang kau benci itu jadi kekasihmu". "Janganlah dengki"
Sabda Rasul dikali yang lain " Sesungguhnya dengki itu akan memakan
kebaikkan se akan-akan api memakan kayu bakar yang rapuh dan
mersik". Karena orang dengki itu tak rela melihat kelebihan
orang lain. AL-Qur'anpun berpesan "Janganlah kamu mencari-cari
kesalahan dan janganlah kamu berpurbasangka, karena semua itu adalah dosa. "Jangan
sombong, karena tak akan masuk ke syurga sesorang, apabila
ada sebutir rasa sombong didalam dadanya". Sesudah
bertanding lalu saya merenung "Kami bisa menang karena
kami punya sedikit kekuasaan dan kelebihan" Sebagai dosen kami
berkuasa pada mahasiswa, apa yang kami katakan akan
diturutinya. Padahal sebentar lagi kalau mereka sudah tamat,
mahasiswa itu langsung jadi teman sejawat, Duduk sama rendah
tegaksama tinggi. Tapi kekuasaan yang sedikit itu saya
manfaatkan untuk merebut piala, walaupun itu namanya piala Galatawa.
Oh betapa mudahnya satu kekuasan di selewengkan, dan betapa mudahnya
dengan kekuasaan mencapai tujuan. Betapa beratnya tanggung jawab
seseorang terhadap kekuasaan yang dipikul dan di
percayakan padanya. Di lapangan hijau tadi, saya merasa sedikit bersalah,
memamerkan segala kekuasaan dan kekuatan saya untuk mempengaruhi
dan menekan mahasiswa. Tapi untunglah mahasiswa mengerti
bahwa ini hanya untuk Galatawa, untuk tertawa dan
bergembira. Dan
dalam hati saya mengakui bahwa yang sebenarnya jadi
pemenang adalah mahasiswa, yang
dengan kemurahannya, mengantarkan bola kekaki dosen, dan
dengan kerelaannya, mau membukakan kakinya yang telah menjempit
bola. Kalau buka karena semua itu, dosen tak akan
menang.
Untuk
semua ceritra diatas saya teringat pesan AL_Qur'an dalam surat Al Hujarat ayat 11-12 :"Hai orang-orang
beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang
lain (karena) boleh jadi mereka yang di olok-olokkan itu lebih baik
dari mereka yang di olok-olokkan itu.
Hai
orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain".
P a d a n g 4 September 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar