Oleh Dr.H.K.Suheimi
Saya
iba, saya kasihan kepada orang-orang yang
dengki,
karena
mereka sedang sakit, dengki adalah penyakit yang sangat
susah
dan sukar mengobatinya. Orang dengki selalu resah
dan
gelisah.
Resah melihat kelebihan orang, gelisah melihat kebaha
giaan orang,
matanya liar mengintip kelebihan yang
menimpa orang
lain dan
dia cemburu, Telinganya di buka lebar-lebar ingin tahu
rahasia
orang, mulutnya "monyong" komat kamit dan
bergunjing
kasana
sini, mempergunjingkan dan kalau perlu memfitnah orang
yang di
dengkinya. Dia susah tidur, fikirannya selalu pada orang
lain, dan
fikirannya tak pernah merasa puas dan di
dalam hatinya
tak ada
rasa syukur. Dia ndak bisa konsentrasi, dia tak bisa
menyatukan dan
mengarahkan fikirannya, karena fikiran dan hatinya
selalu
terbelah, terbelah karena ingin "mencikaroi" orang lain.
Saya
lebih kasihan lagi karena orang pendengki tak pernah
tenang dan
tentram, matanya telinganya dan hatinya di penuhi oleh
debu-debu
kedengkian. Tak boleh melihat orang lebih. Dia akan
berusaha
melalui ucapan dan perbuatannya untuk menjatuhkan dan
mencelakakan
orang lain. Kalau tak mampu sendiri dia minta ban
tuan
pada orang lain.Kalau orang lain juga tak mampu dia minta
pertolonganapada
mahkluk halus dan pada syetan. Kalau perlu biar
sama-sama
tidak mendapat atau sama-sama kehilangan, asal orang
yang di
dengki itu jatuh dan celaka. "Ndak lalu dandang di aie
didarek di tajakkan juo"
Saya
teringat cerita seorang teman tentang seorang
yang
dengki
ndak boleh melihat tetangganya berlebih. Satu kali dia
dapat
keberuntungan , dia boleh minta apa saja pasti dikabulkan,
"memintalah"
kata sang dewa "Kau boleh meminta apa saja,
tapi
ingat setiap
kali kau meminta "satu", aku akan beri tetanggamu
"dua".
Lantas dia berfikir kalau aku meminta sebuah mobil tentu
tetangga
akan dapat dua mobil. Kalau aku minta rumah satu tentu
dewa akan
memberi tetangga dua buah rumah. Setelah dia berfikir-
fikir, lalu
dia meminta dan berdo'a : "Butakanlah mataku sebelah,
agar
tetangga bisa buta kedua matanya". Biar dia "Celek" asal
tetangganya
"Buta". Kira-kira
begitulah penyakit yang diidap oleh
si
pendengki. Dia menghancurkan dan merusak dirinya sendiri dan
juga
menghabcurkan dan merusak orang yang di dengkinya. Berbulu
matanya
dan berbulu hatinya melihat kelebihan orang lain. Baru
senang hatinya
kalau orang lain sengsara dan dia selalu berlebih
dari orang lain.
Saya lebih
kasihan lagi sewaktu mendengar petuah sang guru.
"Si pendengki itu bagaikan sedang menyalakan kayu api yang mersik
"Si pendengki itu bagaikan sedang menyalakan kayu api yang mersik
untuk membakar
segala amal kebaikan yang pernah di kerjakannya".
Oh
betapa ibanya kita pada orang yang sedang di timpa penyakit
dengki.
Dia sudah payah-payah membuat amal kebaikan, kemudian
dalam
waktu sekejap semua amal kebajikan itu ludes dimakan api,
sebagaimana
api sedang membakar kayu yang mersik.
Hasad berarti berbuat dengki, pelakunya di sebut hasid
yaitu
orang
yang pendeki. Lalu kata guru saya dengki ini
termasuk
tatanan penyakit mental.
Stadium
pertama dari penyakit mental ini disebut dengan iri
hati, yaitu
tak senang melihat orang lain mendapat
kenikmatan ,
hatinya
berbulu, kalau tak segera di sembuhkan
maka penyakit ini
meningkat dan
naik jadi hasad, yaitu iri hati plus ia ingin agar
kesenangan
orang itu lenyap dari orang itu. Pada taraf Ini syetan
sudah
bersarang dan bertahta dalam lubuk jiwanya. dan berharap
dan
berupaya supaya kesenangan yang di rasakan orang lain itu,
hilang
pada orang itu dan kesenangan itu berpindah
padanya.
Stadium
ketiga kata guru saya adalah dendam. yaitu dengki plus.
Dimana timbul keinginan menyakiti orang itu.
Semua
penyakit ini, iri, dengki dan dendam, pada awalnya
berasal dari
ria. Ria adalah rasa pamer ingin memperlihatkan apa
yang ada
pada dirinya, suka menceritrakan apa yang ada
pada
dirnya
agar dia dapat pujian. Komplikasi ria ini adalah iri,
dimana dia
takut kalau orang lain yang di puji. Orang Ria, kagum
pada
diri sendiri dan dia menuntut agar orang lain juga
ikut
memujinya.
Komplikasi berikutnya adalah dengki. Maka ia berupaya
agar
kesenangan itu hilang dari orang. Ini sudah merusak pergau
lan.
Yang ke tiga
ialah takabur, sifat merasa dirinya besar. yang
lain kecil. Orang lain kecil remeh. Yang hebat, yang cakap dan
yang berarti hanya aku.
Orang menjadi
pendeki karena dia hanya tahu penomena karena
tak
sanggup mencari hakekat. Ia hanaya tahu kulit tapi tak tahu
isi. Dia
mengerti kwantita tapi tak tahu kualita.
Orang
yang tak tahu hakikat ini gampang iri dengki
dan
dendam.
Karena tak dapat mebedakan kuantita dan kualita. Dia
mengalami
proses pendangkalan iman, erosi iman.
Memang
diantara berbagai penyakit ruhani, dengki atau hasad
adalah salah
satu yang paling berbahaya untuk
kehidupan manusia.
Kita
disebut dengki kepada
seseorang jika kita tanpa
alasan
yang
jelas, apalagi alasan yang adil, serta merta tak
senang
kepada segala
kelebihan atau keutamaan yang di punyainya, Ber
bareng dengan
itu kita terdorong melakukan firnah yi berita buruk
yang tak
benar atau palsu. Jadi kedengkian adalah pertarungan
sepihak
yi si pendengki menyerang sasaran tanpa sasaran
itu
mengetahui
apalagi berdaya mengelak dan melawan. Karena
itu
kedngkian
acap kali benar-benar mencelakakan
atau menjatuhkan
orang yang
menjadi sasaran itu
Saya teringat
pesan Rasulullah "Jauhilah olehmu kedengkian ,
sebab
kedengkian itu memakan segala
kebaikan seperti api mema
kan kayu bakar
yang kering ". Kerna dalam kedengkian itu
dengan
sendirinya
tersembunyi keinginan agar orang lain celaka, sebagai
bukti ada
kepalsuan dalam perbuatan baik kita, karenanya
seluruh
perbuatan baik
kita akan musnah, ibarat rumah kertas yang dilahap
api
kedengkian sendiri sebab apalah arti kebaikan jika
tidak
dilandasi oleh
itikad kebaikan, semua amal tergantung pada niat.
Dengki dapat
menjadi pangkal kesengsaraan orang
bersangkutan
sendiri. Dan
memang tak ada orang yang dengki yang tidak menang
gung jenis kesengsaraan tertentu . Mengapa? Sebab perasaan
benci
kita kepada seseorang yang menjadi sasaran kedengkian
kita justru
kebahagiaan orang lain.
„
„
Berarti bahwa
"Kebahagiaan " orang lain itu hanyalah hasil
refleksi atau pantulan kaca situasi
batin yang merasa tidak
bahagia. "Rumput di balik pagar
sendiri nampak lebih segar".
Jadi
dibalik, berarti rumput dalam pagar sendiri selalu nampak
lebih layu.
Akibat rasa rendah diri, tapi dapat lebih gawat yaitu
akibat ke tidak mampuan bersyukur kepada
Allah. Itu
berarti
bahwa secara tidak sadar kita mendefinisikan kehidupan
kita
pada kehidupan
orang lain , jika ia bahagia kita merasa sengsara,
dan jika
ia sengsara kita merasa bahagia, maka seorang pendeki
dengan
sendirinya selalu gelisah,
karena di hantui
perasan
kalah dengan
orang lain. dan kesengsaraan itu menjadi-jadi ketika
kedengkian
nya itu membuat nya bertindak hanya sekedar hendak
mengalahkan
orang lain. Itu tindakkan tidak sejati
dan tindakkan
tak
sejati mustahil membaewa ke bahagiaan. Maka untuk menangkal
kedengkian,kita
harus selalu pandai bersyukur kepada Alah. Dengan
memnajatkan
puji syukur dan mensyukuri apa-apa yang telah di beri
dan di
tentukan Tuhan untuk kita, akan mengurangi dan menhilanga
kan rasa
dengki dan iri. Disamping itu kita uga minta perlindun
gan pada Allah
terhadap orang-orang yang Hasid apabila dia deng
ki.
„
„
Untuk semua
itu saya teringat akan sebuah Firman Suci_Nya
dalam
Al_qur'an surat Al Falaq
ayat 5 :"Aku berlindung dari
kejahatanorang
yang dengki apabila ia dengki ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar