Oleh : Dr.H.K.Suheimi
"Semua
bangkai haram" kata guru saya ketika saya duduk klas
IV SD,
"Kecuali bangkai Ikan" ulas bu guru sambil
mengatakan
bahwa
hanya bangkai ikan saja yang halal, boleh dimakan. Maka
saya tak
pernah ragu memakan bangkai ikan, ikan yang sudah mati,
bahkan
ikan yang sudah kering dan mersik karena sudah lama jadi
bangkaipun
saya makan. Ikan siam, maco kukai dan sepat, pokoknya
semua ikan
asin mulai dari ikan teri sampai ikan gabus yang besar
enak dan
lezat, selalu jadi santapan saya setiap hari. Makanan
terasa
kurang lengkap kalau tak disertai ikan asin,
sehingga
kalau
selera patah saya cari ikan asin, nafsu makanpun terbuka
karenanya.
Memang dari kecil saya suka makan ikan dan saya di
juluki
"Palauak", suka makan lauk, senang makan ikan. Dari kecil
kebiasan
dan kesukaan makan ikan itu sampai saat sekarang tak
pernah
kendur-kendurnya. Setiap kali lewat di sicincin
saya
usahakan
singgah di Eka Sari untuk menikmati panggang ikan. Kalau
ke Painan
singgah sebentar di Rumah makan keluarga untuk melahap
kepala
ikan Baracuang, begitupun kalau ke Pariaman tak
lupa
mampir di
rumah makan Pauh, lagi-lagi yang di cari ikan,ikan dan
ikan. Apalagi
kalau ikannya baru di tangkap, menggelepar-gelepar
alangkah
gurih dan lezatnya. Setiap makan ikan itu saya sering
teringat
petuah sang guru, bahwa bangkai ikan itu halal. Ketika
saya duduk di
bangku SD itu, lagu yang saya senangi adalah lagu :
Saya hendak
kepekan, mau beli ikan
Ku masak
dengan santan, untuk ayah makan
ð73 Š
„
„
Tak
pernah saya bosan dan tak pernah saya menolak jika di
suguhi ikan,
tidak ada do'a penolak rezeki. Maka kemana pergi dan
dimanapun
saya berada selalu saja dalam ingatan ini, ikan,ikan
sekali
lagi ikan. Waktu di Ujung Pandang, yang paling enak itu
justru
ikan bakarnya dan udang, apalagi kalau kembali berlayar
dari
pulau Lai-lai dan pulau Kahyang di laut di depan
ujung
pandang,
dulu namanya Makasar, dan saya menginap di Makasar
golden hotel, didepan pantai ujung Pandang.
„
„
Saya senang sekali melihat ikan yang berenang
dan bermain,
saya
senang melihat ikan yang lagi pacaran, saya senang melihat
ikan yang
melahirkan sambil memelihara dan menyelamatkan anaknya
didalam
mulutnya, saya senang menyaksikan semua ikan-ikan hias
yang sangat
indah dan menarik hati. Mereka selalu bergerak sambil
mengipas-ngipaskan
sirip dan ekornya yang berjumbai-jumbai dan
berwarna-warni.
Baik siang maupun malam mereka terus bergerak,
seakan-akan
tak pernah tidur, menimbulkan ke asyikkan. Asyik
memandang ikan
ini, menyebabkan kita terlupa akan persoalan hidup
yang
kadang-kadang ruwet. Kalau fikiran sedang kacau, saya pergi
ke pinggir
kolam, disana segala kekacauan dan ke ruwetan fikiran
saya curahkan
kedalam kolam dengan menikmati akrobatik-akrobatik
ikan. Selepas
memandang ikan, biasanya fikiran kacau dan perasaan
risau itupun
terasa berkurang. Entahlah, kalau berbicara tentang
ikan dan ikan
seakan-akan tak mau habis-habisnya. Tapi yang saya
tak habis
fikir adalah, kenapa ada kekecualian bahwa bangkai ikan
itu halal?.
Kenapa Tuhan memberi kekecualian pada bangkai ikan?.
Pasti
ada apa-apanya. Pasti dalam ikan itu banyak ke istimewaan
dan ke
lebihan, kalau tidak kenapa Tuhan memberikan kekecualian?.
ð73
Š
„
„
Akhir-akhir
ini baru saya sedikit mengerti setelah saya
membaca
bahwa orang jepang adalah manusia yang paling
doyan
melahap
ikan. Dibandingkan dengan orang Indonesia kita sangat
jauh
ketinggalan. Penyelidikan berkata bahwa ternyata
orang
Jepang
memakan ikan setiap orangnya sebanyak 24 kg per minggu,
sedangkan
orang Indonesia memakan ikan hanya sebanyak 16 kg per
tahun.
Bayangkan 24 kg/minggu dibandingkan dengan 16 kg/tahun.
Pantaslah
orang Jepang daya kerja dan semangat kerja
tinggi,
mereka
berjalan cepat, bekerja cepat dan tepat dari pagi sampai
malam, tiada
hari tanpa kerja. Bagi mereka tak ada istilah berme
nung dan
membuang-buang waktu, waktu adalah uang, waktu adalah
kerja.
Daya fikirnya tinggi, IQnya baik, kwalitas manusinyapun
luar biasa.
Kulitnya halus dan bercahaya. Saya ngak tahu, apakah
karena mereka
selalu melahap ikan?. Padahal di Jepang harga ikan
sangat
mahal. Bayangkan khabarnya ikan Tuna harganya 36 Dollar
satu kilo, atau Rp 75.000,- udangpun 28 Dollar
sekilo. Walaupun
mahal, mereka tetap membelinya. Memang di negara-negara
maju kita
lihat harga ikan rata-rata 4-6 kali lebih
mahal dari harga da
ging.
Tapi tetap di beli dan di cari, kenapa?. Tak lain dan tak
bukan
karena mereka mengerti dan paham bahwa daging ikan sangat
besar faedah
dan mafaatnya. Seratnya jauh lebih halus, asam amino
essentialnya
jauh lebih lengkap di dalam daging ikan.
Kadar
kholesterolnya
sangat rendah. Apalagi di zaman sekarang kholes
terol
merupakan sumber bermacam-macam penyakit. Didalam ikanpun
banyak kadar
Phospor dan kalsium, yang sangat baik untuk metabo
lisme
otak sehingga orangnya jadi pintar dan untuk pertumbuhan
tulang.
„
„
Mungkin
karena manfaatnya yang sangat banyak, dari semula
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] ŠTuhan telah memberi isyarat bahwa "bangkai ikan halal", tentu
pada ikan itu
banyak kelebihan dan manfaatnya. Sekaranglah orang
baru
mengerti manfaat dan ke unggulan ikan, sehingga
walaupun
mahal orang
tetap berebut mencarinya. Padahal ikan yang sampai di
jepang itu
sudah lama jadi bangkai, ber hari-hari. Tentu sebaik-
baik bangkai,
akan jauh lebih baik ikan segar yang sedang mengge
lepar-gelepar.
„
„
Saya
teringat ikan garing dari lembah anai, alangkah lezat
nya,
sampai-sampai sisiknyapun enak di goreng. Kenapa ikan yang
hidup di
sungai-sungai Sumetera Barat lezat, gurih , bermutu dan
begizi
tinggi?. Agaknya karena sungai-sungai di Sumbar selalu
mengalir
dan berair deras, sehingga nafsu makan ikan
semakin
bertambah.
Apalagi bukit dan gunung di sumbar banyak mengandung
mineral dan
zat kapur, akibatnya ikan-ikannyapun mempunyai serat
daging yang
enak dan lezat serta banyak mineralnya. Makanya ikan
dari Sumbar
sangat laku di Riau dan di Jambi. Tapi yang saya tak
habis mengerti
kenapa orang kita tidak begitu doyan makan ikan?,
baik ikan air tawar maupun ikan laut. Padahal
ikan-ikan disini
dengan mutu yang baik dan harganya jauh lebih murah dari
daging.
Saya kira sudah masanya kita merubah pola laku dan
kebiasaan dari
pemakan daging
dan lemak serta isi perut atau jeroan, hati, limpa
tambusu
dan otak, di rubah menjadi kebiasaan makan ikan. Semoga
semangatnya
bisa pula seperti ikan, yang bergerak dan bekerja
terus
walaupun siang maupun malam, sehingga terlahir
manusia-
manusia
seperti orang Jepang. Jangan sampai kita seperti yang
diungkapkan
oleh sebuah pepatah "Ayam mati kelaparan di
atas
padi".
Di tanah kita, ditempat kita hidup, ditempat udara kita
hirup,
bertebaran zat-zat dan ikan-ikan yang sangat bermanfaat,
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Štapi kita biarkan begitu saja, lalu ikan-ikan ini di curi oleh
bangsa
asing, sehingga bangsa asing semakin kuat dan
semakin
sehat, sedangkan kita....?
„
„
Marilah kita syukuri nikmat yang telah di
turunkan Tuhan
dengan
memanfaatkan dan memaksimalkan penggunaan apa-apa yang
telah di
turunkan_Nya ini. Untuk itu semua saya teringat akan
sebuah firman
suci_Nya dalam Al_Qur'an surat An Nahl ayat 14 :
"Dan Dia
Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan
daripadanya daging yang
segar (Ikan) dan kamu menge
luarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu meli
hat
bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntun
gan) dari
Karunia_Nya dan supaya kamu bersyukur".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar