Oleh : Dr.H.K.Suheimi
[1]
„
„
Saya teringat akan masjid di kampung,
ketika kecil saya
sering bermain dan menghabiskan waktu disana. Mesjid yang
sangat
sederhana, hanya ruang lepas tanpa pembatas dan dapat di
masukki
oleh
siapa saja dan kapan saja. Masjid ini sangat akrab dengan
penduduk
di kampung itu, apa saja upacara sering di lakukan di
mesjid. Karena
sederhananya maka Masjid ini cocok untuk penduduk
kampung
yang juga sederhana. Di mesjid kampung itu tak ada batu
pualam dan
tidak ada hiasan yang menjolok dan berlebihan-lebihan.
Mungkin
karena ia tak berdiri untuk kasih ujud apapun
selain
sebagai
tempat ibadah . Ia merupakan cerminan dari masyarakat
yang tak
merasa perlu pamer karenanya ia intim dengan penduduk
disekitarnya.
Masjid di kampung kita juga bukan masjid tempat
menyimpan
makam dan kuburan orang besar, dalam kandang yang kokoh
dan
wangi-wangian yang di kotori taburan uang penderma, ia bukan
gemerlap,
sementara orang di luar hidup zuhud atau papa.
„
„
Masjid di kampung kita bukan melambang
kekuasaaan dan ke
wibawaan serta keangkuhan dan kepngahan,
tempat berbangga dan
membanggakan diri.
„
„
Sedangkan sekarang di Mesjid-mesjid megah biasanya
bertemu
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Škekuasaan para pembesar agama dengan pembesar negeri. Kadang-
kadang pertemuan itu mulia, kadang-kadang tidak. Dan yang
ulaman
ya se akan harus menyebut bahwa Mesjid ini berdiri
oleh karena
bantuan dan sumbangan para pembesar dan
orang-orang kaya di
negeri
ini, sambil mencantumkan menyodorkan daftar nama orang-
orang
yang memberi bantuan itu kepada setiap tetamu yang datang
dan berdecah kagum.
„
„
Bangunan memang mencerminkan sikap orang yang
mendirikannya.
Sebagai contoh lihatlah, Mesjid Sultan Harun di Kairo
yang sering
di sebut sebagai teladan arsitektur Islam
yang elok, seorang
arsitek Mesir
sendiri pernah berkata "Bila saya sendiri di Masjid
Sutah Harun,
dimanakah tempat saya?".Ia mengakui Betapa monumen
talnya
bangunan itu, tapi ia mencatat bahwa masjid itu di bangun
untuk
lambang kekuasaan dan ke wibawaan Sultan dan pemerinta
hannya.
Justru ketika pemikiran dan peradaban Islam di
titik
terendah dan sangat statis.
„
„
Namun bangunan-bangunan besar sering hanya bisa di topang
oleh kekuasan yang mutlak dan menghabiskan dana yang
mencekik.
„
„
Mesjid, memang bisa jadi sesuatu yang
berlebihan, sebuah
isyarat tentang iman, tapi juga kepongahan.
„
„
Saya teringat akan sebuah kisah, seorang miskin
yang papa
ingin melaksanakan shalat Jum'at di sebuah Mesjid
besar. Namun
karena ke papaannya dia ragu dan termangu-mangu di depan
Masjid.
Pakaiannya yang lusuh dan baunya yang tak
sedap tidak sesuai
dengan jemaah yang shalat di Mesjid itu
dan lebih-lebih tak
sesuai dengan ke indahan dan keagungan Masjid yang
berlpis pualam
dan berukir air emas. Betapa inginnya si papa bersuhud
menyembah
Allah di Mesjid yang megah itu, namun
dia tak memiliki kain
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šsarung, auratnya tak tertutup. Dalam ia ragu, termangu-mangu dan
ingin
beribadah menyembah Tuhannya dengan tulus dan ihklas, pada
saat itu
pula datang seorang kaya dengan wewangian di tubuhnya
dengan pakain
yang gemerlap dan indahnya. Dan dengan kasarnya si
kaya ini
menegur si papa :"Eh mengapa kamu disini, mau mencuri
sandal
ya !". Betapa iba hati si papa, ia ingin mendekat
dan
beribadah
di Mesjid, tapi dia di hina dan di tuduh mencuri sen
dal.
Pelan-pelan mesjid itu di
tinggalkannya, iapun
berlalu,"Memang
tempatku bukan disini" desahnya pelan.Iia mengadu
kepada
Tuhannya dan ia ingin selalu medekatkan dirinya
pada
Tuhan.
Tuhanpun mengiringi kepergiannya dan Tuhan selalu bersa
manya,
akhirnya dia shalat sendirian ditepi
sungai, dengan Tuhan
di
hatinya, terasa saat Shalat sendirian di tepi sungai seakan
Tuhan
sangat dekat dan bertambah dekat, dan Tuhan tidak mening
galkannya,
Tuhanpun ada disitu di dekatnya. Orang papa itu pergi
meninggalkan
mesjid dan orang kaya yang sombong dan kasar itu, di
temani
oleh Tuhan. Dan Tuhanpun meninggalkan orang kaya itu di
Mesjid
yang mewah. Apakah Tuhan juga meninggalkan Masjid yang
berisi ke
angkuhan dan kesombongan serta isinya yang serba pamer,
kita ndak
pernah tahu.
„
„
Lalu saya berfikir bagaimana usaha agar si papa
tidak lagi
meninggalkan
Mesjid, dan si papa dapat kita rangkul bersama, agar
kitapun
memperoleh do'anya? sehingga Tuhanpun selalu bersama si
papa dan bersama kita?.
„
„
Banyak Masjid yang mewah dan megah tapi tak
berjiwa, tak
bersemangat, kurang darah., lesu tak ada kegiatan,
tak ada apa-
apanya. Kadang-kadang terkunci, karena takut kalau ada
pencoleng
yang masuk Masjid. Seperti kuburan cina saja, megah,
mewah mahal,
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Štapi didalamnya hanya ada bangkai yang tak bernyawa dan tak
berjiwa.
„
„
Di Masjid tempat berkumpulnya penduduk di
sekitarnya. Dan
setiap penduduk yang masuk Masjid ingin berbuat baik dan
beramal
serta beribadah. Artinya di Masjid lebih mudah
menghimpun orang
dan lebih mudah memilih orang-orang yang terbaik dan
orang-orang
yang mau bekerja dan berkorban. Ini adalah
modal yang sangat
besar. Ditunjang lagi oleh suasana mesjid yang luas, aman
tentram
dan pekarangan yang luas. Letak sebuah Masjid biasanya di
tengah-
tengah pemukiman penduduk, maka komunikasi dengan
penduduk seki
tarnya sangat mudah di laksanakan. Di
Masjid airnya mengalir
dengan lancar dan bersih, dan harga air
melalui PDAM adalah
dengan tarif sosial, sangat murah dan mudah.
Begitupun Listrik
juga dengan tarif yang sangat rendah. Dan setiap apapun
yang akan
di kerjakan dan di amalkan di Mesjid sangat mudah
di beritakan
dan di pasarkan apalagi jika di embel-embel dengan kata
amal dan
ibadah di ujungnya. Dengan potensi dan aset yang
demikian, sebe
tulnya di Masjid harus bisa banyak dikerjakan
hal-hal yang mena
rik hati masyarakat. Dan yang lebih penting lagi, apapun
usaha di
Masjid, angka penyelewengannya jauh lebih rendah,
hampir-hampir
tidak ada atau nol. Maka pemuda yang di besarkan di
pekerjakan di
Masjid akan lebih rendah penyelewengannya dan lebih mudah
mengem
bleng pribadinya, sebagai yang di contohkan
Rasul mengembleng
pemuda di dalam Masjid. Mengajarnya memanah,
berkuda, berolah
raga dan mencari kehidupan melalui Masjid.
„
„
Misalnya dengan harga listrik yang rendah, tempat yang
tidak
perlu menyewa, serta belum di incar oleh pajak dan dapat
memilih
tenaga yang baik dan trampil di tambah dengan
ujungnya adalah
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šibadah, maka pekerjaan-pekerjaan di bawah ini agaknya dapat
segera di mulai untuk meramaikan Measjid di masa depan.
„
„
1. Foto Copy, harga listrik murah, tempat
tidak membayar,
kejujuran bisa di dapat. Pasaran adalah semua yang
masuk Mesjid
di minta untuk memfoto copy semua kegiatannya di
Masjid, dan di
niatkan sebagai Ibadah untuk menolong pemuda yang
putus sekolah
dan meanmbah lapangan kerja serta meningkatkan SDM dalam
mengen
taskan kemiskinan. Pemuda yang bekerja di
Masjid ini otomatis
akan bersedia membersihkan Masjid, karena Masjid juga di
samping
berfungsi sebagai pendamai hati, tapi juga
tempat menentramkan
perut. Maka ia akan sungguh-sungguh karena di
Masjid ada periuk
nasinya, dan mereka inipun setiap waktu shalat akan
menghidupkan
Shalat berjemaah.
„
„
2. Mesin Jahit, atau mesin jahit pinggir yang
menggunakan
listrik, karena banyak jahitan di pasar
yang mencari tukang-
tukang jahit. Dan selama mesin jahit ini berjalan dan
berbunyi di
Masjid maka selama itu pulalah pahalanya akan
mengalir kepada
orang yang mendermakannya bagi orang-orang miskin yang
selama ini
susah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.
„
„
3. Mendirikan toko koperasi yang menjamin kebutuhan
sehari-
hari para penduduk di sekitar Masjid. Sehingga
masyarakat tidak
perlu jauh-jauh mencarai kebutuhannya ke Pasar yang sudah
kurang
aman serta jauh, perlu
parkir lagi dst. Dan sekalian ditanamkan
bahwa dengan berbelanja di koperasi masjid akan
menambah ibadah
karena dilaksanakan dalam rangka memajukan Masjid..
Koperasi itu
adalah milik mereka dan mereka merasa memiliki dan ingin
memaju
kan koperasinya sendiri.
„
„
Karena koperasi ini di Masjid, biasanya untuk membeli
bahan
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šapakah melalui dolog dll lebih mudah dan murah, dan pasarnya
sudah jelas dari kita untuk kita, dari pada harus
jauh-jauh dan
memperkaya orang yang beda agama dengan agama kita.
„
„
4. Mesjid akan bertambah ramai jika
di lengkapi dengan
perpustakaan. Untuk buku-bukunya, cukup minta
bantuan ke pener
bit-penerbit, biasanya buku akan dapat di peroleh atau ke dewan
dakwah di jln Matraman Raya no 45. Atau dari
donatur-donatur di
sekitar mesjid untuk menyumbangkan buku-bukunya.
Dengan embel-
embel, setiap kali buku itu di baca orang, amalnya akan
mengalir
kepada yang mendermakan, sekalipun bangkainya
telah luluh di
dalam kubur. Tapi kebanyakan perpustakaan
Masjid yang tampak
selama ini adalah bagaikan gudang buku. Buku-buku disana
menumpuk
tak pernah di baca, karena lemari pustakanya di
kunci, dan kun
cinya di simpan dan di bawa pergi oleh garin
yang berdinas di
luar, sehingga buku itu berdebu sebagai bukti tidak
di baca dan
tidak di buka oleh jemaah. Padahal
perpustakaan adalah tempat
yang strategis untuk menimba ilmu dan berdiskusi.
„
„
5. Karena Listrik harganya murah, bisa di
buat mesin air
listrik, dan airnya dapat di buat kolam. Saya
terkesan dengan
Masjid di Mlaysia yang membuat kolam di
tengah-tengah Masjid,
sehingga susananya menjadi dingin dan sejuk, orang
di dalamnya
merasa nyaman. Dan ikan-ikan yang di pelihara
dalam kolam itu
dapat pula jadi sumber dana untuk pembanguanan Masjid.
„
„
Jadi bagi mereka yang di percayakan jadi
pengurus Mesjid
terbuka peluang dan kesempatan untuk
memakmurkan Masjid dan
memakmurkan penduduk sekitarnya. Kesalahan kita selama ini
adalah
tidak melihat peluang dan tidak memanfaatkan peluang yang
sangat
besar dan berharga ini.
ð73 Š
ð73 Š
„
„
Dari sini dan dengan cara beginilah agaknya akan
menimbulkan
kecintaan orang pada Masjid, dan Masjidnya berjiwa karena
banyak
gerakkan dan kegiatan yang dapat di
tampung di dalam sebuah
Masjid ternyata sangat banyak dan berdampak positif.
„
„
Sebagai penutup. Masjid akan jadi ramai apabila Masjid
dapat
memenuhi dan menjawab kebutuhan
penduduk di sekitarnya, dan
penduduk betul=betul merasakan bahwa Masjid adalah
miliknya dan
berusaha memelihara, meramaikan dan memakmurkan
Masjid dan juga
memakmurkan penduduk sekitarnya. Untuk semua itu
saya teringat
akan sebuah Firman suci Nya dalam surat At Taubah ayat 18
:
„
„
"Hanya yang memakmurkan Masjid-Masjid
Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,
serta tetap
mendirikan Shalat, menunaikan zakat dan
tidak takut (Kepada
siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah
orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk".
Dibacakan Pada Diskusi Umum Jemaah Masjid di Masjid Raya
Ganting
14-15 Mei 1994. Padang
ð73[1]
ð73[1] Š
Tidak ada komentar:
Posting Komentar