Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Lihatlah taman kanak-kanak
Tempatku bersekolah
Disitu kami
bergembira
Bermain
bersama-sama.
Sewaktu
saya lewati sekolah Taman-kanak diatas ngarai itu,
saya terkesima
mendengarkan anak-anak menyanyi dan berlari, ber
main
sesuka hati bersuka ria. Lompat sana, lompat sini. Panjat
sana
panjat sini, semua riang, penuh tawa ria di bimbing
oleh
sang
guru dengan rebana di tangan. Saya teringat 40 tahun yang
lalu,
disini, di tempat ini, di Taman kanak-kanak atas ngarai,
setiap pagi
saya diantarkan ayah bersepeda duduk, di stang depan.
Disekolah
inilah saya bernyanyi dan bermain bersama-sama, main
lore,
main koci, main ayunan, main lompat-lompatan, main selun
curan,
main anak-anakkan, dan main bulan dan bintang, memanjat.
Ber
bagai-bagai permainan yang selalu diawasi bu guru. Kalau hari
minggu
kami di bawa berbaris jalan kaki ke RRI dan
bernyanyi
disana,
lalu ibu dan bapak mendengar melalui radio. Ah dunia
kanak-kanak
penuh tawa ria dan penuh kebahagiaan. Lalu
saya
teringat
akan guru saya, Buk Kate. Kepingin saya bersua
den
gannya,
apakah masih seperti dulu?. Dengan ragu-ragu saya masuk
kepekarangan
sekolah itu, tempat dulu saya bermain ria. Saya
tanya pada buk
guru, apakah mereka kenal dengan buk kate?. Tidak
saya duga,
ternyata buk Kate guru yang saya kagumi dan saya saya
ngi
masih disitu belum beranjak dan belum pindah-pindah. Betapa
ð73 Šterkejut sewaktu saya menatap wajah beliau, tidak banyak berubah,
masih
seperti dulu, tetap Kate karena badannya lebih kecil di
bandingkan
dengan guru-guru lain. Cuma rambut beliau saja yang
sudah memutih,
tapi masih tampak gesit dan jalannya masih cepat.
Setelah
berbasa basi dan memperkenalkan diri, rupanya
beliau
tidak lupa,
bahwa saya adalah muridnya. Tiba-tiba saya di rangkul
dan di
cium oleh buk kate. Ciuman seorang ibu pada
anaknya,
ciuman seorang
guru pada muridnya. Cium pipi yang kiri, cium pipi
yang kanan,
saya merasa senang, seakan-akan saya kembali menjadi
anak TK. Betapa
terharu kami dalam pertemuan itu, lalu berceritra
kesana dan
kemari. Beliau menceritrakan ke sepuluh orang anaknya
yang
semuanya sudah jadi orang dan mempunyai titel. Anak
dari
seorang guru TK. Tapi memang banyak saya saksikan
anak-anak guru
TK anak Guru-Guru yang lainnya banyak yang menjadi. Entah
kenapa
anak-anak guru banyak yang berhasil, padahal di tinjau
dari segi
ekonomi, mereka adalah golongan ekonomi rendah,
tapi dari tan
gannya
banyak anak-anak yang jadi, saya tak habis pikir
dan
bertanya
kesana kemari. Salah satu jawaban yang saya
terima
adalah ketika
saya di lantik jadi dokter spesialis kebidanan dan
penyakit
kandungan. Dihari pelantikkan itu ayah saya berkata.
Suheimi,
engkau berhasil mungkin karena dari kecil papa
beri
makan
dengan makanan yang bersih dari peenghasilan yang benar-
benar dari
hasil cucur keringat. Sebagai seorang guru SD papa tak
pandai mencari
duit dengan kong kalengkong. Rupanya kalau bersih
yang di makan
akan menghasilkan yang bersih pula. Mungkin karena
dibesarkan
dengan uang yang bersih, yang dimakan adalah berasal
dari yang
bersih yang halal dan Thaiba. Lalu dididik dengan tulus
didikkan
seorang guru, sehingga banyaklah anak-anak guru yang
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šberhasil. Banyak teman-teman saya seangkatan adalah anak-anak
guru. Dan saya sendiri kebetulan terlahir dari seorang
ayah yang
menjadi guru
SD. Dan kata-kata beliau di hari pelantikkan saya
jadi spesialis itu sampai hari ini tak pernah saya
lupakan.
„
„
Buk Kate dengan ayah saya sahabat karib
karena sama-sama
guru. Kalau bu Kate adalah Guru TK Atas ngarai,
maka ayah saya
H.Karimuddin adalah Guru
SD no 7, juga diatas ngarai.
„
„
Kamipun bernostalgia, saya perhatikan ibu Kate tetap
sehat,
masih kuat berlari, karena setiap pagi ikut jantung
sehat. Tawa
nya dan suaranya masih seperti dulu, seperti saya
selalu menga
guminya sewaktu kecil. Permainan yang diajarkan
ibuk Kate tetap
saya ingat, menyusun balok-balok, membuat kapal dan
burung dari
kertas
dan bermacam-macam lagi.
„
„
Memang permainan waktu di TK dan permainan anak-anak
dahulu
banyak
perlu di contoh. Hampir semua permainan itu di lakukan
bersama-sama.
Bersama kawan, baik laki-laki ataupun perempun.
Karena
permainannya bersama, setiap anggota pemain harus bisa
menghargai
peraturan dan tata tertib permainan, sekalipun tidak
tertuliss
tapi tetap di patuhi. Yang melanggar kena hukum dan
yang berhasil dapat hadiah. Dalam kebersamaan itu,
timbul rasa
saling menghargai dan saling menghormati dan
saling memiliki,
bahwa permainan itu adalahah milik bersama. Siapa yang
mengganggu
dan siapa yang merusak akan
dapat sangsi yang bermacam-
macam.Dengan cara ini, secara berangsur-angsur dalam diri
masing-
masing pemain tanpa disadari terbentuk dan tumbuh
rasa sosial,
rasa saling menghargai, rasa tenggang rasa,
rasa tepo salero,
"lamak di awak katuju dek urang". Rasa
berteman dan rasa sosial
ini tumbuh dan kembang bersama tumbuh dan
kembangnya kami. Dan
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šdisitu pula timbul rasa sangat hormat pada guru dan rasa sayang
pada teman. Seperti syair lagu yang sering didendangkan
"Hormati
gurumu, sayangi teman, Tandanya Engkau murid yang
budiman".
„
„
Tapi kini permainan sudah meningkat dan semakin canggih.
ada
yang namanya main dingdong, ada nitendo ada
main sega, semua
mempergunakan alat-alat canggi melaui video game. Dan
untuk main
itu harus pakai coin seratus. Cuma permainan
canggih itu saya
lihat, anak-anak bermain sendiri, lawannya
hanya gambar yang
muncul di layar video. Menebak musuh, menghantam
lawan, mencari
hadiah, tanpa ada perasan belas kasihan.
Pada permaian video
game, yang di pacu adalah rasa ingin menang
sendiri, sebanyak
mungkin mengalahkan dan menghancurkan lawan.
Membangkitkan dan
menimbulkan rasa ego yang tinggi, sehingga rasa sosial
anak-anak
dalam bermain ini tidak terpacu dan tidak terbangkit.
Saya khawa
tir kalau-kalau ini akan mempengaruhi pribadi si anak
dalam masa-
masa tumbuh dan kembangnya. Tidak berlebihan kalau saya
ungkapkan
disini pengakuan seorang bapak yang saya temui di dekat
warung di
dekat Indah Teater. Permainan Dindong dan video game itu
merusak
pak, katanya. Tidak kenal waktu dan sering bolos
sekolah. Anak-
anak itu kalau sudah kehabisan uang untuk
memebayar permainan,
tidak segan-segan minta sana, minta sini,
pinjam sana, pinjam
sini, kadang-kadang dengan memaksa asal dia dapat
bermain lagi.
Dan yang lebih celakanya lagi, mereka tahu bahwa di
dalam kotak
telepon umum ini ada uang seratus-seratus, dengan
bermacam cara
mereka ber usaha mencuri uang dari kotak telepon. Dengan
mengan
jal pakai kertas, dengan menggoncang-goncangkan, dengan
memukul-
mukul dan dengan menyepak dan mendongkak
kotak telepon. Asal
maksudnya samapai apapun di kerjakan mereka, sehingga
mereka bisa
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šmembobol dan mengambil uang dari kotak telepon.
„
„
Lalu saya merenung, dulu saya diajar bermain oleh Ibuk
Kate,
permainan yang banyak mendidik, mempunyai
unsur-unsur sosial,
permainan yang menumbuhkan rasa solider, rasa
berkawan dan rasa
satu korps. Permainan yang melibatkan banyak orang,
bermain di
tanah lapang. Tapi anak-anbak sekarang tidak punya lagi
lapangan
bermain, tidak punya lagi tempat berlari, meloncat dan
memanjat.
Permainannya telah di tukar dengan video game yang
sehari-harian
mereka berada didalam kamar, tidak peduli dengan
lingkungan dan
tidak peduli dengan ke sosialan. Dan kepedulian itu
yang tipis
dan seperti hilang dari pergaulan.
Akankahkah ini melahirkan
manusia-manusia yang entah bagaimana?. Agaknya perlu di
ciptakan
lagi permainan seperti dulu, tanah pekarangan dan
lapangan untuk
mereka bermain dan mengembangkan rasa sosial dan
solider, tahu
aturan bermain dan tahu serta mematuhi
peraturan. Rasa inilah
sekarang yang kurang berkembang dan tidak
bertumbuh. Siapakah
lagi yang akan menumbuhkannya?. Saya mengadu pada buk
kate, tapi
beliau sudah tua, memang beliau berteriak permainan itu
perlu dan
sangat di butuhkan, tapi apa daya, suara itu
hanyut di telan
masa, suara itu dari buk kate yang
kecil badannya dan kecil
suaranya dan kecil pengaruhnya. Buk Kate adalah orang
kecil, tapi
bagi saya betapun kecilnya beliau, namun beliau adalah
guru saya,
dari dialah banyak saya belajar, dari tangannyalah
banyak saya
peroleh ilmu. Dan saya rasakan sendiri dari dialah
berkembang dan
tumbuhnya saya, tumbuh pemikiran dan tumbuh rasa sosial
dan bisa
sedikit ber oragnisasi karena bimbingan
beliau. Saya kenang
beliau dan panjatkan doa untuknya, semoga permainan
anak-anak TK
dapat di kembangkan lagi.
ð73 Š
ð73 Š
„
„
Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman
suci_Nya dalam
Al-Qur'an surat AD Dukhaan Ayat 9 :"Tetapi
mereka bermain-main
dalam ke ragu-raguan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar