Kamis, 10 Oktober 2013

BUKU


Oleh : Dr.H.K.Suheimi

      Lemari buku saya sudah menumpuk dengan buku-buku. Buku-buku tidak tersusun  lagi sudah centang parenang, dan disana sini ada  debu. Saya ingin membersihkan, menyusun dan menyisihkan mana yang perlu dan  mana  yang tak perlu. Yang tak perlu dan tak  berguna,  yang memenuhi lemari dan merusak pandangan, saya buang dan saya bakar. Dalam seleksi buku-buku itu, ternyata banyak yang harus di  buang dan banyak yang harus di bakar. Sewaktu saya akan menyalakan  api untuk membakar buku itu. Saya balik kembali lembaran-lembarannya, kenapa  mereka harus dibakar?. Mereka di bakar  karena  lembaran-lembaranya  sudah  kabur  tak  terbaca  lagi.  Karena   lembaran-lembaranya  sudah  di makan bubuk, keropos  disana  sini.  Karena lembarannya ada yang terkoyak. Karena lembarannya ada yang kosong sudah menguning. Karena lembaranya dulu di tulis dengan seenaknya sehingga sulit dibaca. Karena lembarannya ditulis dengan semraut, garis-garisnya  nyelonong kesana-sini. Karena  lembaranya  banyak yang  sudah remoh. Setumpuk buku-buku itu harus di bakar  dan  di musnahkan, menjadi makanan yang empuk oleh api.
      Sewaktu  api  melalap lembaran-lembaran buku itu,  ketika  itulah saya  tercenung. Merenung hidup ini. Karena hidup  inipun  adalah bagaikan  buku. Hari-hari yang berlalu  adalah  lembaran-lembaran dari  buku  kehidupan. Saya khawatir karena hari-hari  yang  saya lewati,  lembaran-lembaran  buku saya banyak yang  kosong.  Tidak jarang  lembaran  buku  itu saya tulis dengan  tulisan  yang  tak keruan, centang parenang sehingga sukar membacanya. Banyak corat-coret  dalam setiap helai buku itu. Saya coba mebalik-balik  buku kehidupan. Ketika kecil boleh dikata tak ada isinya paling-paling garis  lurus  yang tak bisa di baca. Ketika  remaja,  helai-helai buku itu sering diisi dengan hal-hal yang tak berguna. Ketika itu waktu sering di buang-buang. Ketika dewasa buku itu asyik  berisi dengan  usaha  dan  kerja untuk menggapai  kebutuhan  dunia.  Dan
ketika beranjak tua buku itupun muram karena hari-harinya  sering diisi oleh sakit disana dan sakit disini. Kalau tidak kepala yang sakit,  atau kaki yang ngilu, sakit di langkahkan. Lalu apa  yang berharga  dari  lembaran-lembaran buku kehidupan  yang  dapat  di simpan?. Saya ragu, saya sangsi, jangan-jangan  lembaran-lembaran buku, dan hari-hari yang berlalu tak bernilai sama sekali. Karena lembaran-lembaran  yang  bernilai dan  bermutu  adalah  lembaran-
lembaran yang diisi dengan amal saleh yang di goresi oleh  tinta-tinta iman. Amal saleh dan tinta iman inilah lembaran yang  dapat disimpan dan di perlihatkan kelak di hadapan Allah sebagai insentif dan pahala yang akan di peroleh di akhirat kelak Saya berhitung, berapa diantara hari-hari yang telah saya lewati yang  telah  diisi  oleh kerja (amal)   bermanfaat  (Saleh)?  dan berapa banyak tinta iman yang telah menggoresi  lembaran-lembaran buku kehidupan ini?.Jangan-jangan saya terkelompok pada golongan orang yang rugi.Karena orang yang rugi adalah orang-orang yang waktunya  berlalu, tapi keimanannya tidak bertambah. Ialah orang-orang yang waktunya berlalu  tapi  amalnya tidak bertambah;  Ialah  orang-orang  yang waktunya  berlalu,   tapi  kebenarannya  tidak  bertambah.  Ialah orang-orang yang waktunya berlalu tapi  kesabarannya tak  bertambah.Taqwa adalah gabungan dari Iman dan amal saleh. Iman adalah garis vertikal  tegak  lurus ke atas berhungan  dengan  Allah.  Imannya semakin tebal dan kokoh, hubungan dengan Allah semakin dekat  dan semakin kuat. Garis vertikalnya atau Hablumminallah makin  tebal. Amal saleh artinya kerja yang bermanfaat, bermanfaat untuk sesama manusia, dan amal saleh ini banyak berhubungan dengan kemanusiaan atau  Hablumminannas, sehingga garis horizontalnya menjadi  tebal dan  kokoh. Kalau di gabung garis iman dan garis amal  saleh  ini akan  terbentuk  tanda  tambah yang menjadi  nilai  tambah  dalam setiap  detik kehidupan. Manusia yang berkualitas  adalah  mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya.WAktu sangat cepat berlalu, dia berlalu laksana awan yang berarak meninggalkan  kita tak bisa di tahan, walau dengan  cara  apapun. Dia berlalu dan berlalri bagaikan angin nan berhembus tanpa henti dan  tanpa mengenal istirahat. Dia akan meninggalkan  orang-orang yang  lalai  dan yang melupakannya. Kalau dia telah  berlalu  dan pergi tak kan mungkin kembali lagi. Kesempatan yang sama tak akan pernah berulang pada waktu yang lain.Waktu  sangat  berharga. Kalau hilang tak ada  gantinya.  Berbeda denag uang hilang dapat di cari. Waktu tak dapat di  depositokan, waktu tak dapat di kredit. waktu tak dapat dipinjam Kelebihan  Islam adalah, kita sebagai khalifah di beri  kebebasan dan  kemerdekaan  yang bertanggung jawab.  "Perbuatlah  sesukamu, tapi  ingat setiap perbuatan akan diminta  pertanggung  jawabnya. Setiap  detik  waktu yang di pakai akan di tanya,  untuk  apa  di gunakan.  Kita  hanya  di tuntut, agar setiap  detik  waktu  yang dipinjamkan  Tuhan  di gunakan untuk hal  yang  bermanfaat.  Maka selalu kita memohon "Ya Allah berilah hambamu setiap detik  waktu menjadi detik-detik yang bermanfaat". Karena sebaik-baik  manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.Untuk itu satya teringat akan sebuah Firman Suci_Nya dalam  surat Al Insyiraah:
”Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu ?
 Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu
 Yang memberatkan punggungmu (beban membawakan risalah)
 Dan Kami tinggikan bagimu sebutan namamu (Muhammad SAW)
 Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
 Maka apabila kamu sudah selesai dari satu urusan, kerjakanlah
 dengan sungguh2 urusan yang lain
 Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

P a d a n g  8 Juli 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar