Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Setelah
saya menulis tentang dadiah, seorang
pembaca
bertanya, kenapa dadiah itu di bikin orang dengan memakai
bambu?
Dan kenapa kalau tidak memakai bambu susu itu tidak mau
menggum
pal, membeku
dan tidak menjadi dadiah? Rahasia apa yang ada dalam
bambu?.
Saya juga tak habis pikir, kanapa ya dalam seruas bambu
susu itu bisa
berobah menjadi dadiah dan bisa awet? Kenapa kalau
hanya di
tarok di waskom saja dia tidak bisa menjadi dadiah?
Agaknya perlu suatu penelitian tentang Bambu ini.
Waktu saya bertugas di
Mentawaipun saya di suguhi oleh
penduduk
asli disitu, makanan yang terdiri dari sagu dicampur
ikan,
enak sekali waktu itu, entah karena perut sedang lapar,
karena sudah
mendayung perahu sehari penuh dari si Kabaluan (ibu
kecamatan
Siberut utara) terus ke hulu sungai, selama 3 hari kita
diatas
perahu saja. Dengan lahap saya menyantap makanan
sagu
bergelimang
ikan itu yang ternyata di keluarkan mereka
dari
sepotong
bambu. Setelah saya tanya sudah berapa lama makanan itu
didalam ruas
bambu itu, penduduk asli itu menjawab sudah seming
gu, tapi
rasanya tidak berobah, tetap gurih. Saya tidak mengerti
kenapa
makannan yang disimpan didalam bambu itu bisa tahan lama
dan awet,
tidak merobah rasa.
Kata mertua saya yang lama hidup di Paya
Kumbuh, disana kata
beliau;
sebatang bambu yang panjang itu di potong 2 saja, lalu
diisi
dengan tepung di jadikan makanan, betapa panjangnya bambu
itu yang
di penuhi makanan. Saya ngak tahu dan saya juga belum
pernah lihat.
Tapi kata mertua saya makanan itu tahan ber bulan-
bulan, bahkan sampai setahun,
makanan yang di dalam bambu itu
sangat lezat
dan sukar di cari tandingannya.
Memang makanan di dalam bambu itu enak, saya
senang memakan
nya,
begitupun sewaktu dapat kiriman, lamang 5 kaum yang besar-
besar.
Atau pasien yang sering mengirimkan lamang dari Kuranji.
Seperti
halnya di hari ini datang seorang pasien dari Kuranji
yang membawa
Lamang, katanya karena akan memasuki bulan Suci
Ramadhan.
Saya menyukai makanan-makanan
yang ada dalam bambu, tapi
saya tak punya
kemampuan untuk meneliti, kenapa makanan di dalam
bambu
enak dan awet, kenapa susu bisa menjadi dadiah di dalam
bambu.
Ternyata bambu itu banyak sekali
gunanya. Satu kali saya
berteduh
di bawah pohonnya. Di bawah naungan pohonya itu, saya
rasakan
semilir agin yang bertiup, terasa nyaman dan segar. Angin
yang
berhembus itu mengoyang batang bambu itu kesana
kemari.
Antara
batang yang satu dengan batang yang lain mereka saling
beradu
dan saling bergesekkan, menimbulkan bunyi dengan irama
yang
mengasyikkan, di tingkah oleh gemerisik dedaunan.
Memang
daun bambu yang
di tiup angin itu menimbulkan suara asyik sekali.
Saya terlena
dan saya terbuai dibawah pohon bambu itu. Lalu saya
petik
pucuknya, pucuknya itu saya tiup. menjadilah dia sejenis
puput. Semua
anak-anak saya meniru perbuatan itu. Ternyata pucuk
bambu
itu dengan mudah bisa di jadikan puput untuk di
tiup.
Bernamalah dia
puput pucuk daun bambu.
Sedang kami enak-enak,bersantai dibawah
pohon bambu, dari
jauh
terdengar tiupan suara saluang, saluang yang dibuat
juga
dari
bambu. Di Kampung yang sunyi itu, dibawah pohon
bambu,
didalam sebuah
lembah dengan tiupan angin dan tingkah musik pohon
dan daun
bambu. Lalu terdengar suara seruling dan saluang anak
gembala.
Suasana yang demikian, sukar dicari dan jarang bersua.
Apalagi
untuk orang kota yang telinganya sudah bising
dengan
bermacam-macam
persoalan. Agaknya bagi orang yang sibuk
dan
selalu
menghirup udara yang sudah tercemar, perlu baginya satu
suasana
yang tenang dan tentram sebagai obat penawar,
ialah
berteduh
di bawah pohon bambu sambil mendengar seruling
anak
gembala.
Di kampung, bambu itu disebut juga dengan
betung, yang agak
kecil
disebut buluh, kalau di bikin seruling atau bansi disebut
dia
sebagai buluh perindu, Dengan meniup seruling atau saluang
orang
melepaskan rindunya. Rindu terhadap kekasih atau rindu akan
kampung
dan halaman. Maka buluh itu dijadikan sebagai pembuluh
rindu, menyalurkan kerinduan.
Tak jarang orang menyebut bambu ini dengan aur,
sehingga ada
pepatah
yang mengatan. Bagaikan Aur dengan Tebing, Tebing tidak
runtuh, aurpun
tidak tumbang. Aur dan tebing saling bekerjasama,
dan saling
tolong menolong. 'Iktibar ini dipakai oleh semua orang
minang
dimanapun dia berada, dengan satu semboyan "lamak di awak,
katuju dek
urang".
Bambu di kampung itu tumbuhnya di tepi
tebing, dan di bawah
tebing itu,
memancar mata air yang tak kuncung kering-keringnya.
Dalam keadaan
musim panas yang bagaimanapun, dari urat-urat pohon
bambu
itu selalu keluar mata air yang jernih dan bening. Kami
bersama anak
selalu mandi di mata air itu. Air alami yang keluar
dari
urat-urat bambu, adalah air yang jernih, yang selama saya
tahu, belum
ada orang di kampung itu yang sakit karena minum air
dari akar
bambu itu.
Memang bambu serba guna, di gunakan orang
juga untuk membuat
bale-bale
tempat duduk bersantai. Enak
sekali duduk diatas bale-
bale yang
terbuat dari bambu. Pinggul kita selalu tertiup angin,
karena bale-bale itu di bikin jarang-jarang, jadi
ada ventilasi
untuk angin bisa lewat. Pinggul kita tak pernah merasa
panas
kalau duduk di
bale-bale bambu.
Waktu saya ke Australia, di sebuah
rumah makan yang mahal,
justru
tempat duduknya terbuat dari bambu. dan dindingnya juga
dari
bambu. Duduk di kursi bambu mempunyai ke senangan tersen
diri. Yang
jelas otot-otot di pinggul kita seakan-akan di tekan-
tekannya,
dan ada celah lagi untuk angin bisa lewat. Akibatnya
peredaran
darah di pinggul akan berjalan lebih baik. Sehingga
kita betah
duduk lama-lama diatasnya.
Di kampung saya lihat ada rumah yang
dindingnya terbuat dari
bambu yang di
anyam. Konon kalau bambu itu
sebelumnya,di benam
kan lebih dulu
dalam tebat atau kolam, maka bambu itu akan tahan
samapai
ratusan tahun. Dan tidur diatas rumah yang di
anyam
bambu, terasa
lebih segar, karena ventilasinya datang dari tiupan
angin pada setiap celah dinding bambu itu.
Dalam pesta perkawinan, bambu di cari orang
untuk hiasan di
pekarangan dan
digunakan sebagai tiang marawa.
Bambupun di
gunakan orang untuk membaut tirai, yang berman
faat untuk
melindungi rumah dari sengatan matahari, dan di guna
kan juga
sebagai pembatas ruangan.
Dari bambupun orang banyak
membuat tikar, disebutlah dia
tikar
bambu. Duduk atau tidur diatas tikar bambu,
mempunyai
kenikmatan
yang tesendiri, karena tikar itu dingin.
Topi
untuk melindungi kepalapun banyak dibuat orang dari
bambu.
Demikian
banyak alat-alat rumah tangga yang dibuat dari
bambu.
Semuanya itu disebabkan karena bambu itu dapat di lentur-
lenturkan,
karena bambu itu penurut, karena bambu itu mau di
bentuk, karena
bambu itu elastis dan tidak mudah patah.
Di sawah-sawah dan kolam-kolam,
bambu dijadikan sebagai
penyalur.
Saluran yang terbuat dari bambu itu tahan lama, juga di
pakai untuk
menyalurkan air dari kaki bukit ke rumah-rumah untuk
mendapatkan
air bersih.
Di Jepang sekarang banyak orang
menanam Bambu, walaupun
tanah di situ
sangat mahal. Satu yang ingin di ambil orang jepang
dari bambu
ialah rebungnya. Sekarang di galakkan sekali di Jepang
memakan
rebung, karena makanan itu penuh serat dan
membikin
pencernaan
baik, bernilai gizi tinggi.
Memang bambu, banyak gunanya dan
besar jasanya. Demikian
berjasanya,
sehinga dalam perang revolusi bambu di gunakan untuk
merebut
ke merdekaan, dengan bambu runcing kita rebut kemerde
kaan. Demikian
selalu semboyan yang bergema waktu itu.
Dia banyak berguna dan dia banyak berjasa,
tapi kita sering
melupakannya.
Tuhan telah berikan bambu yang banyak berguna dan
bermanfaat. Kita di seru oleh Allah
untuk memanfaatkan dan
mensyukuri
nikmat yang diberikan-Nya itu, bukan untuk di lecehkan
dan bukan
untuk di lupakan.
Untuk semua ini agaknya patut kita
simak satu firman suci-
Nya dalam
surat An Naml ayat 73 :
"Dan sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar mempunyai karunia yang
besar
(yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakkan
meeka tidak
mensyukuinya".
P a d a n
g 4 Maret 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar