Oleh :
Dr.H.K.Suheimi
Buk En
selalu saja jadi buah bibir oleh anak-anak saya.
Semua
anak saya ikut les dengan buk en, mulai dari yang sulung
sampai
yang bungsu. ada-ada saja ceritranya tentang buk
en,
seakan-akan
setiap apa yang diampaikan buk en nempel di otak dan
di
perasaannya. "Pa, tadi buk en bilang baru kembali dari Medan
tapi karena
pesawatnya sering di gensel, sehinga buah salak yang
di
bawanya jadi busuk semua, sehingga kami ndak kebagian oleh-
oleh
Medan". "tiap hari libur buk en selalu berlibur" ulas
anak
saya. Hampir seluruh Indonesia sudah di kunjunginya
dan sekali-
sekali ke luar
negeri.
Pulang
Les anak saya yang lain melapor lagi :"Pa, ibuk en
itu dulu
pernah jadi sopir oplet, tapi karena tiap
sebentar
penompang
naik turun berarti tiap sebentar tukar gigi dan tiap
sebentar
tekan kopleng dan tiap sebentar tekan rem, buk en jadi
malas.
Kalau ada penompang yang baru berhenti, lalu minta turun
lagi,
buk en pura-pura tak dengar, kan cape akhirnya buk en tak
jadi
sopir oplet, tapi jadi sopir untuk kalian, kata
buk en
mengakhiri
lesnya hari itu.
Pokoknya ada-ada saja ceritra mengenai buk en yang
di bawa
pulang oleh anak-anak. Mereka
seperti hapal akan yang dialami buk
en dan
apa-apa yang dikatakan buk en, sebagaimana mereka takut
terlambat
datang ke tempat les atau tak berani untuk tidak mem
buat PR
yang di beri buk en. Namun semua mereka yang les dengan
buk en
merasa bangga karena dapat di terima disana, dan jadi
omongan
diantara teman-teman "siapa yang dapat di terima les di
tempat buk en,
se akan-akan jadi jaminan, pelajaran matematik dan
rapornya akan
bagus".
"Memang
buk en pemberi kursus les matematik, beliau sangat
pandai
mengajar sehingga kami mengerti", pengakuan semua
anak
saya.
Saya masih teringat ketika Irham anak sulung saya masuk
kesana,
tidak mudah, berjuang berat. Mulai jam 3 tengah malam
sudah antri di
depan rumah buk en, bukan main ramainya yang ingin
masuk
les, ber jubel-jubel dan berdesak-desakkan, "seperti naik
haji
komentar seorang ibu", yang akhirnya tak dapat
memasukkan
anknya
kesana. Beruntung Irham dapat di tolong oleh seseorang
yang
badannya besar dan kuat antri sejak jam 3 parak siang. Dan
sejak
Irham masuk, saya berkenalan dengan ibuk en, dan akhirnya
semua
anak-anak saya dapat di terima les disana. Saya ngak tahu
rahasia
apa yang ada dalam diri buk en sehingga semua anak-anak
lengket
padanya, walaupun sedang marah,ataupun sedang menjatuhkan
sangsi
pada anak-anak, tapi anak-anak patuh, tidak
mengomel,
bahkan
memuji cara hukuman dan sangsi yang di berikan buk en.
Pada hal
semua anak-anak yang les disitu adalah anak-anak yang
seusia SMP dan
SMA. Sedang nakal-nakalnya, sedang bandel-bandeln
ya. Saya
sendiri mengalami kesulitan mengaturnya, tapi bagi buk
en mudah
saja kelihatnnya. Saya ingin tahu rahasia apa yang di
pakai buk en.
Bahkan kalau ada anak saya sedang ber masalah, pada
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šbuk en inilah kami berkonsultasi, sehingga saya dan istri sering
mengobrol
panjang dan berdiskusi dengan buk en yang ramah itu.
Saya
merasa beruntung dapat berkenalan dengan buk en dan
saya
merasa
beruntung dapat mengikut sertakan anak-anak les disana,
sehingga
di sekolah, mereka pada jadi juara. Dan alhamdulillah
yang sulung
Irham sekarang sudah smester III di Kedokteran, tapi
dia
tetap mengenang buk en dan kalau ada apa-apa mereka mengadu
pada buk en.
Dan saya lihat ibuk en pun sayang padanya, dan kalau
buk en
yang menasehatinya, langsung di terima dan di laksana
kannya.
„
„
"Tidak
banyak rahasianya" Kata buk en dari balik telepon,
ketika
saya ingin tahu apa rahasia kesuksesannya. "Hanya
satu
kata buk
en" menjelaskan "Saya selalu memperhatikan dan mencurah
kan rasa
sayang pada semua murid". "Rasa sayang yang tulus dan
ihklas"
tegas buk en lagi. Memang rasa sayang yang tulus
dan
ikhlas
inilah yang selalu terpancar dari wajah buk en bila ber
diri di
hadapan murid-muridnya. Rasa
sayangnyalah yang menyebab
kan
anak-anak lebih terbuka dan menceritrakan segala rahasianya
pada buk
en. Itu pulalah yang menyebabkan anak-anak
mengadu
kepadanya. Dan
sangat banyak rahasia anak-anak yang di pendam buk
en, buk en
seakan-akan tahu persoalan mereka sampai yang sekecil-
kecilnya. Dan
kepada buk en pulah saya bertanya kalau ada sesuatu
yang menimpa
anak saya. Jadi buk en bukan saja sebagai pengajar,
tapi beliau
lebih lagi sebagai pendidik. Pendidik yang dilandasi
rasa
kasih dan sayang yang tulus. Semua itulah yang menyebabkan
hati anak-anak
terpaut padanya, sehingga apapun yang disampaikan
ya
langsung melekat di hati anak-anak, karena dia menyampaikan
dengan
perasaan dan hati yang ikhlas. Selalu saja
anak-anak
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šberkata, kalau buk en yang menerangkan, dan kalau buk en yang
bercetra,
enak di dengar, mudah di pahami dan cepat di mengerti
dan lama lupanya.
„
„
Dalam
upaya menolong mengatasi problema orang, dalam diri
buk en
timbul kobaran semangat yang
mengasyikan. Dan pada kal
bunya terasa
arus cinta bergetar. Kasih dan sayangnya pada anak-
anak, sudah
menguasai gerak-gerik dirinya. Dan bahkan telah men
guasai
jiwanya ! Lantas kewajiban sudah berubah menjadi sesuatu
yang
menyenangkannya. Bahkan lebih dari itu, lebih agung lagi.
Kewajiban sudah menjadi perasaan hidup dan watak
pribadinya.
„
„
Disinilah letak beda antara cinta dan kewajiban.
Kewajiban,
adakalanya
dilakukan dengan rasa terpaksa dan pahit.Tapi kalau
karena
cinta, jalan dan rintangan yang bagaimana pun sulitnya,
akan dihadapi
dengan penuh rasa riang dan gembira. Walaupun saya
tahu buk
en itu sedang mengidap penyakit, tapi tak pernah ter
bayang di
wajahnya apabila dia berdiri dihadapan murid-muridnya.
„
„
Cintanya
pada muridnya merupakan landasan kukuh dari mana
karya-karyanya
muncul. Bila keadaan memaksanya bersikap marah,
maka
marahnya itu pun tidak keluar dari lingkaran cintanya itu
juga,
sehingga murid merasakan itu bukan marah tapi teguran dan
ajaran untuk
kebaikan murid-muridnya juga.
„
„
Dia tidak mencinta untuk dirinya dan
tidak pula membenci
untuk kepentingan
dirinya. Dia hanya benci pada muridnya yang
malas,
terlambat tiba dan tak mau menyelesaikan PR. Melalu tuli
san ini saya
menyampaikan salam untuknya, kiranya caranya mendi
dik dan
caranya berceritra dan caranya menghukum murid dapat pula
ð73 Šsaya tiru sewaktu saya berdiri di depan kelas, supaya saya dapat
pula
jadi guru yang baik yang di kenang oleh murid-murid, seba
gaimana
anak-anak saya selalu ber ceritra tentang ibuk En.
„
„
Lalu saya
teringat kepada orang di zaman sekarang yang suka
membenci
dan mengenyampingkan kasih dan sayang. Kepada mereka
saya ulangi
pesan Rasulullah Muhammad S.A.W :
„
„
" Bencilah orang yang engkau benci dengan
sekedarnya saja.
Siapa tahu kelak ia akan menjadi
kekasihmu. "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar