Oleh : .K.Suheimi
Heboh Poligami mengingatkan saya
pada tulisan sejawat saya dr Faisal
Baaras. Tulisannya bagus dan mengena. Dulu selalu ada rubriknya di Kompas, dan
setiap kali ada nama ini saya selalu membaca dan mengikutinya, menyentuh,
hal-hal manusiawi, dapat di jadikan renungan dan pedoman dalam meniti kehidupan
ini.
Dalam salah satu tulisannya
betapa Poligami dapat menggiring seseorang pada sakit jantung. Saya kira pada
saat ini tulisan seperti ini di butuhkan masyarakat, ada baiknya tulisan
seperti itu kita ulang dan sebagai penghormatan pada sejawat Faisal Baaras yang saya kagumi,
tulisan yang tanpa menggurui dan mungkin
akan di alami oleh kita, selamat
membaca.
Lelaki itu memang dirawat
disini. Tak banyak yang tahu, apa yang menyebabkannya sampai harus berada
disini. Yang di ketahui mereka hanyalah-lelaki itu kena serangan jantung. Dan
itu "megerikan" kata mereka "masa depanpun hilang". Tetapi
mengapa sesungguhnya lebih penting-- sesuatu yang menjadi sebab utama sehingga
lelaki itu terpaksa harus berada disini?.
"Saya harus mengatakannya terus terang
dokter. Ini semua gara-gara
isteri saya" Isteri Anda?
Lelaki itu mengangguk pelan "Ya, dialah yang
menyebabkan saya sampai begini, saya stress berat selama ini karena dia"
apakah isteri anda tahu?
"Tidak" suaranya pelan tertahan
Dalam suatu percakapan yang panjang kemudian
akhirnya terungkaplah bahwa tak seluruhnya stress yang dialaminya di sebabkan
oleh istri. Istrinya yang mana? Lelaki itu memang mempunyai dua istri muda yang
sampai hari ini tak pernah transparan
Itulah sebabnya segala sesuatu yang tak pernah
transparan, akan selalu menyebabkan stress.
Pada mulanya hidup mereka memang bahagia. Perkawinan
yang diiringikebo giro 30 tahun yang lalu diawali masa pacaran yang hangat dan
menghanyutkan. Mereka saling mencintai. Saling menyayangi. Anak pertamapun
lahir mengentalkan percintaan ini. Anak kedua anak ketiga. LAlu adakah cinta
masih kental, ketika semua mulai rutin dan menjadi biasa, karena waktu? Peretengkaran-pertengkaran
kecil, perbedaan-perbedaan yang selama ini tak tampak, batasan-batasan yang
selama ini terpelihara, kini kian cair perlahan tak terasa
"Saya tak tahu kenapa" katanya suatu
hari
Tiba-tiba saja pertengkaranitu meletup,tak
mengenal waktu, tak mengenal tempat. Ada saja hal-hal kecil yang menyebabkannya
yang tak masuk akal. Dan tak mudah mengatasinya.
"Saya gampang jengkel belakangan ini"
akunya "Entah kenapa, saya ingin sekali menghindari
pertengkaran-pertengkaran itu sebenarnya, tapi tak pernah bisa saya lakukan. Ada
saja tingkah lakunya yang membuat saya jengkel. Lalu saya memendamkannya
diam-diam. Saya hanya memendamnya. Istri saya telah berubah, dokter. Ia jadi cerewet
sekali sekarang. Dan saya tak suka itu. Siapapun tak suka istrinya
cerewet" ujarnya dengan nada tinggi.
Mengapa anda tak mengatakannya?
"Mengatakanbahwa saya tidak suka cerewet? itu sama artinya dengan menyulut
pertengkaran baru. Dan dia selalu siap untuk itu"
"Lalu anda kawin lagi secara diam-diam?
"Ya" Kata lelaki sambil menghapus
sebutir keringat yang mengulir di puncak hidungnya. "Tiba-tiba saja saya
kepingin kawin lagi. Saya rindu berada disamping seorang wanita yang lembut,
dengan tutur kata yang halus, yang telatan mendengar saya, yang tulus dan
mengerti saya. Apakah ini merupakan kerinduan yang wajar yang akan menyiksa
setiap laki-laki, pada saat perkawinan mereka yang diantar kebo giro itu sudah
berlangsung 30 tahun Saya tidak tahu, yang jelas, bahwa keinginan itu makin
hari makin menyiksa saya.
Menggelisahkan saya. Lalu sayapun kawin secara
diam-diam, agar tidak ribut. Perkawinanyang tidak transparan- menurut anda dok
"Apakah anda bahagia?" Lelaki itu tak
segera menjawab.
"Kalau saya bahagia" suaranya kemudian
perlahan hampir tak terdengar."Tak munglin rasanya saya samapai berada di
sini"
Ia pun mengeluh dalam. Apakah ia menyesal? Apakah
ia menyesal mempunyai alur hidup yang seperti itu tak pernah terungkap apakah
ia menyesal mempunyai istri kedua Kita tak mungkin mengetahuinya. Yang kita
tahu adalah betapa tak mudahnya mengembangkan komunikasi dalam satu perkawinan
yang telah berlangsung demikian lama. Komunikasi sering pupus dan tak pernah
bisa disambung lagi. Kita tak pernah tahu mengapa komunikasi antara suami istri
dalam satu ikatan perkawinan yang sudah puluhan tahun, sukar berjalan dengan
baik. Komunikasi macet total, sehingga banyak pertengkaran-pertengkaran meletup
hanya karena hal-hal kecil. Komonikasi telah mati, strespun kian memerah
bagaikan magma di bumi.
Itulah yang dialami lelaki itu selama ini.
hidup mereka tak pernah serasi lagi
Alangkah mudahnya perubahanitu terjadi"
bisiknya perlahan, Siapakah yang bisa meramalkan perjalanan nasib seseorang
sebelumnya? Dan siapakah yang bisa meramal perjalanan nasib seseorang
sebeleumnya dan siapakah yang bisa memastikan apa yang akan terjadi sesudahnya?
Beberapa hari kemudian lelaki itu terkena serangan
jantung. Begitu kuatkah efek stress terhadap kesehatan jantung seseorang?
Stress memang merupakan faktor risiko koroneer
yang dominan,tapi sukar diidentifikasi "Dan poligami merupakan salah satu stres
yang amat kuat.
Sesungguhnya stress serimg kali tidak terbaca dan
tidak tercatat. Stres mungkin saja hanya berupa satu perasaan yang kurang
nyaman, atau suatu kecemasan, kegelisahan, kekuatiran, jengkel, marah ataupun
suatu perasaan tertekan yang tidak jelas ujudnya
Semua perasaan yang tidak nyaman itu bila khronis
berulang dapat mengganggu fungsi tubuh
Banyak orang menyangkal bahwa stress menggerogoti
dirinya secara diam-diam tanpa disadarinya. Karena stress memang tidak banyak
menyebabkan keluhan, kecuali bila telah terjadi gangguan pada fungsi tubuh.
Manusia cendrung merasa ada saja yang kurang di
sepanjang hidupnya. Dan perasaan seperti itu sesungguhnya merupakan satu wujud
stress yang khronis yang tida disadari. Selama satu keinginan belum dapat di
raihnya, seseorang akan selalu merasa tak enak dan mungkin tidak bahagia. Dan
dia berfikir alangkah indahnya jika semua itu dapat di capai. Tapi kenyataannya
tidak selalu indah seperti yang di bayangkan. Begitu satu hasrat terpenuhi,
pada saat itu pula sudah timbul hasrat yang lain lagi. Dan tiba-tiba ia merasa
kurang dalam hal lain. kurang dalam cinta, kekuasan, seks, uang, materi,
prestse, pujian, pengakuan dsb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar