Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Saya di kambing hitamkan, semua kesalahan
ditumpukkan pada
saya, akibatnya saya menderita, pangkat
diturunkan, kekuasaan di
cabut. Sebelumnya jadi chief resident, asisren
kepala, mengepalai
asisten-asisten yang di bawah
kelasnya, dapat memerintah dan
mengatur bawahan atau adik kelas, sekarang jabatan
itu di copot,
saya harus menerima dan di paksa menjalankan
hukuman, pangkat di
turunkan,
wewenang tidak diberi, kekuasan yang dulu ada sekarang
dicabut. Perih, pedih dan pahit, pahit
karena orang yang biasa
kita perintah, sekarang dia pula yang memerintah
kita. Saya tidak
megerti kenapa itu harus terjadi. Saya tidak
pernah merasa bersa
lah dan tak pernah melakukan kesalahan,
namun kok kesalahan itu
ditimpakan pada diri saya?, sehingga
semua hukuman ditimpakan
pada saya seorang, ndak tertahankan
ndak tertanggungkan, saya
tahan derita itu saya tahan
kepedihan itu dan saya tanggung
kepahitan itu dengan rasa kesal dan sesal, kenapa
saya di begini
kan orang. Tak putus-putus saya mencari-cari
apa salahku, namun
saya tak menemukannya, tapi yang jelas saya jadi korban
di
kambing hitamkan, dicari-cari
kesalahan dan mungkin di fitnah
saya ngak tahu, tapi hari itu saya
lihat dan saya rasa semua
orang se akan-akan membenci, semua mata se
akan-akan menuduh dan
tak sedikit yang mengejek, pangkat diturunkan,
jabatan di hilang
kan, kekuasaan di copot, perih memang. Saya
benci kepoada orang
yang menjatuhkan hukuman, sekalipun
dia guru saya, saya benci
kepada
orang yang menyebabkan saya terpuruk dan
terjungkel,
kendatipun mereka itu teman-teman daya. Lantas
saya sesali semua,
saya sesali guru, saya sesali teman, saya
sesali nasib dan saya
sesali hidup yang tidak adil ini.
Hari-hari saya suram, hidup
saya tersa kelam, kenapa jadi begini,kenapa harus
begini, siapa
kah yang salah dan apakah yang salah?.
Tawa riang yang biasa
terpancar dimuka, senyum manis yang biasa
menghias bibir, hari
itu semua sirna, berlalu dengan jatuhnya hukuman,
berlalu dengan
pangkat yang diturunkan dan kekuasaan
yang di cabut.
Cukup lama hari-hari suram itu saya
lewati, sampai suatu
pagi saya pamit pada anak-anak dan istri untuk
pergi kerja. Dalam
perjalan di sebuah gang di koridor rumah
sakit, saya mendengar
lagu kanak-kanak dengan bait-bait yang pagi itu
sangat menyentuh,
menyentak, menyadarkan dan merubah segala
kehidupan saya, merubah
sikap saya terhadap semua. Terngiang
sebuah untain sair dalam
sebuah lagu.
Oh ibu dan ayah selamat pagi
Kupergi sekolah sampaikan nanti
Selamat belajar nak penuh semangat
Rajinlah selalu tentu kau dapat
Hormati gurumu sayangi teman
Tandanya engkau murid yang budiman.
Mendengar sayir yang menyentuh itu, seakan-akan di
pagi itu
saya mendengar suara orang tua saya "Suheimi,
untuk menjadi anak
yang budiman, harus hormat pada guru dan sayang
pada teman. Kalau
tidak tentu engkau bukan anak yang
budiman, bukan orang yang
berbudi". Oh suara itu membekas, berkesan dan
menimbulkan seman
gat, di sepanjang koridor itu saya ulang-ulang
menyanyikan bait-
bait syair lagu itu. Dan pagi itu pula saya
teringat pesan istri,
sebelum saya berangkat "Tabahkan hatimu menghadapi
cobaan ini pa,
Tuhan bersamamu, kami dan
anak-anak selalu mengharapkan dan
menantikan kepulanganmu". Kata ini seakan
bergema kembali,
menguatkan kaki saya melangkah menuju tempat kerja
Walaupun saya jauh di rantau di Bandung dan
orang tua jauh
di kampung, tapi di pagi itu di sepanjang koridor
itu seakan-akan
orang tua saya mengiringi ke pergian saya dengan
nasehat "hormati
gurumu, sayangi temanmu, tandanya
engkau murid yang budiman".
Walaupun saya pernah jadi asisten
kepala, namun pada saat itu
saya kan tetap murid yang sedang belajar menuntut
ilmu pada guru
dan belajar bersama teman-teman. Lalu
saya bertanya diri dan
tentu ingin jadi murid yang budiman. Untuk itu saya
harus merubah
sikap dan merubah perangai merubah
cara dan pola fikir. Sikap
membenci guru, membenci teman dan memandang suram
harus di robah.
Pagi itu dengan secara pelan-pelan dalam diri ini
terjadi peruba
han,
saya bayangkan orang yang saya benci dan orang yang
saya
kesali dan sebali itu, lalu saya berdoa "Ya Allah
tolonglah
perlihatkan pada hambamu ini sifat baik yang ada
pada orang yang
saya benci itu". Sesampai di kamar tempat saya bekerja,
kembali
doa itu saya lafaskan, entah kenapa tanpa
saya sadari, air mata
saya titik menetes mebasahi pipi, dengan tersedu
dan tersedan air
mata itu saya usap. Rupanya air mata itu ikut
membantu menjernih
kan mata dan menjernihkan penglihatan dan yang lebih
oenting air
mata itu telah membersihkan hati dari sifat dendam
kesumat, sifat
benci dan dengki berubah menjadi sifat
memaafkan dan sifat pas
rah. Dari sifat berfikiran negatif, memandang
semua orang jelek,
berubah menjadi sifat dan berfikr positif
melihat sesuatu dari
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šsegi baiknya. Kembali di pagi itu rasa hormat dan kagum saya per
sembahkan pada semua guru-guru saya dan rasa
sayang saya berikan
pada semua asisten-asisten teman-teman saya.
„
„
Akibat perubahan sikap ini, kembali
saya di terima dili
ngkungan asisten, dan hukuman yang
saya terima itu tak terasa
berat, ternyata dalam terhukumkum itu
saya banyak belajar dan
memetik hikmah dan menemukan rahasia hidup, dan akhirnya saya
bersyukur, untung ada hukuman yang seperti itu.
Pahit, pedih tapi
ujungnya manis. Lalu saya terungat akan
pesan serang guru saya
Sabar itu pahit, tapi buahnya manis. Sabar untuk
sesaat, kesenan
gan akan kita petik untuk selamanya.
Ternyata petuah guru ini,
betul-betul saya alami dan hasilnya luar biasa.
„
„
Sayapun termenung, saya berubah karena mendengar
sebuah sair
lagu kanak-kanak, yang dulu tak pernah
menggetarkan, tapi di
lorong koridor itu, saya menikmati kata demi kata
sair demi sair.
„
„
Seperti di pagi hari ini pun sewaktu
anak-anak lagi ujian
EBTA, mereka berkumpul belajar bersama
teman-temannya, ketika
semua mereka pamit ke sekolah saya ungkapkan lagi
senandung lagu
itu."Selamat belajar nak penuh
semangat, Rajinlah selalu tentu
kau dapat, hormati gurumu sayang di teman,
tandanya engkau murid
yang budiman". Untuk semua anak-anak
saya tanamkan nasehat itu,
sebagaimana orang tua saya juga menanamkan nasehat
itu pada saya
puluhan tahun yang silam.
„
„
Untuk semua itu saya teringat akan sebuah
Firman suci_Nya
dalam Al_Qur'an surat Al Qalam ayat 4
:"Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung".
P a d a n g
1 Mai 1993
ð73 Š
ð73 Š
Tidak ada komentar:
Posting Komentar