Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Di pasar teleng itu, sepasang turis cengangak, cengingik,
melihat kesana dan
kesini seakan-akan mencari-cari sesuatu. Dia
bertanya ke sana dan kemari, tapi sayang dia belum bisa berbahasa
Indonesia. Saya perhatikan sewaktu dia bertanya kepada amai-amai,
dan amai-amai itu kelihatan bengong, karena turis itu
bertanya
"milk-milk" sambil diikuti dengan bahasa
isyarat, turis itu
membulat-bulatkan tangannya se akan menggambarkan sebuah tabung.
Tapi si amai juga tidak mengerti, di kira oleh si amai,
orang
Barat itu menyebut belek-belek, maka si amaipun mencari
belek
serta memberikan sebuah kaleng. Barangkali kaleng ini
yang di
cari turis itu, pikir si amai di dalam hatinya.
Orang
Barat
itupun menggeleng sambil mengulang kata-kata
"milk-milk". Si
amaipun semakin binggung, diapun menggelengkan kepala.Si Turispun
pergi berlalu meninggalkan amai itu dan pergi mencari amai-amai
yang lain.
Akhirnya di sebuah sudut, turis itu
berhenti, dia melihat
dan menemukan
sesuatu, yaitu beberapa ruas betung yang tertutup
dengan daun, nah ini dia , orang Barat itu menunjuk dan meminta
seruas betung itu, lalu membuka tutup daunnya, dia mencium
dan
mengecapnya. Di wajahnya terpancar ke gembiraan dan sukacita yang
dalam, matanya berseri-seri, apa yang selama ini
di carinya
akhirnya didapatkannya. Ternyata yang di carinya
itu adalah
dadiah.
Di Bukit Tinggi banyak dadiah ini.
Di Pasar bawah, di tempat
orang berjualan sayur-sayuran. Kalau hari Rabu dan Sabtu
juga
kita lihat di pasar teleng atau banyak juga yang
menyebutnya
dengan pasar lereng. Karena pasar itu terletak di sepanjang jalan
disebuah lereng bukit yang di waktu hari-hari pekan tidak boleh
di lalui mobil. Di Pasar teleng itu ramai amai-amai
menjajakan
barang dagangannya.
Saya tak habis
pikir, kenapa turis tadi berusaha betul
mencari dadiah?. Tentu sebelumnya dia sudah
dapat informasi
mengenai dadiah. Dari peristiwa itu sayapun tertarik akan dadiah.
Sewaktu kami makan nasi kapau di tempat uni Lis, tak lupa disana
saya pesan sepiring ampiang dadiah. Dadiah itu putih dan bersih
sekali, mengingatkan saya akan putihnya salju sewaktu saya berada
di puncak gunung salju di New Zealand beberapa bulan yang lalu.
Dadiah yang putih bagaikan salju,
lunak bagaikan susu, awet
bagikan keju, sewaktu di santap ternyata enak dan lezat sekali,
terasa rasa yang ke asam-asaman. Lezat karena di tingkah oleh
ampiang yang bertengguli.
Saya tanya ke pelayan warung, bagaimana cara
membuat dadiah
itu. Katanya; dadiah itu
dibuat dari susu kerbau yang di awetkan
beberapa hari dan beberapa malam. Setelah susu kerbau di
peras,
lalu di masukkan ke dalam seruas buluh atau betung. Beberapa hari
kemudian dia akan mengumpal membeku dan terasa asam. Ingin saya
menyaksikan proses pembuatan dadiah itu, tapi saya tidak
tahu
harus pergi kemana dan di mana, lagi pula saya tidak punya waktu
yang banyak untuk semua itu.
Lalu saya merenung dan berfikir,
kenapa orang Barat, mencari
dadiah dan senang makan dadiah. Mungkin mereka
ingin mencari
makanan spesifik daerah ini. Tapi mungkin juga dia mencari maka
nan yang bersih, tidak berkuman dan ber bakteri
serta tinggi
nilai gizinya.
Dalam renungan, saya
fikir, benar apa yang dicari dan di
kerjakan orang Barat itu. Susu kerbau yang di endapkan dan didi
amkan itu, di sana terjadi proses peng asaman sepertinya terjadi
fermentasi. Asam lactat yang terbentuk itu akan bersenyawa dengan
protein yang terdapat dalam susu kerbau itu akan membentuk gumpa
lan dan bekuan. Protein yang telah menggumpal ini lebih
mudah
diserap didalam usus, tidak begitu banyak lagi di butuhkan enzim
proteose. Kalau kita memakan protein biasa, dia di uraikan lebih
dulu, kemudian di gumpalkan oleh asam yang ada di lambung, baru
di cerna, sedangkan protein yang ada didalam dadiah, sudah men
gumpal dengan sendirinya, ini merupakan nilai tambah tersendiri
bagi dadiah.
Asam yang terbentuk itu akan
menetralisir dan akan membunuh
kuman-kuman kalau ada yang hinggap. Jadi boleh di kata asam yang
di kandung dadiah itu membantu membunuh kuman-kuman.
Di Jerman, makanan yang terkenal itu namanya
Yoghurt, Yogh
urt itu tak
lain dan tak bukan adalah susu yang diawetkan dan
diasamkan seperti dadiah,
cuma untuk mengenakkan rasanya, di beri
dia penyedap rasa seperti
rasa stroberry atau yang lain-lain.
Di Pegunungan Kaukasus,
ternyata disana di temukan
orang
yang mempunyai umur-umur terpanjang di dunia. Lalu kalau
kita
tilik, apa yang dimakannya, ternyata mereka juga makan susu yang
di asamkan dan di gumpalkan, yah mirip-mirp dadiah.
Tadi malam saya
saksikan siaran terakhir di telivisi, di
sana di tayangkan. Makanan yang sedang di gemari oleh
orang
Jepang sekarang ialah susu yang di asamkan. Lalu di
bahasnya
secara ilmiah kebaikan dan ke unggulan susu yang sudah diasamkan
itu.
Waktu saya mendengar
kisah peristiwa Isra' dan Mi'rajnya
Nabi besar s.a.w, sesampainya di Sidratil Muntaha,
beliau di
tawarkan 3 macam air dan di suruh pilih salah satu diantaranya,
yaitu ; air putih,
susu dan arak. Ternyata nabi memilih yang di
tengah-tengah yaitu susu.
Ketika saya menunaikan
ibadah Hajji, di tanah suci itu,
minuman yang terlezat itu
adalah susu kambing. Dan orang Arab itu
sendiri juga gemar dan senang memminum susu yang sudah di awetkan
dan diasamkan.
Didalam tubuh kita banyak
alat-alat atau organ-organ yang
mengandung asam, seperti asam lambung berguna untuk menetralisir
dan membunuh kuman-kuman. Asam akan menyebabkan dinding-dinding
kuman akan berkerut, menyebabkan kuman jadi K O. Di
Vaginapun
suasananya adalah asam, sehingga bermacam-macam kuman yang masuk
disitu, dapat di K O kannya.
Nah, cobalah makan dadiah, anda
akan merasa asam, dan asam
nya itu akan meng K O kan kuman dan bakteri yang
menyertainya.
Kecuali tentu kalau disana ada bakteri yang di
sebut dengan
bakteri tahan asam.
Dadiah itu sendiri kaya
dengan protein dan sangat rendah
kadar lemak atau kholesterolnya. Apalagi protein
dari seekor
kerbau yang sedang menyusui anaknya. Kerbau itu sendiri kuat dan
perkasa. Diharapkan orang yang makan dadiah bisa kuat dan perka
sa, karena dia membangun tubuhnya dengan protein
yang sudah
bergumpal dengan lactic acid, dan jenis proteinya adalah protein
yang bernilai tinggi. Agaknya dadiah ini perlu kita lestarikan,
dan di produksi lebih banyak serta diangkatkan menjadi
makanan
nasional, kalau bisa menjadi makanan internasional. Betapa bang
ganya kalau Rakyat Sumatera Barat dapat meng export
dadiah ke
luar negeri. Terbukti, orang Barat datang jauh-jauh ke Sumatera
Barat untuk mencari dadiah, dan melahapnya.
Kita sering
ketinggalan, padahal banyak makanan-makanan
internasional, pada awalnya adalah karena meniru makanan Padang.
Perhatikanlah Kentucky Fried Chicken, bukankah itu
sebetulnya
berasal dari Goreng pisang. Dimana pisangnya
dilumari dengan
tepung lalu di Goreng?
Oh ya kembali pada dadiah, saya
pernah disuguhi kakak ipar,
uni Con, sepiring nasi
dengan sambalnya hanya dadiah yang di beri
bawang dan di potongkan cabe disekitarnya. Ternyata hanya memakan
nasi dengan sambalnya dadiah tok, enaknya bukan
main, entah
karena waktu itu perut sedang lapar,
tapi saat ini saya teringat
akan dadiah dan saya ingin menikmatinya lagi
Banyak sekali hal-hal kecil yang
sebetulnya bisa kita besar
kan dan kita petik manfaatnya.
Agaknya untuk semua ini
perlu kita simak sebuah firman
suci-Nya dalam surat An Nahl ayat 66 :
"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada
apa yang
berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan
darah. yang mudah di telan bagi orang yang meminumnya".
P a d a n g 1 Maret 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar