Jumat, 11 Oktober 2013

D A D I A H



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

     Di pasar teleng itu, sepasang turis cengangak,  cengingik,

melihat  kesana dan kesini seakan-akan mencari-cari sesuatu.  Dia

bertanya ke sana dan kemari, tapi sayang dia belum bisa berbahasa

Indonesia. Saya perhatikan sewaktu dia bertanya kepada amai-amai,

dan  amai-amai itu kelihatan bengong, karena turis  itu  bertanya

"milk-milk"  sambil  diikuti  dengan bahasa  isyarat,  turis  itu

membulat-bulatkan tangannya se akan menggambarkan sebuah  tabung.

Tapi  si  amai juga tidak mengerti, di kira oleh si  amai,  orang

Barat  itu  menyebut belek-belek, maka si amaipun  mencari  belek

serta  memberikan  sebuah kaleng. Barangkali kaleng ini  yang  di

cari  turis  itu,  pikir si amai di dalam  hatinya.  Orang  Barat

itupun  menggeleng  sambil mengulang  kata-kata  "milk-milk".  Si

amaipun semakin binggung, diapun menggelengkan kepala.Si Turispun

pergi  berlalu meninggalkan amai itu dan pergi mencari  amai-amai

yang lain.

  Akhirnya  di sebuah sudut, turis itu berhenti,  dia  melihat

dan  menemukan sesuatu, yaitu beberapa ruas betung yang  tertutup

dengan  daun, nah ini dia , orang Barat itu menunjuk dan  meminta

seruas  betung itu, lalu membuka tutup daunnya, dia  mencium  dan

mengecapnya. Di wajahnya terpancar ke gembiraan dan sukacita yang

dalam,  matanya  berseri-seri,  apa yang selama  ini  di  carinya

akhirnya  didapatkannya.  Ternyata  yang di  carinya  itu  adalah

dadiah.  
 
  Di Bukit Tinggi banyak dadiah ini. Di Pasar bawah, di tempat

orang  berjualan  sayur-sayuran. Kalau hari Rabu dan  Sabtu  juga

kita  lihat  di pasar teleng atau banyak  juga  yang  menyebutnya

dengan pasar lereng. Karena pasar itu terletak di sepanjang jalan

disebuah  lereng bukit yang di waktu hari-hari pekan tidak  boleh

di  lalui mobil. Di Pasar teleng itu ramai  amai-amai  menjajakan

barang dagangannya.

  Saya  tak  habis  pikir, kenapa turis  tadi  berusaha  betul

mencari  dadiah?.  Tentu  sebelumnya dia  sudah  dapat  informasi

mengenai dadiah. Dari peristiwa itu sayapun tertarik akan dadiah.

Sewaktu kami makan nasi kapau di tempat uni Lis, tak lupa  disana

saya  pesan sepiring ampiang dadiah. Dadiah itu putih dan  bersih

sekali, mengingatkan saya akan putihnya salju sewaktu saya berada

di puncak gunung salju di New Zealand beberapa bulan yang lalu.

  Dadiah yang putih bagaikan salju, lunak bagaikan susu,  awet

bagikan  keju, sewaktu di santap ternyata enak dan lezat  sekali,

terasa  rasa  yang ke asam-asaman. Lezat karena di  tingkah  oleh

ampiang yang bertengguli.

  Saya tanya ke pelayan warung, bagaimana cara membuat  dadiah

itu. Katanya; dadiah itu dibuat dari susu kerbau yang di  awetkan

beberapa  hari dan beberapa malam. Setelah susu kerbau di  peras,

lalu di masukkan ke dalam seruas buluh atau betung. Beberapa hari

kemudian  dia akan mengumpal membeku dan terasa asam. Ingin  saya

menyaksikan  proses  pembuatan dadiah itu, tapi saya  tidak  tahu

harus pergi kemana dan di mana, lagi pula saya tidak punya  waktu

yang banyak untuk semua itu.

  Lalu saya merenung dan berfikir, kenapa orang Barat, mencari

dadiah  dan  senang makan dadiah. Mungkin  mereka  ingin  mencari

makanan spesifik daerah ini. Tapi mungkin juga dia mencari  maka­

nan  yang  bersih, tidak berkuman dan ber  bakteri  serta  tinggi

nilai gizinya.

  Dalam  renungan,  saya fikir, benar apa yang dicari  dan  di

kerjakan orang Barat itu. Susu kerbau yang di endapkan dan  didi­

amkan itu, di sana terjadi proses peng asaman sepertinya  terjadi

fermentasi. Asam lactat yang terbentuk itu akan bersenyawa dengan

protein yang terdapat dalam susu kerbau itu akan membentuk gumpa­

lan  dan  bekuan. Protein yang telah menggumpal ini  lebih  mudah

diserap didalam usus, tidak begitu banyak lagi di butuhkan  enzim

proteose. Kalau kita memakan protein biasa, dia di uraikan  lebih

dulu,  kemudian di gumpalkan oleh asam yang ada di lambung,  baru

di  cerna, sedangkan protein yang ada didalam dadiah, sudah  men­

gumpal  dengan sendirinya, ini merupakan nilai tambah  tersendiri

bagi dadiah.

  Asam yang terbentuk itu akan menetralisir dan akan  membunuh

kuman-kuman kalau ada yang hinggap. Jadi boleh di kata asam  yang

di kandung dadiah itu membantu membunuh kuman-kuman.


  Di Jerman, makanan yang terkenal itu namanya Yoghurt,  Yogh­

urt  itu  tak lain dan tak bukan adalah susu yang  diawetkan  dan

diasamkan seperti dadiah, cuma untuk mengenakkan rasanya, di beri

dia penyedap rasa seperti rasa stroberry atau yang lain-lain.

  Di  Pegunungan Kaukasus, ternyata disana di  temukan   orang

yang  mempunyai  umur-umur terpanjang di dunia. Lalu  kalau  kita

tilik, apa yang dimakannya, ternyata mereka juga makan susu  yang

di asamkan dan di gumpalkan, yah mirip-mirp dadiah.

  Tadi  malam  saya saksikan siaran terakhir di  telivisi,  di

sana  di  tayangkan.  Makanan yang sedang di  gemari  oleh  orang

Jepang  sekarang  ialah susu yang di asamkan.  Lalu  di  bahasnya

secara ilmiah kebaikan dan ke unggulan susu yang sudah  diasamkan

itu.

  Waktu  saya  mendengar kisah peristiwa Isra'  dan  Mi'rajnya

Nabi  besar  s.a.w, sesampainya di Sidratil  Muntaha,  beliau  di

tawarkan  3 macam air dan di suruh pilih salah satu  diantaranya,

yaitu  ; air putih, susu dan arak. Ternyata nabi memilih yang  di

tengah-tengah yaitu susu.

  Ketika  saya  menunaikan ibadah Hajji, di  tanah  suci  itu,

minuman yang terlezat itu adalah susu kambing. Dan orang Arab itu

sendiri juga gemar dan senang memminum susu yang sudah di awetkan

dan diasamkan.


  Didalam  tubuh kita banyak alat-alat atau  organ-organ  yang

mengandung asam, seperti asam lambung berguna untuk  menetralisir

dan  membunuh kuman-kuman. Asam akan menyebabkan  dinding-dinding

kuman  akan  berkerut, menyebabkan kuman jadi K O.  Di  Vaginapun

suasananya adalah asam, sehingga bermacam-macam kuman yang  masuk

disitu, dapat di K O kannya.

  Nah, cobalah makan dadiah, anda akan merasa asam, dan  asam­

nya  itu akan meng K O kan kuman dan bakteri  yang  menyertainya.

Kecuali  tentu  kalau  disana ada bakteri yang  di  sebut  dengan

bakteri tahan asam.

  Dadiah  itu  sendiri kaya dengan protein dan  sangat  rendah

kadar  lemak  atau kholesterolnya. Apalagi  protein  dari  seekor

kerbau yang sedang menyusui anaknya. Kerbau itu sendiri kuat  dan

perkasa. Diharapkan orang yang makan dadiah bisa kuat dan  perka­

sa,  karena  dia  membangun tubuhnya dengan  protein  yang  sudah

bergumpal dengan lactic acid, dan jenis proteinya adalah  protein

yang  bernilai tinggi. Agaknya dadiah ini perlu kita  lestarikan,

dan  di produksi lebih banyak serta diangkatkan  menjadi  makanan

nasional, kalau bisa menjadi makanan internasional. Betapa  bang­

ganya  kalau  Rakyat Sumatera Barat dapat meng export  dadiah  ke

luar  negeri. Terbukti, orang Barat datang jauh-jauh ke  Sumatera

Barat untuk mencari dadiah, dan melahapnya.

  Kita  sering  ketinggalan,  padahal  banyak  makanan-makanan

internasional, pada awalnya adalah karena meniru makanan  Padang.
Perhatikanlah  Kentucky  Fried Chicken, bukankah  itu  sebetulnya

berasal  dari  Goreng pisang. Dimana  pisangnya  dilumari  dengan

tepung lalu di Goreng?

  Oh ya kembali pada dadiah, saya pernah disuguhi kakak  ipar,

uni Con, sepiring nasi dengan sambalnya hanya dadiah yang di beri

bawang dan di potongkan cabe disekitarnya. Ternyata hanya memakan

nasi  dengan  sambalnya  dadiah tok, enaknya  bukan  main,  entah

karena waktu itu perut sedang  lapar, tapi saat ini saya teringat

akan dadiah dan saya ingin menikmatinya lagi

  Banyak sekali hal-hal kecil yang sebetulnya bisa kita besar­

kan dan kita petik manfaatnya.

  Agaknya  untuk  semua  ini perlu kita  simak  sebuah  firman

suci-Nya dalam surat An Nahl ayat 66 :

"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat

pelajaran  bagi  kamu. Kami memberimu minum dari  pada  apa  yang

berada  dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi  dan

darah. yang mudah di telan bagi orang yang meminumnya".



P a d a n g  1 Maret 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar