Oleh: Dr.H.K.Suheimi
Banjir hadiah,
dimana-mana ada hadiah. Ditoko banyak hadiah.
Beli ini dapat
itu. Beli dua dapat hadiah gelas. Beli tiga dapat
hadiah
piring. Beli selusin dapat hadiah periuk. Banyak embel-
embel,
bermacam-macam hadiah yang ditawarkan. Bahkan beli Indomie
hadiahnya
mobil, kirim saja bungkusnya.
Hari
ini, selesai Shalat Jum'at 2 Februari 1995. Anak saya
Irsyad
mengajak saya berbelanja ke pusat perbelanjaan Suzuya.
Baru kali ini
saya masuk pertokoan itu, Minang Plaza. Saya bangga
di Ranah
Minang punya pusat berbelanjaan yang serba
lengkap
dengan
pelayannya yang ramah. Suasananya yang aman dan nyaman,
menyebabkan
saya betah lama-lama disana. Saya di seret oleh anak
saya
Irsyad kesana dan kemari, sambil mendorong kereta dorong.
Disana
saya ketemu juga dengan pak Prof Hendra Asmara yang juga
sedang
memperturutkan kemauan cucunya. Cucu beliau saya lihat
lincah
menarik-narik pak Hendra yang sudah mulai tua kesana dan
kesini,
dengan kereta dorong. Pak hendra tampak tertatih-tatih,
karena
cucu beliau sangat lincah, sebentar kesana,
sebentar
kesini.
Saya perhatikan nasib beliau hampir sama dengan saya.
Ternyata anak
dan cucu lebih tahu dan lebih cepat memilih. Ketika
saya mengambil
satu barang, anak saya berteriak :"Jangan yang itu
pa, itu
tak ada hadiahnya". "Lebih baik yang ini, langsung ada
hadiahnya
gelas, piring, sendok, mangkok". Memang jeli matanya
menangkap
mana barang-barang yang berhadiah langsung, mana yang
tidak.
Dimana-mana di tayangkan kalau beli ini akan mendapat itu.
Saya
perhatikan tingkah anak kecil ini. Ternyata matanya
tajam sekali
menyelidiki barang dagangan yang di tayangkan, tapi
yang di
lihat dan di selidikinya ialah hadiah. Hadiahnya yang
lebih dulu
dilihatnya, baru barangnya. Dan setiap membeli sebuah
barang dia
bertanya :"Hadiahnya, manna...,", seperti di jalan tol
saja "Xon
Ceenya manna...". Dia
sudah dirasuki dan di mabuki oleh
hadiah
demi hadiah. Saya terpaksa mengalah menurutkan kemauan
Irsyad, kemana
dia pergi saya ikuti sambil memilih barang-barang
berikut
hadiahnya.
Perangai
Irsyad kecil ini rupanya menjalar dan
menular
kepada
banyak orang. Di fikiran dan dalam angan-angannya selalu
mengharap dan
mendambakan hadiah. Bermacam hadiah. Ada namanya
hadiah
lebaran, antaran kue yang namanya parcel, ada paket lebar
an. Ada
hadiah perkawinan. Ada hadiah ulang tahun. Ada hadiah
kalau
lulus sekolah. Dapat hadiah, karena sudah menolong. Ada
hadiah
selesai menanda tangani sebuah surat. Ada hadiah
yang
pakai
perjanjian lebih dulu. Ada hadiah kalau kita menabungkan
uang di sebuah Bank. Pokoknya dimana-mana ada hadiah, Hadiah
uang di sebuah Bank. Pokoknya dimana-mana ada hadiah, Hadiah
telah
masuk desa, hadiah masuk kota, hadiah masuk toko, hadiah
masuk
kampus. Hadiah demi hadiah bergentayangan. Semua
orang
berebut
untuk mendapatkan hadiah. Batang pinang bergomok dipan
jatnya
untuk meraih hadiah. Kalau
perlu untuk merebut hadiah di
pijakkan
punggung, bahu dan kepala teman. Memang untuk sampai
diatas
batang pinang dan mendapat hadiah, dengan
memijakkan
kepala
teman-teman yang di bawahnya
Dalam
fikiran, dalam khayalan orang mendambakan hadiah.
Hadiah
apa yang akan saya peroleh kalau saya mengerjakan ini.
Disamping
memikirkan dan mencari hadiah, kenapa kita tidak memi
kirkan dan
mencari Hidayah. Padahal Hidayah jauh lebih mulia jauh
lebih hebat
dan jauh lebih kekal. Hidayah menjamin keselamatan di
dunia dan akhirat.
Hidayah, petunjuk atau yang langsung datangnya dari
Tuhan.
Sehingga
orang yang dapat Hidayah, perbuatan, perkataan
dan
tingkah
lakunya serta persepsinya sama dan pas dengan
maunya
Allah. Hidayah
tidak datang begitu saja dia harus dicari, dia di
peroleh dengan
iman dan dengan ilmu.
Maka
ayah saya berpesan :"Jangan kau habiskan waktumu men
cari rezki
yang telah di jamin oleh Allah, tapi habiskanlah waktu
mencari
hidayah yang tidak di berikan Allah pada semua orang".
"Apa
maksud ayah" tanya saya. "Makan dan minum asal kamu berusaha
sudah pasti
dapat, itu sudah dijamin Allah, sehingga binatang di
dalam
batupun dijamin rezkinya. Tapi Hidayah hanya di janjikan
Allah,
hanya diberikan pada orang-orang yang
sungguh-sungguh
mencarinya
dengan iman dan ilmu.
Orang yang
telah memperoleh hidayah, dia berjalan pada jalan
yang
lurus dan benar. Hidupnya terbimbing. Dengan ilmunya
dia
tahu
arah dan jelas mencapai tujuan dan sasaran, Dengan imannya
dia
berjalan kearah dan mendekat kepada Tuhan_Nya. Maka
orang
yang
dapat hidayah ini, dia akan menerima keselamatan di dunia
dan
keselamatan di akhirat. Sayang kita mati-matian mencari dan
berebut
hadiah, tapi tidak sungguh-sungguh mencari
hidayah.
Padahal
Tuhan berfirman dalam kitab suci_Nya Al-Qur'an
surat
Al_Isra' ayat
15 yang artinya :
[1]"Barang
siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah
(petunjuk)
Allah, maka
sesungguhnya perbuatan itu untuk keselamatan dirinya
sendiri.
Dan barang siapa yang menyimpang dari petunjuk Allah,
maka sesungguhnya
dia telah menyesatkan dirinya sendiri. Dan
sekali-kali
tiada orang yang memikul beban (dosanya sendiri) akan
memikul
beban (dosa) orang lain. Dan Kami tidak menyiksa satu
kaum, sebelum
kami mengutus Rasul kepada mereka".
Wabillahi Taufik Wal Hidayah,
semoga Allah melimpahkan
Taufik dan Hidayahnya pada kita semua. wassalamualaikum
W.W !.
P a d a n g 5
Februari 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar