Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Hilang si nyaru tampak pagai
Hilang di lamun-lamun ombak
Hilang si bungsu dek parangai
Hilang di mato rang nan banyak
Demikanlah bait-bait dalam dendang
pauh yang dapat saya
simak, petuah dan pepatah dalam dendang Pauh
ini enak di dengar
dan perlu di simak dan dalam maknanya.
Yang saya ingat waktu
mendengar dendangitu hanyalah pulau Sinyaru
yang jauh di tengah
lautan Indonesia yang dapat saya
saksikan waktu bertualang ke
kepulaun Mentawai, ke Pagai utara dan Pagai
Selatan dengan ibu
kota si kakap dan sipora, kemudaian terus ke si
berut Selatan dan
Utara dengan ibu kotanya Muara siberut
dan Muara Sikabaluan,
kemudian dengansampan kecil kami masuki sampai ke
pedalaman pulau
yang hanya dapat di tempuh melalui
jalan-jalan sungai, berhari-
hari kami diatas sampan menuju desa-desa
terpencil dan terting
gal. Mendengar pulau si nyaru, saya teringat
akan kepulauan di
sekitarnya yang pernah saya jalani dan tempat kami
berkemah serta
bermalam. Mulai dari pulau Nyamuk, pulau
Pagang, Pulau si kuai,
pulau Bintangur dan pulau persumpahan.
Semua pulau-pulau itu
pernah kami singgahi dengan
pengalaman-pemngalaman yang aduhai
sangat indah untuk di kenang. Bermain, berlari,
berenang, menye
laman, bersampan, memancing,
memanjat kelapa muda. Malamnya
mencolok, menangkap udang
bingkaro dan memburu ikan. 3 hari
bermalam dan mengelilingi pulau di tahun 68. Oh
luar biasa senang
dan nikmatnya. Dan betapa sedihnya ketika harus
meninggalkan dan
berpisah dengan pulau dan teman-teman.
Entah pabila dan entah
kapan lagi bisa menikmati saat-saat
seperti dulu. Rasanya tak
akan mugkin lagi, apalagi sekarang,
dimana hampir setiap hari
menolong kelahiran bayi, atau melakukan operasi
pada ibu-ibu yang
menderita tumor dalam kandungannya.
Rasanya tak mungkin lagi
bergembira dan merasakan nimatnya bermalam
di pulau. Sekembali
dari pulau badan terasa sangat segar dan
semangat kerjapun me
ningkat.
„
„
Sekarang barulah saya sadari betapa laut itu
telah memberi
kita nikmat yang sangat banyak. Rasakanlah,
bukankah oksigen yang
kita hirup ini, 70 % dihasilkan oleh
laut, makanya udara yang
paling kaya dengan oksigen itu adalah di
daerah laut. Beruntung
sekali saya bertempat tinggal di kota Padang di
pinggir laut. Dan
lembab nisbi dari udara ini yang terbaik di
temukan di laut? Kita
hirup udara dengan lembab nisbi yang
tinggi, kita hirup udara
dengan konsentrasi Oksigen yang tinggi, dan semua
itu akan menam
bah dan menyegarkan kesehatan kita. DAn ketika
kecil berasal dari
Pariaman, dan kalau di Pariaman selalu
bermain di pinggir laut,
dan kalau lebaran kami pergi ke Pulau
Angso duo, pulau ujung,
pulau tangah dan pulau Kasiak. Kalau sudah sampai
di pulau rasan
ð73[1]
ð73[1]
ð73[1] Šya enggan hati ini untuk pulang. Di pulau-pulau itulah saya
menikmati kebahagian masa kecil, mencari
kucing-kucing, umang-
umang, bintang laut dan berbagai permainan
lainnya. Laut telah
memuaskan dan membahagiakan hidup saya waktu
kecil. Sekarang saya
sadari lagi, ternyata apapun yang ada
di darat dapat pula di
temui di laut, sebutlah protein,
karbohidrat, lemak, mineral,
minyak, lihatlah betapa banyaknya pemboran
minyak lepas pantai.
Setiap apa yang ada di laut adalah
barang dan makhluk-makhluk
berharga, sampai-sampai Teripang yang saya jijik
melihatnya waktu
kecil, ternyata memiliki nilai
protein dan gizi yang sangat
tinggi, sehingga harganya di luar
negri, singapura dan jepang
sangat-sangat mahal, tapi di pulau di kampung saya
di buang-buang
begitu saja. Sedangkan sampah laut atau rumputnya.
Rumput lautpun
mahal dan sangat berguna, pokoknya semua yang
hidup dan tumbuh di
laut mempunyai potensi ekonomi dan kesehatan yang
sangat tinggi.
Tidak salah lagi orang yang menguasai laut
adalah bangsa yang
besar dan kaya. Bukankah Jayanya
Inggeris karena mereka bisa
menaklukkan dan memanfaatkan laut?, sehingga
dia bisa menguasai
seluruh dunia dengan segenap
isinya?.. Bukankah Bangsa kita
pernah besar dan terkenal di
zaman Sriwijaya dan Majapahit,
karena nenek moyang kita gemar menempuh
samudra, sampai-sampai
kekuasaan nenek moyang kita dahulu sampai ke
Madagaskar, yaitu
Amerika Selatan di dekat Peru. Berarti nenek
moyang kita telah
mengharungi Samudra Pasifik. Itu makanya adat
istiadat dan bahasa
di Madagaskar banyak miripnya dengan bangsa
Indonesia. Demikian
terkenal dan hebatnya nenek moyuang kita di
zaman dahulu dapat
kita simak dari alunan sebuah lagu
ð73 Š
„
„
Nenek moyangku orang pelaut
„
„
Gemar menmpuh luas Samudra
„
„
Menemuh ombak Tiada takut
„
„
Menghadang badai sudah biasa.
„
„
Nenek moyang kita terkenal dan piawai adalah
karena mereka
mengerti dengan ilmu perlautan dan mengerti seluk
beluk laut.
„
„
Sekarang kita baru terbatas menikmati laut
sebagai tempat
yang indah dengan pemandangan yang aduhai
mulai dari pinggirnya
sampai ke tengah dan ke dalam lautan
dengan pulau dan tempat
menyelam. Sehingga tempat beristirahat
yang paling mahal itu
justru di Pulau. Lihat saja setiap minggu banyak
orang di Jakarta
bersantai di Pulau Putri Duyung di
kepulauan seribu, walaupun
biayanya sangat mahal orang tak
peduli. Dan setelah saya coba
bandingkan ternyata gugusan pulau di Samudra
Indonesia jauh lebih
cantik dan indah termasuk
karang-karang dan ikan hiasnya dan
lebih alami.
„
„
Kalau untuk rekreasi saja laut dapat menghasilkan
uang yang
banyak, tentu akan lebih banyak lagi jika
manusia mampu meman
faatkan laut dengan segenap isinya. Sangat dan
demikian banyaknya
harta yang tersimpan di dalam samudra itu.
„
„
Apalagi dipenghujung zaman ini, dimana daratan
sudah terasa
sempit, sushnya mencari kehidupan di daratan dan
sempitnya lahan
untuk tempat bermukim. Tempat yang sempit itupun
telah tercemar,
tercemar secara fisik dan kimiawi dan juga
tercemar oleh kelakuan
penduduk di atasnya yang suddah tidak
senonoh dan tidak menurut
norma-norma. Maka mari kita
lepaskan pandangan jauh ke Laut
lepas, mungkin disana akan kita temui
hal-hal yang selalm ini
ð73 Štidak kelihatan. Jangan sampai kita hidup diatas harta yang
melimpah ruah, tapi penduduknya sangat
miskin. Dan Laut kita
dikuasai oleh bangsa lain. Dan tak
sedikit kekayaan laut kita
yang di curi oleh bangsa lain. Jangan sampai
kita di kenai oleh
syair sebuah lagu
„
„
Lompong sagu bagulo lawang
„
„
Di tangah-tangah karambia mudo
„
„
Sadang katuju di ambiak urang
„
„
Awak juo nan malapeh aoo.
„
„
Janganlah menjadi orang yang merugi, begitu
perintah Tuhan
berkali-kali. Padahal Indonesia di beri gelar
Kontinental Island.
Benua kepulauan atau benua ke lautan. Karena
satu-satunya negara
didunia ini yang mempunyai gugusasn pulau sebanyak
17508 buah dan
memmpunyai lautan yang terluas dan terdalam dengan
segenap isinya
yang masya Allah bukan main, tinggal mengeruk
kekayaan dan harta
yang di pendamnya.
„
„
Saya simak ternyata ada puluhan ayat
Al-Quran yang khusus
berceritra tentang lautan dengan segenap isi dan
kekayaannya. DAn
yang sangat menarik ialah tak ada satupun
ayat atau hadis yang
mengahramkan memakan apa-apa
yang berasal dari laut. Bahkan
justru penghalallan. Bahkan
untuk yang hidup di darat Allah
mengharamkan memakan binatang, babi, bangkai dan
binatang yang di
sembelih dengan tidak menyebut nama Allah. Tapi
untuk yang hidup
di laut Allah tampaknya memberi dispensasi,
sampai=sampai bang
kainyapun halal di makan. Bahkan ikan yang
sudahlama mati, menja
di kering dan mersikpun boleh di
makan. Se akan Tuhan memberi
dorongan, kenapa kita membiarkan laut dan tidak
menoleh kepadanya
ð73 Šdan mengeruk isinya.
„
„
Untuk itu saya teringat akan satu Firman Suci Nya
dalam Al-
Qur'an surat Al KAhfi ayat 61 :"Maka tatkala
mereka sampai keper
temuan dua buah laut itu, mereka lupa akan
ikannya, laluikan itu
melompat mengambil jalannya kelaut itu".
„
„
Surat AR RAhman ayat 19,22,24 :"Dia
membiarkan kedua lautan
mengalir yang keduanya kemudian bertemu.
„
„
Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
„
„
Dan kepunyaanNyalah bahtera-bahtera yang tinggi
layarnya di
lautan laksana gunung-gunung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar