Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Waktu kecil, hampir tiap minggu saya di bawa
ayah ke batu
kreta, makan-makan dan memancing disana.
Itulah saat-saat baha
gia, gembira berkumpul bersama ayah
ibu dan adik-adik. Betapa
asyiknya sewaktu kail dilarikan ikan, dan
betapa lezatnya hasil
pancingan itu di bakar di tempat itu dan
dilahapnya juga disitu.
Maka bagi kami sekeluarga batu kreta adalah
tempat yang takkan
mungkin dilupakan, seribu kenangan dan seribu
nostalgia terting
gal di batu kreta. Batu kreta,
entah kenapa pulau kecil itu
bernama batu kreta saya ngak tahu, biasanya
pulau-pulau di Indo
nesia namanya sesuai dengan keadaan kampungnya,
tapi pulau kreta
mempunyai nama tersendiri, saya teringat akan
kepulauan kreta di
Yunani. Mungkin yang memberi nama batu
kreta ini bukan orang
awak. Mungkin nama batu kreta ini di
beri oleh Belanda karena
konon kabarnya Belanda yang pertama kali
menginjakkan kakinya di
Sumatera Barat ini adalah didaerah Painan yaitu di
Pulau Cingkuk
didekat Batu Kereta itu.
Di batu Kreta itu ada satu goa bagaikan
celah,seperti tempat
duduk alam, bagaikan singgasana, diatasnya ada
tempat melengkung,
sebagai tempat berteduh dari
teriknya matahari dan lebatnya
hujan. Didalamnya ada tempat duduk bagaikan kursi
yang hanya muat
untuk 2 orang. Enak sekali duduk di singgasana itu
sambil merasa
kan tiupan angin laut dengan mata yang lepas
ke laut luas. Tali
pancing di pegang juga, ikan di pandang jua,
karena terkenal di
sana banyak sekali ikan Karang. Ikan-ikan
yang beraneka warna,
dan beraneka rupa, ikan-ikan yang lincah dan liar,
bagaikan ikan-
ikan hias yang bermain diantara
bunga-bunga karang. Tak puas-
puasnya mata memandang dan menatap ikan-ikan
disana. Ikan-ikan
itu jelas terlihat bermain di kedalaman laut
jernih dan membiru
itu. Kata setengah orang , kalau ingin
menghilangkan dan menjauh
kan stress, tataplah ikan yang sedang
bermain. Tempo-tempo di
tengah-tengah
lautan luas tampak ikan Lumba-lumba yang mengham
burkan badannya ke permukaan laut.
Kalau pasang lagi surut, kita dapat berlari-lari
menuju batu
Kreta. Satu kali kami pergi kesana
dalam keadaan pasang surut
sekali, sehingga rumput-rumput laut tampak
mencuat keatas. Rupa
nya diantara rumput laut itu banyak
ikan-ikan yang terkurung.
Ikan-ikan yang waktu pasang naik mereka bermain disitu, dan
sewaktu pasang surut mereka tertinggal
dan terkurung diantara
rumput-rumput laut, tinggal kami memilih dan
memasukkan ikan-ikan
itu ke dalam rantang. Penuh juga sejenjeng
rantang, alhamdulillah
rezki yang tak diduga-duga.
Hari ini saya datang lagi ke sini, ke
Batu Kreta, tempat
saya bermain dan memancing di waktu kecil. Kembali
saya coba dan
ulangi lagi memancing, dapat beberapa ekor,
tapi ikan sekarang
tidak sebanyak dulu. Lebih banyak saya bermenung
dari pada memba
las dan menarik tali pancing yang sedang di makan
ikan, ikan yang
saya tangkap sekarang tidak sebanyak dulu.
Dalam renungan itulah, saya lihat dan saya
perhatikan satu
demi satu batu karang dan batu-batu yang
bertebaran di Batu kreta
itu, terlihat semua batu itu berwarna hitam,
berbeda dengan batu
dipulau-pulau yang lainnya. Diatas batu
hitam itu pulalah saya
duduk bermenung dan merenung, banyak sekali
batu-batu hitam ini
di sepanjang pulau dan di sepanjang jalan
akan sampai ke pulau
itu, sebagaimana banyaknya batu hitam yang saya
jumpai di daerah
Lumpo. Kalau kita tarik garis antara lumpo
sampai ke Painan dan
terus ke P. Kreta dan lanjut ke P. Cinggkuk yang
banyak batu-batu
hitam itu. Lalu saya ber angan-angan,
jangan-jangan batu hitam
yang saya saksikan itu adalah batu
bara. Karena ternyata batu
bara yang terdapat di Lumpo. Dimana yang
kali penambangannya di
lakukan oleh Belanda dan
baru-baru ini juga di tambang oleh
rakyat setempat. Ternyata Batu Bara di Lumpo itu adalah
Batu
Bara yang sangat baik, jauh
lebih baik di bandingkan dengan
batubara-batubara di tempat lain, kalau di bakar, akan menimbul
kan api yang berwarna biru, yang
berarti enersi yang dihasil
kannya sangat tinggi. Oh Kalau-kalau
di sepanjang jalan antar
lumpo, painan dan Batu kereta di
penuhi oleh Batu bara yang
bermutu tinggi?, berarti kekayaan yang di kandung
di dalam tanah
itu tak ternilai. Saya ndak dapat bayangkan
kekayaan yang terpen
dam, bagaikan harta karun, tapi selama ini hanya
kita injak-injak
dan belum di manfaatkan.
Agaknya perlu penelitian untuk mengetahui
berapa juta Ton
Batu bara yang mengendap dan tersimpan di daerah
ini. Sebagaima
na, berapa banyaknya emas yang juga
terpendam di Bukit-bukit
Salido Kecil dan sekitarnya, sehingga di
Zaman penjajah Belanda
daerah ini di jadikan sebagai tempat
tambang emas dan tambang
batu bara. Mungkin di zaman dulu, Belanda telah
mempunyai titik-
titik tertentu, daerah-daerah dimana terdapat
tingginya kandungan
barang tambang itu. Sehingga kalau kita
lihat, didaerah inilah
cukup banyak peninggalan-peninggalan Belanda ;
Seperti Benteng di
Pulau Cingkuk, Pemandian di
Bayang Sani serta Pusat listrik
Tenaga Air di salido Kecil, serta bekas-bekas
tambang emas disi
ni. Tinggal kita saja lagi sebagai penduduk
negeri ini, menimba
dan menggali kekayaan alamnya.
Jangan sampai penduduk yang
menghunyi lahan dan tanah yang penuh harta karun
itu, hidup dalam
nestapa kemiskinan.
Salah satu cara kita mensyukuri nikmat Allah
ialah dengan
memanfaatkan apa-apa yang di
turunkan dan di beri_Nya untuk
hamba_Nya. Dia telah turunkan nikmat
yang sebanyak-banyaknya,
kenapa kita membiarkan dan tidak
memanfaatkannya? Didalam batu,
didalam perut bukit ternyata banyak harta
dan kenikmatan. Tuhan
selalu suruh kita agar berusaha,
memecah batu, menggali bukit
agar kita dapat memetik sesuatu dari padanya.
Bahkan sewaktu kaum
nabi musa dalam kehausanpun Tuhan menyuruh Nabi
Musa untuk memu
kul batu. Untuk semua itu saya
teringat akan sebuah Firman
suci_Nya dalam Al_Qur'an surat
Al-Baqarah ayat 60 :"Ingatlah
ketika Musa memohon air untuk
kaumnya, lalu Kami berfirman
:"Pukullah batu itu dengan
tongkatmu". Lalu memancarlah dari
padanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku
telah mengeta
hui tempat minumnya (Masing-masing).
Makan dan minumlah rezki
yang di berikan Allah, dan janganlah
kamu berkeliaran di muka
bumi dengan membuat kerusakkan".
P a d a n g
8 September 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar