Jumat, 11 Oktober 2013

EKOR CICAK



 Oleh : Dr.H.K.Suheimi


  Pada  suatu hari saya melihat kucing menangkap cicak,  tiba-

tiba  ekor cicak terlepas dari badannya, tapi ekor itu  bergerak-

gerak  bergelinyang dan meronta-ronta. Perhatian  kucing  tertuju

pada  ekor  cicak yang mengelinyang itu, dan  ekor  cicak  itupun

ditangkap dan dipermainkannya, sedangkan cicaknya sendiri, secara

pelan-pelan melangkah pergi dan berlalu meninggalkan sang  kucing

yang  asyik dengan ekor cicak. Ekor cicak itupun setelah dia  ber

gelinyang  kekiri  dab ke kanan, kemudian dia menjadi  lemas  dan

akhirnya  berhenti sama sekali. Waktu itulah kucing  sadar  bahwa

dia telah terkecoh, ternyata yang ditangkapnya hanya ekor  cicak,

dia  telah  terpedaya  oleh gelinyang  dan  gerakan-gerakan  ekor

cicak.

Melihat kejadian itu, lalu saya teringat akan petuah seorang

guru  sewaktu menasehati muridnya :"Wahai muridku, Kebenaran  itu

bagaikan  cicak  nak, sering orang hanya menangkap  ekornya,  dan

menganggap bahwa itulah kebenaran yang sebenarnya".

  Seorang guru lain juga ber petuah kepada muridnya  :"Mencari

kebenaran itu berbahaya, wahai anakku, tapi lebih berbahaya  lagi

bila  engkau merasa telah menemukanya, lalu mengira bahwa  dirimu

saja yang benar, sehingga timbul kecendrungan dalam dirimu  untuk

menyalahkan orang lain".

  Memang kebenaran itu mutlak, sedangkan manusia adalah  rela­

tif  dan  penuh dengan segala  kekurangannya.  Akibatnya  manusia

tidak bisa menangkap kebenaran itu secara mutlak secara keseluru­

hannya, selalu saja ada yang kurang. Manusia tak dapat  menangkap

 kebenaran  secara  utuh dan bulat, selalu saja ada  sedikit  yang

sumbing.

  Dengan menyadari segala kekurangan dan kelemahannya, manusia

selalu  berusaha untuk mencari dan mencoba  melengkapi,  walaupun

sampai  akhirnya  tetap tidak lengkap dan tidak  sempurna.  Dalam

mencari  itulah,  manusia selalu  berusaha  mendekati  kebenaran,

dengan  berusaha  mendekat kepada Tuhan. Maka  setiap  detik  dan

setiap  saat  dalam  kehidupannya adalah  dalam  rangka  mendekat

kepada  Allah. Cara pendekatan kepada Allah ini,  ialah  melalui,

ibadah-ibadah yang tulus dan ikhlas yang dipersembahkannya.

  Dengan  menyadari  kelemahan dan kekurangannya  itulah  maka

manusia tidak berani mengklem atau mengatakan, bahwa hanya  diri­

nya  yang  benar, kelompoknya saja yang benar. Hanya  orang  yang

berpakaian seperti dia saja yang benar, yang lain, diluar  kelom­

poknya adalah salah.

  Lihatlah soal keimanan, kita tak pernah tahu rahasia tentang

iman  ini.  Kita tak pernah tahu apakah teman kita  beriman  atau

tidak, sebagaimana teman itupun tak pernah tahu bahwa kita  beri­

man. Jangankan teman, istri sendiri, yang selapik  seketiduranpun

tak  tahu  apakah kita beriman dan berapa tebal ke  imanan  kita.

Orang  tua  yang melahirkan kitapun tak pernah tahu  apakah  kita

beriman  atau tidak. Jangankan teman, jangankan istri,  jangankan

orang  tua,  bahkan kita sendiripun tak pernah tahu  apakah  kita

sudah beriman ? atau berapa tebal ke imanan kita?.

Lalu  siapakah yang tahu tentang keimanan kita ?. Yang  tahu

ialah Yang Maha Tahu, hanya Allahlah yang tahu apakah kita  beri­

man dan seberapa tebal keimanan kita.

  Kalau  kita sendiri tidak tahu tentang ke imanan kita,  lalu

bagaiman kita dengan seenaknya memberikan penilaian kepada  orang

lain  dengan lancang mengatan si A tidak beriman, kelompok  si  B

adalah begini dan begitu. Memang kuman di seberang lautan tampak,

gajah di pelupuk mata tak kelihatan.

  Bagi  mereka yang telah merasa menemukan kebenaran dan  men­

ganggap  dirinya saja yang benar. Apakah tidak  mungkin,  jangan-

jangan  yang  ditangkapnya  itu baru ekor  cicak?.  Kalau  memang

demikian  keadaannya, marilah kita sama-sama berusaha lebih  giat

lagi menacari badan dan kepala cicak, mudah-mudahan dalam  penca-

rian  itu  kita  semakin dekat dan  bertambah  dekat  kepada-Nya,

seperti firman suci-Nya dalam sebuah hadis Qudsi:"Sikap-Ku terha­

dap  hamba_KU, sesuai dengan sangka-sangkanya terhadap diri-  Ku.

Aku  akan  selalu  bersamanya disaat mana  dia  selalu  mengingat

diri-Ku. Kalau dia mengingat Aku dalam dirinya, maka Akupun  akan

mengingatnya dalam diri-Ku.

  Barang  siapa  yang datang mendekat kepada-Ku  satu  jengkal

maka  Aku  akan menghampir padanya satu hasta, dan  barang  siapa

yang  menghampir satu hasta maka akupun akan  mendekat  kepadanya

satu  depa.  Barang  siapa yang datang  kepada-Ku  dalam  keadaan

berjalan kaki, maka Aku menyongsongnya dalam keadaan berlari.

  Semakin  dekat dan bertambah dekat, dalam mencari  kebenaran

adalah dalam rangka mendekatkan diri pada-Nya. Sayup-sayup sampai

terdengar  nyanyian Bimbo :' Tuhan, Tuhan Yang MAha  Esa,  Tempat

aku berteduh dari segala do'a. Aku dekat, Engkau dekat, Aku  jauh

Engkau Jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar