Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Pada suatu hari saya melihat kucing
menangkap cicak, tiba-
tiba
ekor cicak terlepas dari badannya, tapi ekor itu bergerak-
gerak
bergelinyang dan meronta-ronta. Perhatian kucing tertuju
pada
ekor cicak yang mengelinyang itu, dan ekor cicak
itupun
ditangkap dan
dipermainkannya, sedangkan cicaknya sendiri, secara
pelan-pelan
melangkah pergi dan berlalu meninggalkan sang kucing
yang
asyik dengan ekor cicak. Ekor cicak itupun setelah dia ber
gelinyang
kekiri dab ke kanan, kemudian dia menjadi lemas dan
akhirnya
berhenti sama sekali. Waktu itulah kucing sadar bahwa
dia telah
terkecoh, ternyata yang ditangkapnya hanya ekor cicak,
dia
telah terpedaya oleh gelinyang dan gerakan-gerakan
ekor
cicak.
Melihat
kejadian itu, lalu saya teringat akan petuah seorang
guru
sewaktu menasehati muridnya :"Wahai muridku, Kebenaran itu
bagaikan
cicak nak, sering orang hanya menangkap ekornya, dan
menganggap
bahwa itulah kebenaran yang sebenarnya".
Seorang guru lain
juga ber petuah kepada muridnya :"Mencari
kebenaran itu berbahaya, wahai anakku, tapi lebih
berbahaya lagi
bila
engkau merasa telah menemukanya, lalu mengira bahwa dirimu
saja yang
benar, sehingga timbul kecendrungan dalam dirimu untuk
menyalahkan
orang lain".
Memang kebenaran itu mutlak, sedangkan
manusia adalah rela
tif dan
penuh dengan segala kekurangannya. Akibatnya manusia
tidak bisa
menangkap kebenaran itu secara mutlak secara keseluru
hannya, selalu
saja ada yang kurang. Manusia tak dapat menangkap
kebenaran secara utuh dan bulat,
selalu saja ada sedikit yang
sumbing.
Dengan menyadari segala kekurangan dan
kelemahannya, manusia
selalu
berusaha untuk mencari dan mencoba melengkapi, walaupun
sampai
akhirnya tetap tidak lengkap dan tidak sempurna. Dalam
mencari
itulah, manusia selalu berusaha mendekati
kebenaran,
dengan
berusaha mendekat kepada Tuhan. Maka setiap detik
dan
setiap
saat dalam kehidupannya adalah dalam rangka
mendekat
kepada
Allah. Cara pendekatan kepada Allah ini, ialah melalui,
ibadah-ibadah
yang tulus dan ikhlas yang dipersembahkannya.
Dengan menyadari kelemahan dan
kekurangannya itulah maka
manusia tidak
berani mengklem atau mengatakan, bahwa hanya diri
nya yang
benar, kelompoknya saja yang benar. Hanya orang yang
berpakaian
seperti dia saja yang benar, yang lain, diluar kelom
poknya adalah
salah.
Lihatlah soal keimanan, kita tak pernah tahu
rahasia tentang
iman
ini. Kita tak pernah tahu apakah teman kita beriman
atau
tidak,
sebagaimana teman itupun tak pernah tahu bahwa kita beri
man. Jangankan
teman, istri sendiri, yang selapik seketiduranpun
tak tahu
apakah kita beriman dan berapa tebal ke imanan kita.
Orang
tua yang melahirkan kitapun tak pernah tahu apakah kita
beriman
atau tidak. Jangankan teman, jangankan istri, jangankan
orang
tua, bahkan kita sendiripun tak pernah tahu apakah kita
sudah beriman
? atau berapa tebal ke imanan kita?.
Lalu
siapakah yang tahu tentang keimanan kita ?. Yang tahu
ialah Yang
Maha Tahu, hanya Allahlah yang tahu apakah kita beri
man dan
seberapa tebal keimanan kita.
Kalau kita sendiri tidak tahu tentang
ke imanan kita, lalu
bagaiman kita
dengan seenaknya memberikan penilaian kepada orang
lain
dengan lancang mengatan si A tidak beriman, kelompok si B
adalah begini
dan begitu. Memang kuman di seberang lautan tampak,
gajah di
pelupuk mata tak kelihatan.
Bagi mereka yang telah merasa menemukan
kebenaran dan men
ganggap
dirinya saja yang benar. Apakah tidak mungkin, jangan-
jangan
yang ditangkapnya itu baru ekor cicak?. Kalau
memang
demikian
keadaannya, marilah kita sama-sama berusaha lebih giat
lagi menacari
badan dan kepala cicak, mudah-mudahan dalam penca-
rian itu
kita semakin dekat dan bertambah dekat
kepada-Nya,
seperti firman
suci-Nya dalam sebuah hadis Qudsi:"Sikap-Ku terha
dap
hamba_KU, sesuai dengan sangka-sangkanya terhadap diri- Ku.
Aku akan
selalu bersamanya disaat mana dia selalu
mengingat
diri-Ku. Kalau
dia mengingat Aku dalam dirinya, maka Akupun akan
mengingatnya
dalam diri-Ku.
Barang siapa yang datang mendekat
kepada-Ku satu jengkal
maka Aku
akan menghampir padanya satu hasta, dan barang siapa
yang
menghampir satu hasta maka akupun akan mendekat kepadanya
satu
depa. Barang siapa yang datang kepada-Ku dalam
keadaan
berjalan kaki,
maka Aku menyongsongnya dalam keadaan berlari.
Semakin dekat dan bertambah dekat,
dalam mencari kebenaran
adalah dalam
rangka mendekatkan diri pada-Nya. Sayup-sayup sampai
terdengar
nyanyian Bimbo :' Tuhan, Tuhan Yang MAha Esa, Tempat
aku berteduh
dari segala do'a. Aku dekat, Engkau dekat, Aku jauh
Engkau Jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar