Jumat, 11 Oktober 2013

OPLET CIGAK BARUAK



Oleh: Dr.H.K.Suheimi


Setiap  kami turuni ngarai itu, setiap kali pula kami  bersirobok
dengan oplet cigak baruak. Kadang-kadang di kelokkan,
kadang-kadang  di  pendakian.  Kalau di kelokkan,  maka  oplet  
iniselalu mencuri jalan, memepet jalan kekanan, mungkin stirnya
tak dapat  lagi di banting secara tajam. Kalau terperogok
dipendakian,terdengar  raungannya yang  memilukan,  seakan-akan  
oplet
cigak  baruak  itu mambana ndak kuat  lagi,  sepertinya  bertanya
"jauhkah  lagi pandakian". Terengah-engah,  terseot-seot  seperti
orang  sesak  nafas, oplet itu melenguh  mendaki  sambil  membawa
muatan  yang  sarat. Oplet itu sarat bernuatan,  bukan  hanya  di
dalam badannya saja, tapi juga di tendanya, ber  ketidng-ketiding
pisang dari sungai jariang dan nagari lambah di muat orang.Kemudian
di dalam badan oplet itu sarat dengan  penumpang,  bagaikan
sardencis,penuh sesak, sebagian dari penumpang itu bergaut  dan
bergelantungan  di  pintu mobil. Oplet cigak baruak  itu  sebetul
sudah  terlalu tua untuk memikul beban yang sebrat dan  pendakian
yang setinggi di lembah ngarai sianok itu. Dindingnya sudah mulai
keropos,  catnya tidak tentu apa warnya, tiap  sebentar  mesinnya
panas,  bannya pun sudah licin, kata penumpang oplet  itu,  mobil
chevrolet  ini  keluaran tahun 1948, berarti sudah  45  tahun  di
palasah. Kedalam oplet cigak baruak itu, semua apa saja di  muat,
Semen,  minyak tanah, pisang berketiding-ketiding,  pokoknya  apa
saja, asal bisa masuk, di purukkan, sehingga oplet tua yang sudah
reot  itu  di beri beban yang bukan main beratnya,  
disuruh mendaki  lembah ngarai sianok, dan disuruh  menempuh  jalan
-jalan berlobang  sperti  kubangan  kerbau  serta  berbatu-batu.  
Jarang sekali oplet tua itu menempuh jalan yang licin dan mulus.
Mereka hanya diizin beroperasi samapai simpang jalan Banto Laweh,
mereka tak  diizinkan masuk kedalam kota, karena didalam kota sudah
ada menunggu oplet Angkutan Kota yang baru-baru dan bagus-bagus.
  Saya  perhatikan hampir semua oplet cigak  baruak  mengalami
nasib yang serupa. Mereka tidak boleh masuk kota, ketempat  kera
main, ke jalan yang mulus. Tempatnya nun di batas kota, di  ping
gir-pinggir, di jalan yang aspalnya mengelupas, di pendakian  dan
di tanjakkan, di labuh yang telah berlobang-lobang di jalan  yang
buruk.  Atapnya  di himpit oleh beban yang berat,  lambungnya  di
penuhi  oleh bermacam-macam muatan, pintunya di pergayuti.  Tidak
ada tempat yang kosong dan tempat yang lowong, semuanya berdesak-
desak  memenuhi oplet cigak baruak ini. Pernah  saya  menyaksikan
oplet  cigak  baruak  ini, di sebuah  pendakian  dekat  belokkan,
bannya meledak pecah, saya terkejut, oplet itu mulai miring. Saya
perhatikan  wajar bannya meletus dan pecah, mengingat beban  yang
di pikulnya seberat itu, sedangkan bannya sudah tidak ada  ragin
ya,  sudah licin, tipis dan dimana-mana nampak benang-benang  ban
itu.  Iba  hati ini menyaksikan amai-amai  yang  menompang  untuk
pergi ke pekan menjual pisang-pisangnya, tapi lebih iba lagi hati
ini  melihat penanggungan sang oplet cigak baruak,  yang  meraung
dan sesak nafas waktu mendaki, tiba-tiba bannya pecah pula.
  Padahal  sewaktu mobil itu masih baru, mesinnya masih  kuat,
bodynya  masih utuh, tiap sebentar mobil itu di periksa,olienya
tiap  sebentar harus di ganti, minyak rem tak boleh kurang,  ben
sinnya tak boleh habis, serta dindingnya yang mulus
dan berkilat
itupun  di gosok tiap sebentar, dimana dia berhenti,  sang  sopir
selalu  melapnya dan membersihkannya. Mobil yang baru, kuat  dan
kokoh  itu justru tak boleh memikul beban yang  berat,  muatannya
tak  boleh berlebih, orang diatasnya berlapang-lapang. Kalau  ada
muatan  yang berlebih diturunkan, mobil itu di elus-elus  dan  di
banggakan  kesana kemari. Hampir semua mobil  bernasib  demikian.
  Begitu pula dengan mobil saya yang sudah usang, kemaren saya
bertemu  dengannya, berisi sarat dengan semen dan kerikil,  mobil
itu tidak begitu saya pedulikan lagi. Kalau dulu dia cuma mengang
kut manusia,  sekarang semua diangkutnya,  mulai   dari  semen,
kerekel dan bahan-bahan bangunan, bentuknya sudah tak menentu dan
tak terurus lagi, olienya entah sudah diganti entah belum, entah
lah.
  Lalu  saya  merenung, hidup inipun bagaikan  mobil.  Sewaktu

masih  muda  badan sedang kuat, apapun bisa di  kerjakan  dan  di
lakukan. Pada saat itu beban belum ada dan sedikit sekali yang di
pikulnya. Tapi begitu mulai tua, seperti oplet cigak baruak  yang
berumur  45  tahun itu, yang seharusnya  bukan  bebannyapun  di
pikulnya,  dalam keadaan terseok-seok, dengan nafas  yang  sesak,
terengah-engah, tapi di paksakan mendaki pendakian sambil memikul
beban-beban. Kadang-kadang beban itu seharusnya untuk Truk,  tapi
di muat juga kedalam mobil.
  Untuk  semua  itu  agaknya perlu  difikirkan,  selagi  muda,
tulang,  otot dan otak masih kuat, fikirannya masih jernih,  dia
njurkan  untuk menabung sebanyak-banyaknya dan  berusaha  sekuat-
kuatnya  untuk mempersiapkan akan menempuh hari tua yang mau  tak
mau  harus di lalui. Dan di hari tua telah  menunggu  beban-beban
yang tidak semestinya dipikul,harus di  sandang.Yang bukan
beban kita harus diangkat, sedangkan badan lah letih, tulang lah
lemah, otot lah menyusut dan mengkerut, kulit lah keriput,  badan
lah sakit=sakitan, bebanpun semakin berhimpitan, ada yang menimpa
kepala, ada yang bergayut dan banyak yang menghimpit. Lalu kepada
kita  di  mintakan pertanggung jawab. Dan  Nabipun  menganjurkan.
Pergunakanlah  masa  mudamu  sebelum  datang  tua,  Pergunakanlah
kesehatanmu  sebelum datang sakit. Pergunakanlah  kayamu  sebelum
datang  miskin. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang mati.  Serta
pergunakanlah saat lapangmu sebelum datang saat sempit.
  Untuk  semua itu saya teringat akan sebuah  firman  suci_Nya
dalam Al=Qur'an surat Alam Nasyrah  ayat 1-8  :
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.
 Dan Kami menghilangkan dari padamu bebanmu
 Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
 Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan
 Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan
 Maka apabila Kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakan
 lah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
 Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".


P a d a n g   5 April 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar