Oleh dr.H.K.Suheimi
Begitu banyak orang yang selalu
mengaharapkan hasil yang akan diterima, sebelum bersedia melakukan suatu
pekerjaan. Kebanyakan mereka tidak mau bertindak sebelum jelas hasilnya. Hal
ini adalah kultur hubungan antara buruh dengan majikan, dimana setiap jam yang
diberikan oleh buruh harus diganti dengan sejumlah upah yang telah disepakati.
Cara berpikir seperti ini telah tertanam begitu dalam, hampir-hampir menjadi
budaya yang kuat dan mengikat. Itulah: budaya pamrih. Budaya itu terus
diajarkan turun temurun oleh orangutua kepada anaknya. Contoh “ayo, nak belajar
yang rajin nanti ibu belikan mainan,” “Ayo, berhentilah menangis nanti bapak
belikan permen”. Akibatnya si anak tumbuh menjadi seorang yang pamrih, atau
seorang penyuap.bukan merupakan kesadaran diri bahwa belajar itu penting untuk
dirinya sendiri
Dengan menyebut nama_Nya dan
membaca Bismillahirrahmanirrahim mencari edhaNya, Dia rela memberikan tenaga
dengan sebaik-baiknya, dengan dilandasi sifat memberi dan ikhlas bekerja dalam
rangka mencari ridha Allah.
Namun
tidak ada yang mau memberi terlebih dahulu. Mereka lebih terfokus untuk
menunggu dan menerima hasil, bukan pada prinsip Bismillah, atau prinsip memberi
dan mencari ridho Allah.
Mereka tidak lagi hanya berorientasi
pada hasil tetapi juga memperhatikan proses atau upaya yang mereka berikan
dengan tulus dan ikhlas baik kepada pelanggan atau kepada perusahaan dengan
sikap “Dahulukan memberi bukan menerima atau prinsip Bismillah”.
Yang ada di hati mereka adalah
rasa kasih dan sayang dengan niat untuk menolong orang lain agar pembeli dekat
dengan keluarga yang dicintainya bukan untuk mendapatkan komisi penjualan.
Mereka
merasa menjadi dewa penolong bagi kelompok orang tidak mampu membeli, dan mereka
ditantang untuk menolong orang lain agar bisa menyambung tali kasih sayang
antara keluarga Mereka melakukan presentasi produk dengan penuh keyakinan
berdasarkan prinsip memberi, atau Bismillah dengan percaya diri yang sangat
kuat. Demi Ridho Allah Yang Maha Tinggi.
Contoh prinsip Bismillah yang
didasarkan pada upaya dan proses, harus dimiliki sebelum mencapai suatu hasil.
Bukan hanya mengharapkan hasil saja. Bekerjalah dengan prinsip membei yang
selalu ikhlas karena Allah, sehingga kesuksesan atau hasil sebenarnya merupakan
impact dari prinsip memberi, berkorban dan didasari sifat dan
kasih sayang yang tulus. Inilah maka ibadah sebenarnya, dalam berusaha selalu
mencari Ridho Allah.
|
“Berilah
nafkah di jalan Allah, dan janganlah terjun dalam kehancuran oleh
tangan-tanganmu sendiri. Berubuatlah kebaikan. Sungguh, Allah cinta orang yang
berbuat kebaikan.”
Q.S 2
Surat Al Baqarah (sapi betina) ayat 195
Prinsip
Bismillah dalam suatu usaha, pekerjaan atau hubungan sosial pada dasarnya
adalah suatu prinsip yang memperhatikan suatu kesimbangan antara memberi dan
hasil yang diterima. Dalam seni pemasaran, prinsip Bismillah adalah
bagaimana seorang manajer mampu menciptakan atau menemukan suatu kebutuhan,
kemudian berusaha untuk menciptakan atau memberikan suatu produk baik berupa
barang atau jasa yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Meskipun hasilnya adalah suatu transaksi penjualan, namun tetap berprinsip pada
kejujuran, keadilan, dan sifat rahman dan rahim.
Dalam seni
penjualan atau direct selling,
prinsip Bismillah berperan dalam hal bagaimana seorang wiraniaga menemukan dan
memunculkan apa yang dibutuhkan oleh calon pembeli itu terlebih danhulu.
Kemudian berusaha mempresentasikan produk dengan niat untuk memberi dan
menolong dengan hati yang tulus karena sifat kasih sayang Allah. Ini berbeda
dengan pamrih. Pamrih adalah memberi dengan otak, sedangkan prinsip Bismillah
adalah memberi dengan hati yang tulus. Dalam manajemen pemasaran,
prinsip Bismillah adalah memberikan perhatian penuh pada bauran pemasaran atau mmarketing
mix, yaitu memberi perhatian pada produk yang sesuai kebutuhan, harga
terjangkau, strategi promosi yang jujur dan tulus dengan mempergunakan hati,
dan pola distribusi yang bisa membantu orang lain untuk menjangkau produk
dengan mudah.
Niat mereka haruslah berprinsip
memberi dan menolong dengan kasih sayang yang tulus. Bukan saja berpikir dengan
logika tetapi juga harus memperhatikan perasaan pembeli. Hati mereka harus
bersih dan bukan berniat untuk merogoh kantong pembeli. Berangkat dari hati
yang tulus untuk menyetarakan perasaan pembeli. Bekerja dengan hati, bukan
dengan kepala.
Prinsip
Bismillah, selalu besikap rahman dan rahim kepada sesama. Bersumber dari suara
hati terdalam, yang mendorong untuk bersikap pengasih dan penyayang. Dorongan
suara hati ini menghasilkan ribuan sikap yang mampu mencerminkan sifat rahman
dan rahim, dipelajari atau tidak dipelajari, antara lain: memberi perhatian
kepada orang lain, berusaha mengerti perasaan orang lain atau empati, mau mendengar,
senang menolong, mau meminta maaf apabila membuat kesalahan, selalu mengucapkan
terima kasih, suka menghargai, memberi senyum yang tulus.
Bismillah adalah suatu kesadaran
diri bahwa manusia adalah aset Allah yang harus dihargai, dan bersumber dari suara
hati yang alami dan tulus.
Efektifitas Bismillah adalah
bersumber dari kesadaran diri yang tulus mencari Ridho Allah, dalam melihat
hubungan antara hasil dan upaya, dan ia memiliki integritas yang tinggi kepada
Allah yang Maha Besar. Orang yang berprinsip Bismillah tidak perlu diawasi,
karena upaya itu adalah merupakan persembahan terbaiknya kepada Allah SWT yang
bersumber dari kesadaran diri.
Tugas itu akan dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh dan dikerjakan dengan dorongan suara hati, namun ia akan
tetap mempergunakan sarana logisnya yaitu otak.
Di samping itu prinsip menacri
ridho Allah ini akan membuat hati menjadi tenteram dan bahagia, meskipun hasil
yang telah diperoleh masih jauh dari harapan, tetapi setiap upaya akan langsung
dihargai oleh Allah (ridha Allah SWT). Hasil akhir adalah tingkat kesadaran
emosi yang tetap terus terjaga karena terhindar dari stress, keinginan
belajar akan semakin meningkat karena menyadari adanya Tuhan yang memiliki ilmu
sangat tinggi dan belum tergali, serta upaya maksimal tanpa reserve,
karena menyadari akan adaya Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Ilmu.
Upaya maksimal tanpa kenal putus
asa, mencari ridho Allah dalam bekerja, dan menyadari adaya kekuasaan Allah
dalam setiap upaya manusia.
Tidak, barangsiapa
menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah, dan ia berbuat kebaikan, baginya
pahala pada Tuhannya. Tiada mereka perlu dikuatirkan, dan tiada mereka
berdukacita.
Q.S. 2 Surat
al Baqarah (Sapi Betina) Ayat 112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar