Kamis, 10 Oktober 2013

BULU BABI



Oleh : Dr.H.K.Suheimi

Kaki saya tertusuk bulu babi, bulu babi itu setelah  menusuk telapak  kaki  langsung patah dan tinggal menetap  didalam  kulit telapak  kaki. Bagaikan tertusuk dan tersansam duri, patahan bulu
babi  yang  tertancap di telapak kaki itu  menusuk  perih.  Perih karena  tusukkan dan pedih karena ketakutan. Takut  akan  akibat-akibat yang akan di timbulkannya, takut akan bayangan kalau-kalau benar seperti apa yang di katakan orang bahwa bulu babi itu  bisa menimbulkan ini dan bisa menimbulkan itu.

      Sebetulnya  dari dulu saya telah diperingatkan  oleh  teman-teman, hati-hati mandi di laut yang berkarang nanti terpijak bulu babi,  bulu  babi  berbisa dan bisanya bisa  sampai  ke  jantung. Peringatan teman itulah yang tergiang kembali ke telinga  sewaktu saya  tertusuk bulu babi. Bulu babi itu adalah  sejenis  binatang laut yang sering kita lihat di karang-karang dalam lautan;  hitam legam, berduri runcing bagaikan landak, duri runcing dan panjang-panjang ini memenuhi seluruh badan bulu babi itu dan menjurus  ke segala   jurusan,  duri ini merupakan senjata baginya  kalau  ada musuh yang mendekat dan mengganggu akan di tusuknya dengan  duri-duri  yang memenuhi badannya itu. Saya ndak tahu  kenapa  namanya bulu  babi, tapi dari kecil, nelayan dan  anak-anaknya  menjuluki binatang  itu  dengan  nama bulu babi,  dan  sayapun  ikut-ikutan menamakannya  bulu  babi.  Dan bulu babi yang  saya  takuti,  itu pulalah yang menusuk saya pada satu hari sewaktu masih  mahasiswa di pantai Taman Nirwana ( sekarang di sebut dengan karang tirta). Bukan  karena pedih dan sakit  tertusuk beberapa duri  bulu  babi itu  yang menakutkan saya. Tapi yang membikin saya  takut  adalah karena  anggapan yang selama ini menghantui saya "Hati-hati  bulu babi  itu berbisa, bisanya bisa sampai menusuk dan meracuni  jantung".  Rasa takut dan cemas itulah yang menyebabkan  saya  buru-buru  pergi ke tempat pertolongan pertama di RS M Jamil.  Sesudah dapat  suntikan  dan pengobatan, ketakutan yang  menghantui  saya tetap  tak kunjung hilang, saya coba congkel duri-duri bulu  babi yang  menusuk  telapak kaki itu. Tapi karena  duri  itu  demikian banyak, tidak berhasil saya mengeluarkan sisa-sisa bulu babi itu. Setiap  hari siang dan malam, saya tunggu-tunggu akibat apa  lagi yang  akan saya rasakan, saya raba-raba juga jantung  kalau-kalau irama  dan denyutnya berubah. Setelah beberapa hari  saya  amati, ternyata apa yang saya takutkan dan apa-apa yang saya khawatirkan tak  terjadi. Justru sakitnya datang di tempat telapak kaki  yang saya  tusuk,  tusukkan  itulah yang terasa  perih,  sedangkan  di tempat  yang ada duri bulu babi dan tak berhasil di cabut,  tidak terasa apa-apa. Akhirnya apa yang menakutkan dan apa yang  sangat mengkhawatirkan  itu rupanya tak jadi kenyataan,  sedangkan  saya sudah  terlongsong  cemas, takut dan khawatir akan  hal-hal  yang sebenarnya tidak ada dan memang tidak terjadi. Lalu saya bertanya dalam hati; kenapa takut saya sangat berlebihan, padahal  setelah di  alami ternyata tidak ada apa-apanya. Saya  telah  terlongsong takut,  saya  telah rugi, karena rasa  takut  menyebabkan  banyak pekerjaan yang tak bisa di selesaikan. Memang sering kita  merasa takut  pada hal-hal yang tak ber alasan, sering kita  takut  akan bayangan dan hantu-hantu yang menghantui kita.

      Dulu kalau saya bermain di pinggir pantai dan meloncat  dari karang  yang  satu ke karang yang lain sambil  mencari  bermacam-macam mainan dan binatang laut. Selalu saja orang memberi  peringatan, awas nanti terpijak ini, terpijak itu, tersentuh bulu babi dan  terpijak ketimun laut, nanti bisa begini, bisa begitu,  bisa gatal-gatal  dan  bermacam-macam lagi pertakut-pertakut  yang  di berikan.  Entah kenapa kok sampai namanya ketimun laut saya  juga ndak tahu, mungkin karena bentuknya bulat gemuk dan panjangnyapun sepanjang ketimun, maka enak saja orang meberi nama ketimun  laut (TRIPANG}.  Setiap kali kita bertamasya, memancing  dan  menyelam serta  berenang di pulau yang pasirnya sangat putih dan  berseri-seri, Di sela-sela karang-karang pulau itu banyak sekali terdapat dan di temui bulu babi dan Tripang laut. Sering kita menjauh  dan jijik melihat kedua binatang itu. Tetapi setelah di selidiki  dan di  coba,  ternyata di Jepang di Singapura,  di  kota-kota  besar seperti  Jakarta dan Medan. Harga Tripang atau ke timun laut  itu sangat mahal, jauh lebih mahal dari Udang, jauh lebih mahal  dari cumi-cumi. Waktu saya berbelanja di tanah kongsi, saya lihat  ada orang  menjual ketimun laut, saya tanya harganya. Di  jawab  oleh sang tauke Rp 80.000,- per kilo. Betapa kaget saya satu kilo  itu isinya kira-kira 8  ekor ketimun laut. Berarti satu ekor  ketimun laut harganya adalah Rp 10.000,-. Wah jauh lebih mahal dari  pada seekor  ayam.  Dan kalau di ekspor ke Singapura  atau  ke  Jepang harganya lebih tinggi lagi. Kenapa demikian?, karena menurut sang tauke;  Ketimun laut itu kaya sekali dengan protein yang  bermutu tinggi,  ada beberapa penyakit yang dapat di sembuhkannya.  Kadar kholesterolnya sangat rendah hampir tidak ada. Dan rasanya  gurih lebih  lezat dari udang. Kalau kulitnya di bersihkan  dia  tampak sangat  putih  dan bagus. Saya tidak menduga  sama  sekali  kalau binatang yang jelek, menjijikkan dan menakutkan itu kok  harganya sangat  mahal bagi orang yang tahu khasiat dan  manfaatnya.  Lalu saya  teringat akan kampung saya, di Pariaman di ke  empat  pulau yang  ada di depan pantainya yang indah itu; pulau  ujung,  pulau pandan,  pulau angso duo serta pulau kasiak. Di  pulau-pulau  ini bergelimpangan ketimun laut, tinggal lagi kerajinan nelayan untuk mengumpulkan,  membersihkan dan sedikit mengolahnya dengan  mengeringkan dan mengawetkannya, jadilah dia barang yang berharga  dan bernilai tinggi serta mahal dan dapat di eksport ke luar negeri.

      Untuk semua itu saya teringat, bahwa Tuhan tidak segan-segan menjadikan  mahkluk yang tampaknya jelek sebagi misal  danperbandingan,  untuk di petik hikmah dan manfaatnya. Dalam  surat   Asy Syuura    ayat    29:"Dan   diantara    ayat-ayat    (tanda-tanda kekuasaan_Nya)  ialah  menciptakan langit dan bumi  dan  makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila di kehendaki_Nya".




B. Tinggi  27  Desember 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar