Selasa, 08 Oktober 2013

DIA PERGI TERLALU PAGI



Oleh ; Dr.H.K.Suheimi
     
      Pada hari memperingati Ulang Tahun Jantung Sehat, maka  saya di tunjuk oleh ketua untuk membacakan pidato Radio. Dan pada hari ini pula saya teringat akan seorang teman yang telah tiada,  saya tahu bahwa dia telah tiada, ketika pada suatu hari saya  terkejut membaca  berita  di koran "Dia teman saya  itu,  meninggal  dunia secara  mendadak". Innalilahi wa innailaihi Raji'un. Betapa  saya tak  akan  terkejut,dia terlalu muda, umurnya  seusia  saya,  dia pergi terlalu pagi, dia adalah teman sewaktu saya di SMA II, kami terikat  oleh  persatuan alumni SMA II. Beberapa hari  yang  lalu saya masih ketemu dia di jalanan, tampaknya masih segar tampaknya masih  sehat,  karena  sama-sama diatas mobil  kami  cuma  saling melambaikan  tangan.  Setiap kali saya  bersirobaok  dengan  nya, terkesan  bahwa badannya makin besar dan makin gemuk, dan  sering saya lihat dia sedang memetik dan mengisap rokok. Saya perhatikan memang dia kuat merokok. Berita terakhir yang saya terima kemarin Dia  masih  memimpin Rapat Organda sampai jam 14.  00,  tiba-tiba pusing, mengeluh nyeri di dada kiri rasa tercekik dan  terhimpit, berkeringat dingin, dia jatuh shock. Dia terkena MCI(myocardiac infark)  serangan jantung mendadak. Tak banyak  pertolongan  yang dapat di berikan. Jam 15.00 kemarin juga beliau kembali menghadap Tuhan.  Cepat, singkat dan mendadak sekali serangan jantung  yang mematikan. Dia pergi terlalu muda, usianya tak berapa beda dengan umur saya. Memang ada teman-teman telah mendahului saya menghadap
Tuhan, tapi kepergian Arman menggoncangkan, karena tipe  badannya hampir  sama dengan tipe badan saya. Saya ikut takut  dan  cemas, akhir-akhir  ini  badan saya bertambah gemuk juga,  entah  kenapa saya  suka  memakan-makan yang enak-enak, saya suka  makan  lemak yang terasa "Lamak". Ada kebiaaan lain yang saya rasa mempercepat ke  gemukkan ini yaitu; hampir setiap minggu saya dapat  undangan kenduri, kadang-kadang dalam satu hari itu ada 3 sampai 5  undangan  yang  harus di turut. Dan setiap kondangan  itu  di  sajikan bermacam-macam  sambal dan gulai; mulai dari sup,  kari  kambing, gulai  dan goreng ayam, kalio daging, rendang dan  rendang  paru,ikan  bakar, sate, baru terakhir acar ketimun atau sayur  lannya. Padahal  tujuan  dihidangkan  semua itu, adalah  agar  tamu  bisa memilih,  mana  yang  cocok dengan selera dan  mana  yang  sesuai dengan  kesehatan. Tapi hidangan ini di salah tafsirkan,  seakan-akan semua ini harus di cicipi dan harus di salin ke atas piring, maka semua makanan yang terhidang itu saya ambil dan masukkkan ke piring, piringpun melimpah, sehingga ketika sampai giliran  sayur yang  terakhir,  tak ada tempat lagi,  maka  sayurpun  tertinggal tidal masuk dalam makanan. Kalau di selidiki ternyata yang  memenuhi  piring  itu adalah kholesterol  dan  kholesterol.  Kemudian makanan  yang  sama  berulang lagi pada  rumah  berikut  sehingga sampai  3,4 rumah di naikiki dengan  menumpuk-numpuk  kholesterol dalam badan. Padahal tidak semua hidangan yang tersedia itu harus di santap, tapi di plih, mana yang sesuai, tapikenyataannya, dari sekian macam hidangan, hanya sayur yang tidak laku, padahal  dari segi kesehatan sayur itilah yang sebaik-baik santapan.  Akibatnya badan  saya makin naik, perut sudah tingi dari dada,bergerakpun sudah mulai malas, sedangkan stres akibat kehidupan semakin hari semakin  mengimpit,  ada-ada saja yang bisa  menimbulkan  stress.
      Lalu saya teringat teman itu, jangan-jangan apa yang terjadi pada dirinya bisa pula terjadi pada diri kita. Apakah ini suatu takdir, sudah sampai ajalnya?, boleh  kita berkata demikian. Tapi bukankah takdir itu seperti kata guru saya sewaktu  memberi  kuliah "Takdir adalah resultante  dari  usaha".
      Takdir  adalah  hasil akhir dari satu usaha. Lalu  saya  teringat pelajaran  Fisika  yang dulu kami kenal  dengan  pelajaran   Ilmu Alam.  Artinya  alam memberikan hukum-hukumnya,  alam  memberikan dalil-dalilnya,  sunnatullah  kata buaya-buya,  bahwa  Resultante adalah  penjumlahan dari vektor-vektor. Ada vektor yang  mengarah kekanan  dengan daya dan kekuatan tertentu. Ada vektor yang  mengarah  kekiri, ada vektor keatas, dan ada vektor  yang   kebawah. Kumpulan  atau  jumlah semua gaya vektor  ini  akan  menghasilkan resultante.  Resultante adalah hasil akhir, kata guru  ilmu  alam menerangkannya.  Lalu  takdir juga hasil akhir  usaha  kata  guru agama  saya.  Karena usaha itu sendiri ada yang negatif  dan  ada yang  positif, usaha itu ada yang bersifat membangun dan  adapula yang bersifat merusak. Makanya sikap  dan kebiasaan hidup sehari-
hari  adalah  merupakan  vektor atau  usaha  yang  nantinya  akan menghasilkan  takdir. Terbiasa ber malas-malas  akan  menakdirkan kebodohan  dan kemiskinan. Kebiasan rajin dan suka berusaha  akan menakdirkan  dan menghasilkan kepandaian dan  kekayaan.  Kebiasan memakan  banyak lemak akan menghasilkan kholesterol yang  tinggi, kebiasaan  merokok akan menghasikan sakit jantung dan  paru-paru. Kebiassan  mengalami stress dan stres akan  mengasilkan  bermacam dan  berbagai  penyakit. Kebiasaan lalai menjaga  kesehatan  akan mempercepat kematian. kebiasaan memandang enteng dan tidak mengacuhkan serta tidak memeriksakan diri, menyebabkan  bermacam-macam penyakit tumbuh tanpa di ketahui dan disadari. Lalu dalam  setiap penyakit  dalam  setiap kematian banyak terlihat  unsur  kelalain didalamnya. Ketika saya ziarah ke kuburan banyak orang-orang yang mati  secara  tidak  wajar, banyak yang rasanya  mati  karena  ke lalaian.  Lalai di jalanan, lalai dalam menjaga  kesehatan.  Saya tatap  nisan demi nisan, kenapa begini  jadinya?,kenapa  kelalain serig menimbulkan ke fatalan?.
      Tak  satupun  berita kematian yang tidak  mengagetkan.  Kita yang  mendengar  terkesima, merasa lemas tak  bertenaga,  jangan-jangan sebentar lagi maut akan menjelang kita pula. Bahwa  merokok  dan makan sembarangan itu tidak  baik  bagi kesehatan,  semua orang tahu, tapi semua orang bisa menahan  diri terhadap rokok dan makanan lezat. Adakah ini takdir namanya? Adakah setiap yang bernama  kematian  itu takdir namanya? Tidakkah ada unsur kelalaian kita  sendiri sesungguhnya?Diluar takdir, kesehatan- mungkin umur panjang- memang sepenuhnya  di  tentukan oleh pilihan kita sendiri.  Kitalah  masing-masing  yang harus mengambil keputusan sendiri, apa yang  terbaik bagi kesehatan dan masa depan kita. Sebab kebiasan-kebiasan hidup
yang kitablakukan sehari-hari akan menentukan kesehatan dan  umur panjang   kita itu. penyakipenyakit masa datang sepenuhnya  hanya merupakan  kensekwensi logis dari pola hidup yang kita pilih  dan jalani selama ini.
         Takdir memang tak pernah bisa kita perhitungkan  sebelumnya. Apapun  jalannya  di mata kita salah atau  benar-  takdir  memang mempunyai jalannya sendiri.Ya tidak  bisakan takdir di tunda ?  dengan  berbuat  baik, takdir  memang  masih bisa  di tunda. sebaliknya  dengan  berbuat  keliru-  disadari  atau tidak mungkin takdir justru  di  percepat waktunya. Semua itu memang bergantung kepada pilihan-pilihan kita kita sendiri dari doa yang kita panjatkan sepenuhnya selama  ini. Dan  takdir  yang di tunda atau di percepat  itulah  sesungguhnya merupakan takdir akhir kita, yang takkan mungkin bisa kita  ketahui sebelumnya sama sekali. Tak seorangpun bisa meramalkannya dan
tak seorangpun bisa menolaknya. Maka jika demikian halnya  bukankah  tidak perlu kiranya kita mencemaskan takdir akhir kita  sendiri-  Sesuatu yang tak mungkin kita tolak, jika  saatnya  memang tiba.  Bukankah  lebih  baik kiranya kita  kita  menentukan  saja pilihan-pilihan  terbaik  dalam hidup  kita  sendiri  untuk-siapa tahu-bisa menundanya semaksimal mungkin?.
         Diam-diam  tergiang  pesan guru saya,  berusahalah  sehabis-habis usaha, kemudian iringi dengan do'a, ora et labora, berusaha dan berdo'a. Kemudian setelah itu baru dengan pasrah kita  terima takdir  yang menimpa. Untuk semua itu saya teringat  akan  sebuah firman suci_Nya dalam Al_Qur'an surat An Nisaa' ayat 79 :
"Apa  saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari  Allah,  dan apa  saja  bencana yang menimpamu, maka dari  (Kesalahan)  dirimu sendiri.  Kami mengutusmu jadi Rasul kepada segenap manusia.  Dan cukuplah Allah menjadi saksi".

Dibacakan  pada  Pidato Radio Ketua Panitia Ulang  Tahun  Jantung Sehat ..Padang  7 November 1993.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar