Oleh ;
Dr.H.K.Suheimi
Pada hari memperingati Ulang Tahun Jantung
Sehat, maka saya di tunjuk oleh ketua untuk membacakan pidato Radio. Dan
pada hari ini pula saya teringat akan seorang teman yang telah tiada,
saya tahu bahwa dia telah tiada, ketika pada suatu hari saya
terkejut membaca berita di koran "Dia teman saya
itu, meninggal dunia secara mendadak". Innalilahi
wa innailaihi Raji'un. Betapa saya tak akan terkejut,dia
terlalu muda, umurnya seusia saya, dia pergi terlalu pagi,
dia adalah teman sewaktu saya di SMA II, kami terikat oleh
persatuan alumni SMA II. Beberapa hari yang lalu saya masih
ketemu dia di jalanan, tampaknya masih segar tampaknya masih sehat,
karena sama-sama diatas mobil kami cuma saling
melambaikan tangan. Setiap kali saya bersirobaok dengan nya, terkesan
bahwa badannya makin besar dan makin gemuk, dan sering saya lihat
dia sedang memetik dan mengisap rokok. Saya perhatikan memang dia kuat merokok.
Berita terakhir yang saya terima kemarin Dia masih memimpin Rapat
Organda sampai jam 14. 00, tiba-tiba pusing, mengeluh nyeri di dada
kiri rasa tercekik dan terhimpit, berkeringat dingin, dia jatuh shock.
Dia terkena MCI(myocardiac infark) serangan jantung mendadak. Tak banyak
pertolongan yang dapat di berikan. Jam 15.00 kemarin juga beliau
kembali menghadap Tuhan. Cepat, singkat dan mendadak sekali serangan
jantung yang mematikan. Dia pergi terlalu muda, usianya tak berapa beda
dengan umur saya. Memang ada teman-teman telah mendahului saya menghadap
Tuhan, tapi
kepergian Arman menggoncangkan, karena tipe badannya hampir sama
dengan tipe badan saya. Saya ikut takut dan cemas, akhir-akhir
ini badan saya bertambah gemuk juga, entah kenapa saya
suka memakan-makan yang enak-enak, saya suka makan
lemak yang terasa "Lamak". Ada kebiaaan lain yang saya rasa
mempercepat ke gemukkan ini yaitu; hampir setiap minggu saya dapat
undangan kenduri, kadang-kadang dalam satu hari itu ada 3 sampai 5 undangan
yang harus di turut. Dan setiap kondangan itu di
sajikan bermacam-macam sambal dan gulai; mulai dari sup, kari
kambing, gulai dan goreng ayam, kalio daging, rendang dan
rendang paru,ikan bakar, sate, baru terakhir acar ketimun
atau sayur lannya. Padahal tujuan dihidangkan semua
itu, adalah agar tamu bisa memilih, mana yang
cocok dengan selera dan mana yang sesuai dengan
kesehatan. Tapi hidangan ini di salah tafsirkan, seakan-akan semua
ini harus di cicipi dan harus di salin ke atas piring, maka semua makanan yang
terhidang itu saya ambil dan masukkkan ke piring, piringpun melimpah, sehingga
ketika sampai giliran sayur yang terakhir, tak ada tempat
lagi, maka sayurpun tertinggal tidal masuk dalam makanan.
Kalau di selidiki ternyata yang memenuhi piring itu adalah
kholesterol dan kholesterol. Kemudian makanan yang
sama berulang lagi pada rumah berikut sehingga
sampai 3,4 rumah di naikiki dengan menumpuk-numpuk kholesterol
dalam badan. Padahal tidak semua hidangan yang tersedia itu harus di santap,
tapi di plih, mana yang sesuai, tapikenyataannya, dari sekian macam hidangan,
hanya sayur yang tidak laku, padahal dari segi kesehatan sayur itilah
yang sebaik-baik santapan. Akibatnya badan saya makin naik, perut
sudah tingi dari dada,bergerakpun sudah mulai malas, sedangkan stres akibat
kehidupan semakin hari semakin mengimpit, ada-ada saja yang
bisa menimbulkan stress.
Lalu saya teringat teman itu,
jangan-jangan apa yang terjadi pada dirinya bisa pula terjadi pada diri kita.
Apakah ini suatu takdir, sudah sampai ajalnya?, boleh kita berkata
demikian. Tapi bukankah takdir itu seperti kata guru saya sewaktu memberi
kuliah "Takdir adalah resultante dari usaha".
Takdir adalah hasil akhir dari
satu usaha. Lalu saya teringat pelajaran Fisika yang
dulu kami kenal dengan pelajaran
Ilmu Alam. Artinya alam memberikan hukum-hukumnya,
alam memberikan dalil-dalilnya, sunnatullah kata
buaya-buya, bahwa Resultante adalah penjumlahan dari
vektor-vektor. Ada vektor yang mengarah kekanan dengan daya dan
kekuatan tertentu. Ada vektor yang mengarah kekiri, ada vektor
keatas, dan ada vektor yang
kebawah. Kumpulan atau jumlah semua gaya vektor ini
akan menghasilkan resultante. Resultante adalah hasil akhir,
kata guru ilmu alam menerangkannya. Lalu takdir juga
hasil akhir usaha kata guru agama saya. Karena
usaha itu sendiri ada yang negatif dan ada yang positif,
usaha itu ada yang bersifat membangun dan adapula yang bersifat merusak.
Makanya sikap dan kebiasaan hidup
sehari-
hari
adalah merupakan vektor atau usaha yang
nantinya akan menghasilkan takdir. Terbiasa ber malas-malas
akan menakdirkan kebodohan dan kemiskinan. Kebiasan rajin dan
suka berusaha akan menakdirkan dan menghasilkan kepandaian dan
kekayaan. Kebiasan memakan banyak lemak akan menghasilkan
kholesterol yang tinggi, kebiasaan merokok akan menghasikan sakit
jantung dan paru-paru. Kebiassan mengalami stress dan stres akan
mengasilkan bermacam dan berbagai penyakit. Kebiasaan
lalai menjaga kesehatan akan mempercepat kematian. kebiasaan
memandang enteng dan tidak mengacuhkan serta tidak memeriksakan diri,
menyebabkan bermacam-macam penyakit tumbuh tanpa di ketahui dan disadari.
Lalu dalam setiap penyakit dalam setiap kematian banyak
terlihat unsur kelalain didalamnya. Ketika saya ziarah ke kuburan
banyak orang-orang yang mati secara tidak wajar, banyak yang
rasanya mati karena ke lalaian. Lalai di jalanan, lalai
dalam menjaga kesehatan. Saya tatap nisan demi nisan, kenapa
begini jadinya?,kenapa kelalain serig menimbulkan ke fatalan?.
Tak satupun berita kematian
yang tidak mengagetkan. Kita yang mendengar terkesima,
merasa lemas tak bertenaga, jangan-jangan sebentar lagi maut akan
menjelang kita pula. Bahwa merokok dan makan sembarangan itu tidak
baik bagi kesehatan, semua orang tahu, tapi semua orang bisa
menahan diri terhadap rokok dan makanan lezat. Adakah ini takdir namanya?
Adakah setiap yang bernama kematian itu takdir namanya? Tidakkah
ada unsur kelalaian kita sendiri sesungguhnya?Diluar takdir, kesehatan-
mungkin umur panjang- memang sepenuhnya di tentukan oleh pilihan
kita sendiri. Kitalah masing-masing yang harus mengambil
keputusan sendiri, apa yang terbaik bagi kesehatan dan masa depan kita.
Sebab kebiasan-kebiasan hidup
yang
kitablakukan sehari-hari akan menentukan kesehatan dan umur panjang kita itu. penyakipenyakit masa datang
sepenuhnya hanya merupakan kensekwensi logis dari pola hidup yang
kita pilih dan jalani selama ini.
Takdir memang tak pernah bisa kita
perhitungkan sebelumnya. Apapun jalannya di mata kita salah
atau benar- takdir memang mempunyai jalannya
sendiri.Ya tidak bisakan takdir di tunda ? dengan
berbuat baik, takdir memang masih bisa di tunda. sebaliknya dengan
berbuat keliru- disadari
atau tidak mungkin takdir justru di percepat waktunya. Semua
itu memang bergantung kepada pilihan-pilihan kita kita sendiri dari doa yang
kita panjatkan sepenuhnya selama ini. Dan takdir yang di
tunda atau di percepat itulah sesungguhnya merupakan takdir akhir
kita, yang takkan mungkin bisa kita ketahui sebelumnya sama sekali. Tak
seorangpun bisa meramalkannya dan
tak seorangpun
bisa menolaknya. Maka jika demikian halnya bukankah tidak perlu
kiranya kita mencemaskan takdir akhir kita sendiri- Sesuatu yang
tak mungkin kita tolak, jika saatnya memang tiba. Bukankah
lebih baik kiranya kita kita menentukan saja
pilihan-pilihan terbaik dalam hidup kita sendiri
untuk-siapa tahu-bisa menundanya semaksimal mungkin?.
Diam-diam tergiang pesan
guru saya, berusahalah sehabis-habis usaha, kemudian iringi dengan
do'a, ora et labora, berusaha dan berdo'a. Kemudian setelah itu baru dengan
pasrah kita terima takdir yang menimpa. Untuk semua itu saya
teringat akan sebuah firman suci_Nya dalam Al_Qur'an surat An
Nisaa' ayat 79 :
"Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa
saja bencana yang menimpamu, maka dari (Kesalahan)
dirimu sendiri. Kami mengutusmu jadi Rasul kepada segenap manusia.
Dan cukuplah Allah menjadi saksi".
Dibacakan
pada Pidato Radio Ketua Panitia Ulang Tahun Jantung
Sehat ..Padang 7 November 1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar