Oleh Dr. H.K.Suheimi
ASAP
di mana-mana. Di Batam, di Singapura, di Malaysia. Sehingga ada
beberapa pesawat yang tidak bisa mendarat di Malaysia. Dalam siaran
TV Malaysia, persoalan asap dan kabut ini selalu jadi sorotan. Disalahkannya Kalimantan
dan Sumatera yang membakar hutan,
sehingga asapnya menyebar ke mana-mana. Hanya Thailand saja yang
agak bersih, kurang asapnya.
Perjalanan saya seminggu dari Batam, Singapura,
Malaysia, dan Thailand, dapat
menyaksikan, bahwa asap ada di mana-mana, menyelimuti bumi, termasuk negara-negara tetangga.
Hari ini, Kamis 14 Agustus 1997, kami berkumpul di Fakultas Kedokteran,
karena akan mendengar ceramah DR. Azrul Azwar PHD. Ruangan penuh, karena di
samping para dosen, juga hadir teman
dari Kanwil Kesehatan dan Puskesmas.
Acara ini sangat penting.
Sejak jam 10.00 kami menanti beliau,
tetapi tidak kunjung datang. Jam 12
puncak hidungnya tidak juga kelihatan. Pukul 1 siang acara dibubarkan. Hanya satu penyebabnya: pesawat tidak
bisa mendarat karena kabut terlalu tebal. Jarak pandang kurang dari 800 meter. Hari itu
tidak satu pun pesawat yang berani
mendarat. Sehingga koran Republika yang biasa saya tunggu
tidak kunjung datang juga.
Banyak sekali kerugian dan banyak sekali
acara yang tertunda akibat asap dan
kabut yang menyelimuti bumi ini. Nampaknya kabut ini akan berlanjut, sampai
hari Kamis. Ketika naskah ini saya
tulis, kabutnya semakin tebal. Kabut yang
demikian gelap, menimbulkan keresahan
dan berakibat bermacam-macam. Di
Bandara Tabing, ada yang menangis karena
dia harus melihat orang
tuanya yang sakit keras,
tetapi tidak bisa berangkat. Namun dia
tidak mengumpat, karena
keadaan alam yang membuat begitu.
Kabut,
menyebabkan pemandangan terhalang.
Kabut, menyebabkan pesawat tidak
bisa mendarat. Kabut, menyebabkan kerugian
penerbangan dan kerugian para penumpang, rugi materi dan rugi
waktu. Kabut, menjadi penghalang
untuk orang mencapai tujuan, dan tidak
sedikit pula kabut dapat menimbulkan kecelakaan. Apakah asap dan kabut ini baik
untuk dihisap dan dibawa bernafas?
Banyak orang yang merasa sesak karena harus menghisap asap.
Di dalam
tubuh kita pun sering ada kabut.
Kalau kabut itu mulai menyelimuti hati,
wajah kelihatan suram, tidak berseri lagi. Di zaman sekarang,
banyak hati yang berkabut,
banyak muka yang berwajah
cemberut, dan banyak suasana yang
tidak jernih. Padahal di tubuh ini, hanya hatilah yang sering
dipakai jadi kontrol sosial. Maka sering
orang menyebutnya dengan HATI NURANI, di
mana kata asalnya nur yang berarti cahaya. Tetapi sekarang, banyak hati
yang tidak lagi bercahaya.
Hati
nurani adalah kontrol sosial yang
terdapat di dalam tubuh kita, apa pun yang kita lakukan, yang
diketahui atau tidak diketahui oleh
manusia lain, selalu
dikontrol oleh hati nurani.
Hati nuranilah yang selalu
memberi penilaian terhadap apa pun yang
dikerjakan. Hati nuranilah yang
menegur salah atau betulnya apa yang kita kerjakan. Kalau kita berdusta di
siang hari, maka di waktu malam selalu kita diusik oleh hati nurani dengan bermacam-macam
pertanyaan: “Kok kamu berdusta? Kenapa
orang yang sudah begitu percaya padamu, lalu kamu dustai?” Lalu untuk apa
dusta, dan kenapa harus berdusta. Hati
nurani akan selalu minta pertanggungjawaban atas apa pun yang kita kerjakan.
Tetapi
kalau dusta itu sudah menjadi
pakaian, maka nuraninya pun malas memprotes, dan nuraninya
mulai membiarkannya berlaku begitu. Kalau
dosa-dosa terlalu sering dikerjakan,
maka dia akan menyelimuti hati nurani, sehingga hati
itu tidak lagi bercahaya. Disebut
juga hati itu sudah berkabut,
diliputi asap dan debu. Melalui
dusta, melalui hati yang berkabut
inilah syetan masuk ke dalam tubuh manusia dan ikut
mengalir di dalam aliran darah, sehingga
bisikan
syetan sangat
mudah didengar dan dikerjakan oleh yang
punya tubuh. Dia membenarkan bisikan syetan dan syetan dianggap
kawan.
Hati yang sudah berdebu dan muram itu
tidak dapat lagi dijadikan kontrol
sosial dalam tubuh. Dari hati yang berdebu inilah terbit ide-ide untuk melakukan kemaksiatan.
Dari sinilah muncul keinginan yang
bukan-bukan, karena hatinya
telah kesat dan
suram, hatinya telah buta. Orang
yang sudah berhati buta ini tidak dapat
lagi memahami kebenaran yang datang dari Allah
sebagai firman suci-Nya: “Maka apakah
mereka tidak berjalan di muka
bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka
dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta
ialah hati yang di dalam dada.” (Surat Al Hajj ayat 46).
sebuah keterangan, atau sepotong kalimat, atau sebuah
kejadian, mampu mengubah paradigma berpkir seseorang. Dan sebaliknya, mampu
menghasilkan sikap yang bisa sangat merugikan. Dalam diri seseorang sebenarnya
telah dikaruniai oleh Tuhan sebuah jiwa, di mana dengan jiwa tersebut, tiap
orang bebas memilih sikap. Bereaksi positif atau negatif, bereaksi benar atau
salah, bereaksi berhenti atau melanjutkan, bereaksi marah atau sabar, bereaksi
reaktif atau proaktif, berekasi baik atau buruk. Andalah sebenarnya penanggung
jawab penuh ari rekasi diri anda, sikap anda, dan keputusan anda.
Masih ingatlah
anda, cerita tentang Bilal yang ditindih batu besar ditengah padag pasir yang
panas, dipaksa agar meninggalkan agamanya ? namun dia tetap bertahan dan hanya
berucap: “Ahad … Ahad … Ahad. “ Orang Quraisy itu tidak pernah bisa merampas
kemerdeakan hati Bilal, meski Bilal adalah budaknya yang tidak merdeka secara
fisik, tetapi Bilal tetap memegang teguh prinsip, mempertahankan keyakinan, apa
pun resiko yang akan dihadapinya, termsuk nyawa sekalipun. Bilal melalui
kekuatan prinsipnya, mampu mengeluarkan dan memisahkan antara fisik (tubuhnya)
yang terbatas dan terbelenggu, dengan hatinya yang bebas merdeka. Batu besar
itu memang berhasil menghimpit tubuh kasarnya. Tetapi batu itu tidak mampu
menekan jiwanya yang bebas. Bahkan bilal tidak pernha mengizinkan pikirannya
sendiri untuk merasa tertekan. Bilal adalah raja atas pikiran dan hatinya
sendiri. Ia telah menguasai batinnya. Ia mampu keluar dari dirinya sendiri
melihat jasadnya yang dihimpit batu. Inilah makna kata “ahad”, satu
prinsip, tidak ada yang lain, bahkan tidak pula untuk jasadnya sendiri.
kita memiliki suatu kebebasan untuk memilih reaksi terhadap
segala sesuatu yang terjadi atas diri kita.
Andalah penanggungjawab utama atas sikap anda, bukan pada
lingkungan anda. Di sanalah bersemayam kepedihan, atau kebahagiaan. Andalah
sang penentu.
Kekuatan prinsip selanjutnya akan menentukan tindakan apa
yang akan diambil, jalan yang fitrah atau jalan non-fitrah. Jalan non-fitrah
cenderung menyesatkan dan merugikan. Sedangkan
jalan fitrah membimbing ke arah tindakan yang positif. Jalan fitrah adalah
suatu tindakan yang dibimbing oleh suara hati. Suara hati ini berasal dari God-Spot.
(Allah) mengilhami (sukma)
kejahatan dan kebaikan. Sungguh, bahagialah siapa
yang menyucikanya. Dan rugilah
siapa yang mencemarkannya.
Q.Q. 91 Surat Asy Sayams (Matahari) ayat 8,9,10
“Aku selaras dengan sangkaan hamba-Ku
terhadpa Aku, dan Aku bersama dengan hambaku ketika dia mengingat aku
(berdzikir).”
- Hadits Qudsi -
Langkah pengenalan hama
dan pembersihan God-Spot itulah yang disebut “Zero Mind Process”
atau pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan suci. Dia akan siap untuk
menghadapi berbagai rintangan karena mampu bersikap positif dan akan tanggap
terhadap suatu peluang serta bisa menerima pemikiran baru tanpa di pengaruhi
dogma yang membelenggun. Merdeka dalam berpikir, dan hasilnya akan tercipta
pribadi-pribadi yang kreatif, berwawaswan luas, terbuka atau fleksibel, mampu
berpikir jernih dan God-Spot anda akan kembali bercahaya
SARAN DAN APLIKASI ZERO MIND PROCESS
(1)
Apabila memiliki sesuatu
maslaah atau peluang, sebelum memberikan respon, segera kenali dulu diri kita.
1.
Apakah anda sering berprasangka
negatif kepada orang lian, ubahlan. Ganti dengan prasangka baik.
2.
Apakah anda terpengaruh oleh
prinsip-prinsip yang ada di lingkungan anda, hati-hati, kadag prinsip tersebut
menyesatkan. Prinsip kita hanyalah Allah SWT, sebagai pedoman.
3.
Periksalah pikiran anda, apakah
masih ada pengalaman-pengalaman yang mempengaruhi cara pandag anda ? lupakanlah, mulailah dengan ‘zero mind’
(fitrah).
4.
Dalam mengambil keputusan
apakah anda terpngaruh dengan ‘vested interest’ and? Dngarlah suara hati,
berpikirlah melingkar (berpikir dengan mempertimbangkan berbagai aspek) dan
bijaksana, baru tentukan prioritas, lalu sesuaikan dengan visi anda!
5.
Apabila melihat suatu
permasalahan, lihatlah dari seluruh sisi sudut pandag jangan hanya dari satu
sisi, melingkarlah.
6.
Jangan membandingkan sesuatu
dengan persepsi pikiran anda sendiri, keluarlah dari persepsi diri anda.
Lihatlah diri kita dari luar.
7.
Apabila anda membaca
literatur-literatur, ambillah sisi positifnya, bandingkan dengan suara hati
anda, jika sesuai maka itulah yang disebut unggukan universal, kebenaran akan
ketetapan Allah.
8.
Latihlah suara hati yang
mendorong anda berpikir jernih, dengan selalu melakukan latihan ‘repetitive
magic power’, atau bertasbih, mengucapkan Subhanallah, sambil mengingat
kesucian sifat Allah.
Sungguh, Kami telah ciptakan manusia dan
Kami tahu apa yang dibisikkan hatinya kepadaya. Kami lebih dekat kepadaya dari
urat lehernya.
Q.S. 50 Surat
Qaaf Ayat 16
(2)
Latihlah kecerdasan emosi
yang telah anda miliki kenali dan pergunakan suara hati itu, mulai dari hal
yang kecil, dari kebiasaan shari-hari. Contoh sederhana :
-
Mungkin selama ini, setelah mandi, anda gantungkan
handuk dengan sembarnagan, suara hati anda akan bicara : “Rapikanlah dengan
sempurna” ikutilah, itu adalah suara hati Sang Maha Teratur, Al Baari’ (Asng
Maha Penata Keteraturan).
-
Pada saat membuang puntung rokok, mungkin anda
membuang dengan seenaknya, tetapi ada suara hati yang berbicara; “jagalah
kebersihan” Ikutilha, itu adalah suara hati Sang Maha Bersih, Al Hafildz ( Yang
Maha Menjaga).
-
Mungkin selama ini anda sering
berbohong, suara hati akan bicara: jujurlah”itu adalah sura Sang Maha Bearn, Al Mu’izz (Yang
Maha Membeningkan) dan Al Haqq (Yang Maha Benar).
-
Mungkin anda memberikan sumbangan
kepada orang yang tidak punya. Kemudian anda akan merasa riya’ dan sombong.
Tiba-tiba ada suara yang samar-samar berbicara : “jangan mencari pujian!”
Ingatlah, itu suara hati Sang Maha Mulia, Al Raqiib (Sang Maha Pembaca
Rahasia).
-
Anda baru saja membeli mobil
baru, ada suara hati berbicara : “jangan sombong!” Ingatlah, itu suara hati
Sang Maha Kaya, Al Ghaniy (Sang Maha Kaya).
-
Anda sedang putusa asa,
tiba-tiba ada suara hati yang mengatakan “Teruslah Berusaha!” Itu adalah suara
hati Sang Maha Bear, Al Matiin (Yang Maha Menggenggam Kekuatan).
-
Anda sedang berusaha
menciptakan suatu produk baru, ada suara hati yang membisikkan: “Berkerasilah!”
Itu adalah sura hati San Maha Pencipta dan Al Haadii (Sang Maha Penguak
Hidanyah).
-
Anda melihat orang miskin yang
sedang kelapanaran, ada suara berbisik: “Bantulah!” Itu adalah suara hati Sang
Maha Penolong dan Ar Rahman (Sang Maha Pengasih).
-
Anda sedang malas dan tidak
disiplin, ada suara hati yang keras berkata : “Disiplinlah!” Itu adalah suara
hati Sang Maha Teratur, Al Wakiil (Sang Maha Pemaanggul Amanat).
-
Anda memiliki tujuan yang
kecil, ada suara yang berkata : “Berpikirlah besar dan bercita-citalah tinggi”
Itu adalah suara Sang Maha Besar, Ar Rasyid (Sang Maha Penabur Petunjuk).
-
Anda baru saja mendapat rejeki.
Tiba-tiba ada suara halus yang berkata : “Ingat kepada yang lain!” Hati-hati,
itu adalah suara hati Ar Rozzaq (Sang Maha Penabur Rezeki) dan Al Wahhaab (Sang
Maha Penganugerah).
Teruslah berlatih sehingga mata hati anda
terbuka dan akhirnya mampu mendengar suara hati itu dengan jelas. Lama kelamaan
suara itu akan menjadi sahabat anda, yang selalu memberi informasi yang maha
penting. Namun tentu saja pergunakan sarana logis, yaitu otak sebagai pengolha.
Tetapi hati-hati, otak itu sendiri pun harus bebas polusi dan suci hama.
Catatan :
Ingatlah, di dalam mendengar suara hati,
anda harus melakukan 99 Thingking Hatas (berpikir melingkar), harus mengetahui
dan mempertimbangkan suara-suara hati yang lain, pelajari dulu Prinsip Bintang
pada bagian berkutnya. Sederhananya, suara hati untuk adil dan bijaksana juga
harus didengar.
Sungguh, untuk nereka jahanam Kami
ciptakan kebanyakan jin dan manusia . mereka mempunyai hati yang tiada
dipergunakannya untuk mengerti. Mereka mempunyai mata yang tiada
dipergunakannya untuk melihat. Dan mereka mmepunyai telinga, yang tiada
dipergunakannya untuk mendengar. Mereka seperti binatang, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Merekalah orang yang lalai.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar