Oleh : Dr.H.K.Suheimi
Di sebuah telaga, saya asyik memperhatikan
sepasang angsa
putih.
Mereka berenang hilir mudik kesana kemari, kemana pergi
mereka
selalu berdua-duaan. Mereka begitu anggun, begitu tenang
dan
begitu indah. Banyak orang yang mengagumi, kerukunan dan ke
indahan
angsa ini, serta banyak rang yang mendambakan, oh kalau
dapat,
hidup ini bagaikan angsa. Penuh kedamaian, penuh ke ten
traman dan
penuh ke tenangan. Memang, hati yang penuh ke damaian,
fikiran yang
penuh ke tentraman, dan persaan yang penuh dengan ke
tenangan,
merupakan satu syarat untuk mencapai ke bahagiaan.
Lihatlah angsa, alangkah
bahagianya mereka, sehilir dan
semudik
berduaan. Waktu saya pergi ke Jambipun, di halaman kantor
DPR tingkat
satu, ada patung sepasang angsa putih. Di dindingnya
pun ada
lambang angsa putih. Dan pasar yang terkanal di Jambi,
ialah Pasar Angsa dua.
Di telaga itu, saya termenung, di telaga itu
saya nikmati ke
anggunan
dan ke indahan sang angsa, di telaga itu
saya ber
andai-andai.
Andaikan bisa saya menjadi angsa putih. Lalu saya
bertanya,
apakah memang demikian keadaannya ?. Angsa yang saya
lihat di
permukaan air itu, apakah memang setenang itu pula diba
wah air ?.
Ternyata tidak, angsa itu, tampaknya saja dia
tenang,
tapi
dibawah dan didalam air kakinya selalu mengekas, bergerak
kesana
dan kemari. kakinya besar kuat dan kokoh, diantara jari-
jarinya ada
selaput yang siap untuk di kembang dan di kempiskan.
Walaupun angsa
itu tampaknya tenang diatas permukaan air, tapi di
bawah air kakinya selau bergerak. Begitu
kakinya tidak bergerak,
maka dia akan
tenggelam.
'Itibar apa yang dapat kita petik
dari sepasang angsa?.
Hidup
ini sebetulnya bagaikan Angsa. Kita sering melihat orang
dari jauh.
Tampak orang itu telah mapan kehidupannya, tampak dia
tenang anggun
dan indah. Tapi untuk bisa sampai ke permukaan, dan
untuk bisa
tenang dan stabil, dia punya kaki-kaki yang kokoh dan
selalu
di gerakkan. Semakin kokoh kakinya, dan semakin
kuat
geraknya,
semakin kencanglah dia maju ke depan.
Untuk bisa sampai
kepermukaan kita harus memiliki kaki yang
kokoh
dan senantiasa menggerakkannya. Begitu kita tidak dapat
menggerakkannya
lagi, maka kita akan tenggelam dan hilang dari
permukaan.
Untuk bisa sampai ke permukaan, dan untuk
bisa bertahan lama
di
permukaan, orang mencari dan memasang kaki-kaki.
Semakin
banyak
kaki yang terpasang, semakin kokoh kedudukan orang itu,
dan
semakin banyak geraknya, maka semakin lamalah seseorang itu
bisa berada di
permukaan.
Kaki adalah penyokong dan
penyanggah, kaki letaknya di
bawah.
Kaki itu harus di perhatikan dan dia harus di
servis.
Kalau
kesehatannya tidak di perhatikan, kalau ke sejahteraannya
tidak
difikirkan, nanti kaki-kaki itu akan sakit-sakitan, dia
lemah,
sebentar kemudian tentu dia tak bisa mengangkat kita ke
permukaan.
Maka dengan halus sekali pepatah minang
berkata;
hati-hati
nan diateh, nan di bawah kok nyo maimpok. Pepatah
minang
mengatakan, justru yang di bawah itulah yang akan menghim
pit.
Aneh kedengarannya, yang di bawah kok nyo maimpok,
tapi
nyata. Banyak sekali contoh yang kita lihat, yang menyebabkan
sesorang itu
jatuh, buakn karena terhimpit dari benda diatasnya,
tapi adalah
karena tahimpok dari bawah, karena dia tidak memper
hatikan dan
memelihara bawahannya sebagai kakinya.
Kaki yang
terlatih ialah kaki yang selau di gerak-gerakkan,
dengan
menggerakkan kaki, maka pembuluh darah yang ada di kaki
akan
berkembang dan vaskularisasi di kaki akan menjadi
baik,
kakipun akan
jadi sehat. Kaki tampak lebih besar dan lebih kokoh.
Di
kakilah kita temukan otot-otot yang besar,
lihatlah otot
betis, apalagi
otot paha dan otot pinggul. Memang di tubuh kita,
otot-otot yang
paling besar dan kuat itu terdapat di kaki. Kekua
tan
seseorang tercermin pada kakinya. Orang yang kakinya kecil
dan loyo tidak
akan sanggup bertahan.
Karena kaki di gunakan untuk menjanggah
seluruh tubuh, maka
kaki itu harus
di latih di pelihara dan di kokohkan.
Untuk semua itu agaknya
baik kita renung sebuah firman
suci-Nya dalam
surat Al Anfaal ayat 11\i:\BIngatlah ketika Allah
menjadikan
kamu mengantuk sebagai suatu penentraman dari pada-
Nya, dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensu
cikan
kamu dengan hujan itu dan
menghilangkan dari kamu
gangguan-ganguan
syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mem
perteguh
dengannya telapak kakimu".
Dan sebuah lagi dalam surat An Nahl ayat 94 :Dan
janganlah
kamu jadikan
sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu diantaramu, yang
menyebabkan
tergelincir kakimu sesudah kokoh tegaknya, dan kamu
rasakan
kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi manusia
dari jalan
Allah dan bagimu azab yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar