Senin, 07 Oktober 2013

ALBUM


Oleh : Dr.H.K.Suheimi

            Helai demi helai, saya balik juga lembaran-lembaran Album itu, album kenangan, kenangan masalalu, kenangan ketika kecil, kenangan saat remaja, kenangan pergi mengunjungi beberapa tempat dipelosok-pelosok dunia, kenanganan saat lulus ujian, kenangan detik-detik pelantikkan, kenangan saat-saat memberi khotbah Hari Raya Idul fitri, kenangan bersama orang tua, kenangan bersama sahabat-sahabat kental, entah dimana mereka sekarang. Kenangan di hari-hari pelantikkan jadi dokter dengan pakai toga segala, kenangan bersejarah pada pelantikkan jadi dokter ahli kandungan dan banyak lagi kenangan berfoto bersama pejabat,mulai dari lurah, walikota, gubernur sampai pak mentri. Diantara wajah-wajah yang terpampang dalam lembaran Album itu, ada yang sudah meninggalkan dunia yang fana ini. Dalam setiap lembaran album itu tertulis dan tergambar kenangan dan detik-detik bersejarah yang mengingatkan dan menghidupkan kembali kenangan saya pada masa lalu yang penuh keindahan. Dan setiap keindahan yang pernah saya reguk dan lalui itu membangkitkan nostalgia. Di setiap foto yang saya lihat lalu saya merenung dan bernostalgia akan kejadian-kejadian waktu itu, seakan-akan didepan mata terbayang kembali seluruh peristiwa itu yang tak mudah di lupakan.
            Ada saat-saat bahagia juga saat-saat berduka seperti saat-saat ayah yang tercinta meninggal dunia, seaktu menyaksikan foto beliau, saya panjatkan doa dan ampunan pada Illahi.
            Kemudian saya balik lagi lembaran-lembaran Album itu, lalu saya banding-bandingkan rupa dan wajah ini, saat-saat dia kecil, beranjak remaja dan berangsur dewasa dan sekarang menuju tua; banyak dan jauh sekali perubahan yang terjadi pada raut wajah dan bentuk tubuh ini. Dulu, tidak ada guratan dan garis-garis di wajah ini, mulus licin dan mata serta pancaran sinarnya sangat jernih dan bercahaya. Tapi kini, dimana-mana sudah nampak kerutan, di kening, di sudut mata di sudut bibir dan di pipi jelas sekali kerutan itu, garis-garis kehidupan, garis-garis penderitaan, garis-garis kemelut hidup dan garis-garis ke tuaan. Matanyapun tak bersinar seperti dulu lagi, bola mata ini, tidak sehitam dulu lagi, sudah mulai di tumbuhi lemak, di bola mata yang hitam itu sudah di lingkari oleh garis lengkung putih, arcus snelis kata orang atau lambang ketuaan. Sedangkan di tempat yang seharusnya putih itu sudah mulai menguning dan memerah, cornenyapun sudah mulai di liputi jaringan lemak. Dan raut muka inipun mulai berubah, semakin lebar dan bulat, pipi agak loyo dan dagupun mulai jatuh, dimana-mana nampak kerutan, lebih-lebih didaerah dagu dan leher, lemak-lemak yang tak perlu itupun mulai bergayutan. Tahi lalatpun semakin banyak saja tumbuhnya didaerah muka ini, sehingga di mana-mana tampak bintik hitam. Kalau dulu tahi lalat yang tumbuh itu mempermanis bentuk wajah, tapi sekarang tak di harapkan lagi, justru memperjelek penampilan.
            Bukan hanya itu, rambut di kepalapun, dulu tumbuhnya rapat tebal dan hitam serta mudah diatur, sekarang tidak lagi, sering rontok, tumbuhnya jarang, mulai sulah dan satu-satu warnanyapun mulai memutih dan beruban.
            Bentuk badanpun tidak seramping dan selangsing dulu, jelas juga tidak setampan dulu. Dimana-mana lemak bertumbuh, gerakkan pun mulai lamban tidak bisa gesit lagi. Pokoknya penampilan dari foto saya yang terakhir jauh sekali berbeda dengan foto saya tahun-tahun yang lalu.
            Lalu saya merenung, merenungkan diri ini yang terpampang dan tergambar jelas dalam lembaran demi lembaran album kenangan itu. Kenyataan dan bukti yang tak dapat di ingkari ialah setiap hari yang di lalui, semakin bertambah umur dan setiap kali ulang tahun di rayakan, tampak wajah ini semakin jelek dan semakin mundur, mulai dari ujung rambut sampa ke ujung kaki, jelas dan kentara sekali perubahannya. Setiap tahun yang di lewati, umur yang tersisapun semakin berkurang, sedangkan perangai dan doasa-dosa yang di kerjakan bertambah terus. Setiap matahari terbit ada-ada saja dosa yang dikerjakan, mulai dari dosa mata, dosa telinga dan dosa lidah dan banyak lagi dosa-dosa yang lain. Kemudian saya coba berhitung. Umur makin berkurang dan dosa makin bertambah, bentuk pun semakin jelek. Dalam perhitungan masa atau waktu, itu adalah satu kerugian. Ah dosa makin bertambah sedangkan umur makin berkurang, sudah masanya harus bertobat, sudah masanya menyadari dosa-dosa yang tak di sengaja atau yang di sengaja, dosa besar atau dosa kecil lau dengan sungguh-sungguh minta ampun dan berjanji tidak akan mengulangi lagi dosa-dosa serat tak akan menambahnya. Dosa yang sudah ada saja demikian banyak, akankah di tambah juga lagi? Lihatlah tenaga sudah makin berkurang, kekuatan sudah mulai menurun, amal dan kerja tidak bisa sebanyak dulu lagi. Tidak ada jalan lain lagi selain, dosa jangan di tambah dan yang sudah dikerjakan di minta ampunkan denga Tobatan Nasyuha, tobat sebenar-benarnya tobat dan tak akan mengulanginya lagi.
            Ingat dan lihat kata album yang sedang saya balik-balik, tiap hari bentukmu semakin jelek, dan perangaimupun jangan ikut-ikut jelek. Imbanganilah wajahmu yang jauh berubah jadi jelek itu dengan perangai dan tingkah laku yang baik dan terpuji supaya jangan merugi betul. Karena demi masa dan waktu yang kita pakai kata Tuhan manusia itu selalu dalam keadaan merugi, kecuali mereka yang betul-betul beriman dan sungguh-sungguh berbuat kebaikan mengerjakan amal saleh dan berfatwa dengan kebenaran dan dengan penuh ke sabaran. Untuk semua itu, album yang saya balik helai demi helai ini mengingatkan saya akan sebuah Firman suci_Nya dalam surat Wal Asyri ayat 1-4 yang artinya kira-kira sebagai berikut:"Demi masa. sesungguhnya manusia itu berada dalam merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan orang yang ber amal saleh, berfatwa dengan kebenaran dan berfatwa dengan kesabaran"


B.Tinggi 22 Februari 1993.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar