Senin, 07 Oktober 2013

Air Hujan Rheumatik?


Oleh : K Suheimi


Jangan mandi dengan air hujan pesan nenek saya, nanti kamu dapat rheumatik. Pesan ini turun temurun, sampai saat ini orang masih beranggapan jika mandi air hujan akan dapat  rheumatik . Walau ada mitos-mitos yang seperti ini, namun saya tetap saja dari kecil suka bermain hujan dan mandi berjam-jam dengan  air hujan . Anak-anak dan cucu saya juga saya biarkan jika mereka mandi berkejar-kejaran di hari hujan. Sesudah itu makannya jadi lahap dan daya tahannyapun tinggi.
Saya tak puas dengan mitos-mitas itu, kemarin saya tanya dr Najirman ahli rheumatik di apotik sawahan. Katanya tak ada hubungannya antara air hujan dengan rheumatik , itulah mitos yang ingin di lenyapkannya. Cuma nasehatnya bila anda sedang  menderita rheumatik jangan mandi dengan air dingin, karena air dingin menyebabkan vasokonstriksi sehingga aliran darah menurun dan akan terasa semakin sakit. Bagi penderita rheumatik mandi dengan air hujan yang di panaskan, supaya aliran darah banyak, rasa nyeripun berkurang.
Air hujan - air hujan  sekali lagi air hujan  “Jangan  biarkan  setetes air kembali  ke laut  tanpa  dimanfaatkan, kata guru  saya waktu  memberi  ceramah,  karena “ Tuhan  telah  menyuling air laut  menjadi awan  yang  berarak  yang kemudian  digiring  ke gunung  dan di gunung  uap air  ini ditumpahkan untuk  dialirkan  kepada  manusia. Jadi air hujan adalah air sulingan seperti aquades  Air  adalah sumber  kehidupan, hidup  tidak mungkin  ada tanpa air. Hidup  akan sirna  tanpa air, Dimana  ada air  di sana  ada  kehidupan. Tumbuhan  akan  hidup  dan menghijau, hewan  akan berjalan dan manusia  akan tersenyum,  maka setiap  turun  hujan  adalah rahmat-Nya. Untuk  itu  kita bersyukur  dan rasa  syukur  ini diperlihatkan  dalam memanfaatkan  nikmat  yang telah  diturunkan-Nya. Saya teringat  pesan  guru itu,  bahwa  salah satu  cara  bersyukur  adalah dengan  memanfaatkan  apa – apa yang  telah diberikan Tuhan.
Air hujan  bisa untuk mandi, untuk minum, untuk mencuci., tapi selama ini di buang dan disia-siakan. Selama ini saya perhatikan air hujan dibuang ke riol-riol dan got-got. Dan jika riol dan got tersumbat , banjirpun terjadi.

Alngkah baiknya jika air hujan  yang sungguh-sungguh bersih , jernih, bermanfaat, ditampung  oleh atap rumah, masuk dalam    talang  lalu dikumpulkan dalam paralon akhirnya ditampung dalam bak panampung. Disini air hujan bisa dimanfaatkan sebagai  sumber kehidupan. Memasak, mencuci dan mandi. 
Kolam penampung itu bisa juga di jadikan tempat memelihara ikan lele, nila, gurami dan patin.  Kita sadari disaat heboh formalin orang takut makan tahu, mi basah, dan ikan kering , takut makan ayam karena flu burung dan takut makan daging, karena antrax. Saat ini orang berbondong-bondong mencari ikan segar.
Saya ngak dapat bayangkan jika air hujan yang selama ini terbuang masuk kecomberan. Sekarang arah paralonnya di belokkan ke dalam kolam penampung. , bisa menghidupkan ekonomi keluarga.
Kemarin saya baca koran PDAM menaikkan harga Air,  maka rumah-rumah yang mampu menampung air hujan  akan bisa berhemat, mungkin  selama ini memakai air PAM berkubik-kubik, tentu tak akan memakai banyak lagi air.

Kemudian saya merenung  Kota Padang mempunyai curah hujan yang tinggi,andaikan setiap atap rumah dianggap sebagai penadah air hujan, kemudian  air hujan ini di tampung dan di manfaatkan, Akan menimbulkan efek ganda.  Kota padang bisa diselamatkan dari Banjir. Manusia bisa memanfaatkan air hujan sebagai   sumber kehidupan. Dan air hujan sebagai  sumber penyokong ekonomi. Banyak yang bisa di kerjakan dengan  air hujan

            Ketika  saya  bermain  di sungai,  teringat  kembali  pesan  guru  saya  itu : “ jangan  biarkan  setetes air  kembali ke laut  sebelum  dimanfaatkan:. Lalu saya  merenung  dan bertanya  kepada  diri sendiri :” Kenapa  rahmat yang berupa  sungai ini dibiarkan  mengalir  ke laut dan airnya  tumpah  ke sana  sebelum  sempat  dimanfaatkan ? Padahal  semua tahu, manfaat air  untuk  kesuburan  tanah  untuk  pengairan, untuk listrik, untuk  sumber daya dan  sumber dana, untuk  ternak  dan hewan – hewan. Tetapi  yang saya  saksikan  air yang  banyak  melimpah  ruah  yang mengalir  sejak pagi  sampai  petang  dan larut malam, tetap  tertumpah dan tercurah sebelum  sempat  dimanfaatkan. Dia  sudah  melalui  jalur yang  jauh, tetapi dimana – mana  dia Cuma  singgah,  dan setiap  persinggahannya  tidak  dimanfaatkan. Mungkin  kita tidak  bersyukur, mungkin kita  kurang berterima kasih, karena tidak menikmati pemberian Allah ini. Ditakutkan  bagi mereka  yang tidak  berterima  kasih dan  tidak  mensyukuri  nikmat Allah  akan  disediakan  azab  yang pedih, sehingga  air itu  pun  berubah  menjadi  banjir  yang  memusnahkan dan menghancurkan.
            Apalagi kecendrungan  manusia  sekarang  meniru  orang  Jepang, ingin  memakan  ikan segar  supaya  kholesterol  tidak tinggi  dan  otak jadi  cemerlang  dan wajah menjadi  segar dan kulit  jadi halus  serta penyakit  pun menjauh.
            Ternyata ikan segar  yang paling  segar dan yang paling  lezat  hidup  di dalam  sungai  di Sumatera Barat, karena  airnya deras, lebih  jernih  dan  mengandung  zat kapur, kalaupun  keruh sedikit, itu disebabkan  cacing  - cacing  halus  dan serangga  - serangga  atau oleh  plankton – plankton  yang  menjadi sumber  makanan ikan. Lalu saya  bertanya  kepada diri sendiri, kenapa tempat yang demikian baik ini, kenapa  lahan – lahan  yang demikian  subur ini,  dibiarkan  begitu  saja ?  Tiba – tiba  terbaca  di koran  mengenai  ikan – ikan  dalam keramba bambu. Ya, kenapa  kita tidak  memasang  keramba  disetiap  sungai ? Di  setiap  air mengalir ? Kan  lebih tahan  dan bisa  di kunci  serta  lebih aman, ikan yang  berenang  di dalamnya  terlihat  lebih jelas.. Untuk  itusaya  teringat   pesan suci – Nya dalam Al-Qur’an  surat Al Khafir ayat 66 ; “Maka mana kala  mereka  sampai  kepertemuan  dua  buah  laut itu, mereka  lupa akan  ikannya, lalu  ikan itu  melompat mengambil  jalanya ke laut itu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar