Oleh : K Suheimi
Jangan mandi dengan air hujan
pesan nenek saya, nanti kamu dapat rheumatik. Pesan ini turun temurun, sampai
saat ini orang masih beranggapan jika mandi air hujan akan dapat rheumatik . Walau ada mitos-mitos yang seperti
ini, namun saya tetap saja dari kecil suka bermain hujan dan mandi berjam-jam
dengan air hujan . Anak-anak dan cucu
saya juga saya biarkan jika mereka mandi berkejar-kejaran di hari hujan.
Sesudah itu makannya jadi lahap dan daya tahannyapun tinggi.
Saya tak puas dengan mitos-mitas
itu, kemarin saya tanya dr Najirman ahli rheumatik di apotik sawahan. Katanya
tak ada hubungannya antara air hujan dengan rheumatik , itulah mitos yang ingin
di lenyapkannya. Cuma nasehatnya bila anda sedang menderita rheumatik jangan mandi dengan air
dingin, karena air dingin menyebabkan vasokonstriksi sehingga aliran darah
menurun dan akan terasa semakin sakit. Bagi penderita rheumatik mandi dengan
air hujan yang di panaskan, supaya aliran darah banyak, rasa nyeripun berkurang.
Air hujan - air hujan sekali lagi air hujan “Jangan
biarkan setetes air kembali ke laut
tanpa dimanfaatkan, kata
guru saya waktu memberi
ceramah, karena “ Tuhan telah
menyuling air laut menjadi awan yang
berarak yang kemudian digiring
ke gunung dan di gunung uap air
ini ditumpahkan untuk dialirkan kepada
manusia. Jadi air hujan adalah air sulingan seperti aquades Air
adalah sumber kehidupan,
hidup tidak mungkin ada tanpa air. Hidup akan sirna
tanpa air, Dimana ada air di sana
ada kehidupan. Tumbuhan akan
hidup dan menghijau, hewan akan berjalan dan manusia akan tersenyum, maka setiap
turun hujan adalah rahmat-Nya. Untuk itu
kita bersyukur dan rasa syukur
ini diperlihatkan dalam
memanfaatkan nikmat yang telah
diturunkan-Nya. Saya teringat
pesan guru itu, bahwa
salah satu cara bersyukur
adalah dengan memanfaatkan apa – apa yang telah diberikan Tuhan.
Air hujan bisa untuk mandi, untuk minum, untuk mencuci.,
tapi selama ini di buang dan disia-siakan. Selama ini saya perhatikan air hujan
dibuang ke riol-riol dan got-got. Dan jika riol dan got tersumbat , banjirpun
terjadi.
Alngkah baiknya jika air
hujan yang sungguh-sungguh bersih ,
jernih, bermanfaat, ditampung oleh atap
rumah, masuk dalam talang
lalu dikumpulkan dalam paralon akhirnya ditampung dalam bak panampung.
Disini air hujan bisa dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan. Memasak, mencuci dan
mandi.
Kolam penampung itu bisa juga di
jadikan tempat memelihara ikan lele, nila, gurami dan patin. Kita
sadari disaat heboh formalin orang takut makan tahu, mi basah, dan ikan kering
, takut makan ayam karena flu burung dan takut makan daging, karena antrax.
Saat ini orang berbondong-bondong mencari ikan segar.
Saya ngak dapat bayangkan jika air hujan yang selama ini terbuang masuk
kecomberan. Sekarang arah paralonnya di belokkan ke dalam kolam penampung. ,
bisa menghidupkan ekonomi keluarga.
Kemarin saya baca koran PDAM
menaikkan harga Air, maka rumah-rumah
yang mampu menampung air hujan akan bisa
berhemat, mungkin selama ini memakai air
PAM berkubik-kubik, tentu tak akan memakai banyak lagi air.
Kemudian saya merenung Kota Padang mempunyai curah hujan yang
tinggi,andaikan setiap atap rumah dianggap sebagai penadah air hujan, kemudian air hujan ini di tampung dan di manfaatkan, Akan
menimbulkan efek ganda. Kota
padang bisa
diselamatkan dari Banjir. Manusia bisa memanfaatkan air hujan sebagai sumber
kehidupan. Dan air hujan sebagai sumber
penyokong ekonomi. Banyak yang bisa di kerjakan dengan air hujan
Ketika saya
bermain di sungai, teringat
kembali pesan guru
saya itu : “ jangan biarkan
setetes air kembali ke laut sebelum
dimanfaatkan:. Lalu saya
merenung dan bertanya kepada
diri sendiri :” Kenapa rahmat
yang berupa sungai ini dibiarkan mengalir
ke laut dan airnya tumpah ke sana
sebelum sempat dimanfaatkan ? Padahal semua tahu, manfaat air untuk
kesuburan tanah untuk
pengairan, untuk listrik, untuk
sumber daya dan sumber dana,
untuk ternak dan hewan – hewan. Tetapi yang saya
saksikan air yang banyak
melimpah ruah yang mengalir
sejak pagi sampai petang
dan larut malam, tetap tertumpah
dan tercurah sebelum sempat dimanfaatkan. Dia sudah
melalui jalur yang jauh, tetapi dimana – mana dia Cuma
singgah, dan setiap persinggahannya tidak
dimanfaatkan. Mungkin kita tidak
bersyukur, mungkin kita kurang
berterima kasih, karena tidak menikmati pemberian Allah ini. Ditakutkan bagi mereka
yang tidak berterima kasih dan
tidak mensyukuri nikmat Allah
akan disediakan azab
yang pedih, sehingga air itu pun
berubah menjadi banjir
yang memusnahkan dan
menghancurkan.
Apalagi
kecendrungan manusia sekarang
meniru orang Jepang, ingin
memakan ikan segar supaya
kholesterol tidak tinggi dan
otak jadi cemerlang dan wajah menjadi segar dan kulit jadi halus
serta penyakit pun menjauh.
Ternyata
ikan segar yang paling segar dan yang paling lezat
hidup di dalam sungai
di Sumatera Barat, karena airnya
deras, lebih jernih dan
mengandung zat kapur,
kalaupun keruh sedikit, itu
disebabkan cacing - cacing
halus dan serangga - serangga
atau oleh plankton –
plankton yang menjadi sumber makanan ikan. Lalu saya bertanya
kepada diri sendiri, kenapa tempat yang demikian baik ini, kenapa lahan – lahan
yang demikian subur ini, dibiarkan
begitu saja ? Tiba – tiba
terbaca di koran mengenai
ikan – ikan dalam keramba bambu. Ya, kenapa
kita tidak memasang keramba
disetiap sungai ? Di setiap
air mengalir ? Kan lebih
tahan dan bisa di kunci
serta lebih aman, ikan yang berenang
di dalamnya terlihat lebih jelas.. Untuk itusaya
teringat pesan suci – Nya dalam
Al-Qur’an surat Al Khafir ayat 66 ; “Maka mana kala mereka
sampai kepertemuan dua
buah laut itu, mereka lupa akan
ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalanya ke laut itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar