Oleh : K Suheimi
Terhenyak saya ketika mendengar resonansi
jiwa dari Radio Classy FM. Betapa tidak
dia berceritra tentang seseorang yang mampu menahan derita selama
bertahun-hanya di sebabkan karena dia
tak mau menyakiti orang yang di cintainya. Kisah ini jadi menarik karena
penyesalan sering datangnya terlambat dan tidak maunya pasangan berterus terang
pada pasangannya yang lain.. Terbersit keinginan dalam hati ini agar semua
penggemar saya juga ikut merasakan apa
yang saya rasakan sewaktu membaca kisah ini, begini kisahnya
Seorang pria dan seorang gadis bertemu di
sebuah pesta, di gadis tampil luar biasa cantik, banyak laki-laki mencoba untuk
mengejarnya. Sipria sebaliknya
tampil biasa saja dan tidak ada yang memperhatikannya. Tetapi setelah pesta
usai, dia memberanikan sekedar mengajak sigadis untuk mencari minuman hangat,
sigadis agak terkejut, tapi dengan kesopanan pria itu akhirnya ia mau diajak
pergi. Mereka berdua akhirnya duduk disebuah coffe shoap, sipria sangat gugup dan
tidak berkata apapun . sigadis yang merasa
ketegangan itu kemudian iapun berkata, tidakkah lebih baik kita pulang saja. Tiba-tiba
pria itu berkata untuk pertama kalinya sambil melambai pada pelayan. Bisa minta
garam untuk kopi saya. Semua orang yang mendengar memandang aneh kearah pria
tersebut. Sipria jelas wajahnya berubah merah, tapi tetap saja ia memasukan
garam tersebut kedalam kopinya dan dengan tenang ia meminumnya.
Sigadis dengan penasaran bertanya, kenapa kamu bisa punya hobi seperti
ini. Sipria menjawab ketika saya kecil
saya tinggal didaerah pantai dekat laut. Saya suka bermain dilaut saya dapat
merasakan air laut, asin dan sedikit menggigit sama seperti kopi asin ini. Dan
ketika saya minum kopi ini saya selalu ingat masa anak-anak saya, ingat kampung
halaman saya sangat rindu kampung halaman saya, saya rindu orang tua saya yang
masih tinggal disana. Begitu usai mata sipria mulai berkaca-kaca, dan sigadis
tersentuh dengan ucapan si pria tulus dihadapannya.
Bila seorang pria dapat bercerita rindu akan kampung halamannya pasti pria
itu mencitai rumahnya, peduli akan rumahnya dan punya tanggung jawab terhadap
rumahnya. Kemudian sigadis juga mulai bercerita, bercerita juga tentang kampung
halamannya nan jauh disana termasuk masa kecil dan keluarganya.
Suasana kaku langsung berubah menjadi perbincangan yang hangat. Juga
menjadi awal yang indah dalam cerita mereka berdua, mereka akhirnya berpacaran.
Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya cerita cinta, merekapun menikah dan
setiap saat membuat kopi untuk suaminya ia selalu membubuhkan garam didalamnya
bukan gula, karena ia tahu itulah yang disukai suaminya.
Setelah empat puluh tahun berlalu si pria meninggal dunia dan meninggalkan
sebuah surat, dan siistri membaca surat tersebut. Sayangku yang tercinta mohon
maafkan aku, maafkanlah seumur hidupku adalah dusta belaka, meski adalah sebuah
bohongan belaka yang aku katakan padamu tentang kopi asin, kamu ingatkan
pertama kali kita jalan bersama. Saya sangat gugup waktu itu sebenarnya saya
ingin minta gula tapi malah garam. Sulit sekali bagi saya untuk mengubahnya
karna kamu merasa pasti tidak nyaman, jadi saya teruskan saja. Saya tidak
menyangka hal itu menjadi awal dari komunikasi kita awal keakraban kita dan
mata cinta kita. Saya mencoba berkata jujur selama ini untuk menjelaskannya
pada mu tapi saya takut saya tidak pernah berbohon sekalipun, sekarang saya
sekarat saya tidak takut apa-apa lagi,jadi saya katakan kepadamu yang
sejujurnya saya tidak suka kopi asin. Betul-betul aneh dan sungguh tidak enak
tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku selama denganmu. Dan saya tidak
pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu,
memilikimu adalah sebuah yang besar dalam hidupku, bila saya dapat hidup untuk
kedua kalinya saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku
meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi.
Setelah membaca isi surat itu air mata si istri membuat surat itu menjadi basah, kemudian hari bila
ada seseorang bertanya kepadanya, apa rasanya minum kopi pakai garam. Si istri
pasti jawab rasanya sangat manis dengan senyuman dan dua titik air mata
dipipinya
Saya tulis yang saya dengar dan
saya baca kembali. Betapa kasih sayang antara seorang suami pada istrinya yang tak mau menyakiti perasaannya, walaupun
kopi asin itu sangat pahit dan sebenarnya dia tak suka. Lalu saya teringat akan
sebuah ayatnya Untuk itu ingin saya
petikkan sebuah Firman Suci Nya dalam Al Qur'an
Katakanlah:"Kepunyaan
siapakah apa yang ada di langit dan di bumi". Katakanlah:"Kepunyaan
Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh
sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan
terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. (QS.
6:12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar