Dosen
Pembimbing :
Ns.
Syafrisar Meri Agritubella, S. Kep
TUGAS
MANDIRI
ASUHAN
KEPERAWATAN KANKER SERVIKS
DI SUSUN
OLEH :
REZA SURYA
JUHARTI
100 100 08
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN PEKANBARU MEDICAL CENTER (PMC)
PROGRAM
STUDY ILMU KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta kesehatan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini diucapkan
terimakasih kepada ibuk selaku dosen pengampu yang telah memberikan
bimbingannya kepada penulis.Pada makalah ini penulis membahas materi ASKEP PADA KANKER SERVIKS.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
kurang dari kesempurnaan disebabkan keterbatasannya pengetahuan dan literature
penulis.Oleh sebab itu, penulis mohon maaf atas segala kesalahan dalam
penulisan makalah ini.Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kesempurnaan penulisan berikutnya.Semoga makalah kali ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Pekanbaru,19
September 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang………………………………………………………….... 1
1.2.
Manfaat dan Tujuan…………..…………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1.
Definisi…………………………………………………………………... 3
2.2.
Etiologi…………………………………………………………..………. 3
2.3.
Patofisiologi……………….…………………………………………….. 5
2.4.
Manifestasi Klinik………………………………………………………. 6
2.5.
Penatalaksanaan………………………………………………………..... 7
2.6.
Komplikasi …………………….…………………………………..……. 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.
Pengkajian……………………………………………………………….. 9
3.2.
Diagnosa Keperawatan………………………………………………...... 10
3.3.
Tujuan dan Kriteria
hasil……………………………..…………...…….. 10
3.4.
Intervensi dan
Rasional………………………………………..……….... 12
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan………………………………..……………..……………....................... 15
4.2.Saran………………………………………………………………….......................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker
Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina.Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55
tahun.90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.Karsinoma serviks biasanya timbul
pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel
kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang.
Sesungguhnya
penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan
kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000
penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel
epitel serviks.Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai
upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang. Risiko
terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme
timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat
variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker serviks di
dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara.
Sementara
itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara
berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian
wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik
skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining
belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa
insiden kanker serviks masih tetap tinggi.Hal terpenting menghadapi penderita
kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi
yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya.Hingga saat ini pilihan terapi
masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari
beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa
“simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya
perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam
tahap penelitian.Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya
penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan
kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi
prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus
berdasarkan pada perluasan penyakit.Secara universal disetujui penentuan
luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.
1.2 Manfaat dan Tujuan Makalah
Manfaat
-
Agar dapat
memahami tentang kanker serviks, penyebab dari kanker serviks serta Asuhan
keperawatan kanker serviks
Tujuan
-
Dapat
menjelaskan dan memahami pengertian dari kanker serviks
-
Dapat
menjelaskan penyebab kanker serviks
-
Dapat
menjelaskan dan memahami konsep medis kanker serviks
-
Dapat
memahami Asuhan keperawatan kanker serviks
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Kanker
Serviks adalah suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo, Sarwono:
1994)
Kanker
serviks adalah kanker yang terjadi pada lapisan endometrium (servik uterus),
yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kea
rah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Kanker servik ini terjadi paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun tetapi
dapat pula terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun. (Hanifa, 2006)
Kanker
serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997)
Kanker
Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana
sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.Kanker
ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually
active.Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan
seksual pernah menderita kanker ini.Biasanya kanker ini menyerang wanita yang
telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun.Akan
tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini,
asalkan memiliki faktor risikonya.
2.2 Etiologi
Penyebab
kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
a) Umur pertama kali melakukan hubungan
seksual
Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
b) Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks
terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin
besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c) Jumlah perkawinan
Wanita yang sering
melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko
yang besar terhadap kankers serviks ini.
d) Infeksi virus
Infeksi virus
herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata
diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e) Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks
banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f)
Hygiene
dan sirkumsisi
Diduga adanya
pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum
disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat
sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g) Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi
dalam rahim)
Merokok akan
merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh
terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks.
2.3 Patofisiologi
Karsinoma serviks adalah penyakit
yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan
akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih.Secara
histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium
displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya
invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker
diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali
tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan
tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana
onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor
gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam
pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan
intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif
akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan
sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi.Waktu yang diperlukan dari
displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan
waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun
(TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat,
diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat
misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan
gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks.Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria
dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu
oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang
tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan
sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
2.4 Manifestasi Klinik
£ Keputihan
Menurut
Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai
dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah
yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
£ Perdarahan
Perdarahan
yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak)
merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%).Pada tahap awal, terjadinya kanker
serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak
teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret
vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan
berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar
berbentuk mukoid.Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi
pada klien kanker serviks.Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam
(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi.Karakteristik darah yang
keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai
menggumpal.Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang
juga merupakan gejala penyakit lanjut.
£ Nyeri
Dirasakan
dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal.Pada tahap
lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari
vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa
vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin
progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
2.5 Penatalaksanaan
·
Terapi
local
® Terapi local dilakukan pada penyakit
prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi, terapi laser, konisasi, dan bedah
buku.
·
Histerektomi
® Histerektomi mungkin juga dilakukan
tergantung pada usia wanita, status anak, dan atau keinginan untuk sterilisasi.
Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, pelvis dan nodus limfa para
aurtik.
·
Pembedahan
dan terapi radiasi
-
Pembedahan
dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
-
Dilakukan
pada kanker serviks invasive
-
Pada
terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor serta
mengecilkan tumor
·
Radioterapi
batang eksternal
-
Dilakukan
jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan itu tegas.
-
Untuk
terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga
tetap berada di tempat tidur, makan
makanan dengan diet ketat dan memakan obat untuk mencegah defekasi, karena pada terapi ini
biasanya terpasang tampon (aplikator)
·
Eksenterasi
pelvic
-
Dilakukan
jika terjadi kanker setempat yang berulang
-
Dapat
dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ yang
diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.
·
Terapi
biologi
®
Yaitu
dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
·
Kemoterapi
®
Dengan
menggunakan obat-obatan sitostastik.
Kategori stadium pada kanker serviks
ü Stadium 0 : Kanker masih terbatas
pada wilayah epitel serviks, kanker serviks stadium 0 disebut karsinoma pemula
ü Stadium I : sel kanker hanya sebatas
serviks, sudah mulai terlihat ada kelainan.
ü Stadium II : sel kanker sudah
menjalar ke bagian vagina, namun belum mencapai 1/3 nya bagian vagina. jaringan
ikat paraservikal telah mengalami gangguan, namun tidak mencapai dinding
panggul.
ü Stadium III : sel kanker telah
menjalar menuju bagian bawah lebih vagina lebih dari 1/3 bagiannya, atau sel
kanker telah menjalar ke tulang panggul dan tampak penumpukan cairan di kedua
belah ginjal.
ü Stadium IV : sel kanker telah
menutupi seluruh bagian organ kewanitaan, atau sudah melebihi area tulang
panggul serta telah mengalami penyebaran ke bagian bagian lainnya seperti
rectum, kantong kemih, atau bahkan ke bagian lainnya.
2.6 Komplikasi
1.
Berkaitan
dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus
2.
Berkaitan
dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasi
b. Enteritis
3.
Berkaitan
dengan kemoterapi
a. Supresi sumsum tulang
b. Mual muntah akibat pengunaan obat
kemoterapi yang mengandung sisplatin
c. Kerusakan membrane mukosa GI
d. Mielosupresi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.
Identitas
klien
2.
Keluhan
utama
Perdarahan dan keputihan
3.
Riwayat
penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca
coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal.Perlu ditanyakan
pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya
pengetahuan keluarga.
4.
Riwayat
penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan
keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan
juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5.
Riwayat
penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam
keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
6.
Riwayat
psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji
tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang
penyakit kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik
·
Inspeksi
: Perdarahan dan keputihan
·
Palpasi
: Nyeri abdomen dan nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Dignostik
· Sitologi
· Biopsi
· Kolposkopi
· Servikografi
· Gineskopi
· Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi
dengan hasil lebih sensitif).
3.2 Diagnosa
Keperawatan
a.
Gangguan
perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intraservikal
b.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu
makan
c.
Gangguan
rasa nyama (nyeri) berhubungan dengan proses desakan pada jaringan intra
servikal
d.
Cemas
berhubungan dengan terdiagnose kanker serviks sekunder akibat kurangnya
pengetahuan tentang kanker Serviks dan pengobatannya.
e.
Resiko
tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan terhadap pemberian sitostatika.
3.3 Tujuan
dan Kriteria Hasil
a.
Gangguan
perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan masif intra cervikal
Tujuan :
Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan
perfusi jaringan membaik.
Kriteria hasil :
-
Perdarahan
intra servikal sudah berkurang
-
Konjunctiva
tidak pucat
-
Mukosa
bibir basah dan kemerahan
-
Ektremitas
hangat
-
Hb
11-15 gr %
-
Tanda
vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR :
18 - 24 X/mnt.
b.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan
terpenuhi.
Kriteria hasil :
-
Tidak
terjadi penurunan berat badan
-
Porsi
makan yang disediakan habis.
-
Keluhan
mual dan muntah kurang
c.
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi
nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
Kriteria hasil :
-
Klien
dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
-
Intensitas
nyeri berkurangnya
-
Ekpresi
muka dan tubuh rileks
d. Cemas yang berhubungan dengan
terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kaker
serviks, penanganan dan prognosenya.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan selama 1
X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita,
penanganan dan prognosenya.
Kriteria hasil :
-
Klien
mengetahui diagnose kanker yang diderita
-
Klien
mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
-
Klien
tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
-
Sumber-sumber
koping teridentifikasi
-
Ansietas
berkurang
-
Klien
mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.
e. Resiko tinggi terhadap gangguan
konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian
sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan
perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
Kriteria hasil :
-
Klien
mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
-
Klien
mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
-
Klien
mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif
-
Klien
mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
3.4 Intervensi
dan Rasional
a.
Gangguan
perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan masif intra cervical.
Intervensi :
-
Observasi
tanda-tanda vital
-
Observasi
perdarahan ( jumlah, warna, lama )
-
Cek Hb
-
Cek
golongan darah
-
Beri
O2 jika diperlukan
-
Pemasangan
vaginal tampon
-
Therapi
IV
b.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu
makan
Intervensi :
-
Jelaskan
tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
-
Berika
makan TKTP
-
Anjurkan
makan sedikit tapi sering
-
Jaga
lingkungan pada saat makan
-
Pasang
NGT jika perlu
-
Beri
Nutrisi parenteral jika perlu.
c.
Gangguan
rasa nyama (nyeri) berhubungan dengan proses desakan pada jaringan intra
servikal
Intervensi :
-
Tanyakan
lokasi nyeri yang dirasakan klien
-
Tanyakan
derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
-
Ajarkan
teknik relasasi dan distraksi
-
Anjurkan
keluarga untuk mendampingi klien
-
Kolaborasi
dengan tim paliatif nyeri.
d.
Cemas
berhubungan dengan terdiagnose kanker serviks sekunder akibat kurangnya
pengetahuan tentang kanker Serviks dan pengobatannya.
Intervensi :
-
Berikan
kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
-
Dorong
diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara
mengentrol dirinya.
-
Identifikasi
mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk,
kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem
pendukung yang positif).
-
Tunjukkan
adanya harapan
-
Tingkatkan
aktivitas dan latihan fisik.
e.
Resiko
tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan terhadap pemberian sitostatika.
Intervensi :
-
Kontak
dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
-
Berikan
dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi,
kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
-
Berikan
informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang
penyakitnya.
-
Bantu
klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup
dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan,
kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
-
Kaji
respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan
kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa
depan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya .
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada
beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
-
Umur
pertama kali melakukan hubungan seksual
-
Jumlah kehamilan dan partus
-
Jumlah
perkawinan
-
Infeksi
virus
-
Sosial
Ekonomi
-
Hygiene
dan sirkumsisi
-
Merokok
dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
4.2 Saran
Saya selaku penulis berharap kepada pembaca
khususnya saya sendiri agar dapat meningkatkan lagi ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki di bidang mata kuliah Maternitas II khususnya pada
Kanker serviks dan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker serviks.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dongoes.(2001).Konsep
Keperawatan Maternal. Jakarta : EGC
2. Brunner &
Suddarth. (2000). Keperawaatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
3. Dongoes M.E.
(2001). Rencana Perawatan Maternal.
Jakarta : EGC
4. Lynda Jual Carpenito. (2001). Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
Tanya Jawab :
1.
Apa faktor
resiko dari penyakit kanker serviks yang di alami wanita muda ? (Sadam)
Jawab :
2.
Kenapa
karsinoma serviks di katakan penyakit yang progresif, intraepitel kemudian
berubah menjadi neoplastik ? (Riri)
Jawab :
IV. Makalah T. Indah G
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELITUS
(DIABETES
GESTASIONAL)
T.INDAH GUSTIKHA
HUTRISARI
10010014
PRODI S1
KEPERAWATAN
STIKES PEKANBARU
MEDICAL CENTER
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang............................................................................................................... 1
b. Manfaat
dan Tujuan Makalah.........................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
a. Pengertian...................................................................................................................... 2
b. Etiologi........................................................................................................................... 2
c. Faktor
Risiko..................................................................................................................2
d. Klasifikasi
Diabetes........................................................................................................ 3
e. Patofisiologi................................................................................................................... 3
f.
Manifestasi
Klinis..........................................................................................................3
g. Penatalaksanaan..............................................................................................................4
h. Komplikasi...................................................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS
a. Pengkajian........................................................................................................14
b. Diagnosa
Keperawatan.....................................................................................15
c. Tujuan
dan Kriteria
Hasil.................................................................................15
d. Intervensi
dan
Rasional.....................................................................................15
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Masalah selama masa hamil adalah hal yang umum
bahwa seseorang wanita,yang memiliki masalah medis,menjadi hamil. Akan
tetapi,kehamilan tidak mambuat wania terhindar dari masalah-masalah medis atau
cedera. Perawat maternitas tertantang untuk memberi kan perawatan yang baik dan
efektif untuk memenuhi kebutuhan unik ibu dan janin yang muncul akibat
kondisi-kondisi medis. Sasaran utama asuhan keperawatan ialah mengarahkan dan mendukung
wanita dan keluarganya dalam mencapai hasil akhirkehamilan yang optimal,baik
untuk wnita hamil maupun untuk janinnya. Perawat berperan sebagai
guru,konselor,dan pendukung wanita dan keluarganya dalam mencapai hasil akhir
yang paling baik dan menangani masalah dan kekecewaan yang mungkin timul.
Untuk mencapai hasil akhir yang baik pada kasus
kehamilan diabetik,dibutuhkan komitmen dan partisipasi aktif wanita. Ia harus
mematuhi jadwal kunjungan prenatal yang sering,mematuhi program diet dengan
ketat,melakukan dengan mandiri pemantauan kadar glukosa secara
teratur,melakukan pemeriksaan laboratorium dengan sering,melaksanakan surveilen
janin secara intensif dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan
hospitalisasi.
Perawat yang memberikan asuhan kepada wanita
diabetik yang sedang hamil harus memiliki pemahaman yang benar tentang respons
fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat diabetes.
b. Manfaat
dan tujuan makalah:
1. Mahasiswa
dapat mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan diabetes melitus.
2. Mahasiswa
dapat membedakan jenis-jenis diabetes melitus.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui faktor resiko setiap jenis diabetes dalam masa hamil.
4. Mahasiswa
dapat mengetahui komplikasi yang terkait dengan kehamilan diabetes.
5. Mahasiswa
dapat mengetahui etiologi,patofisiologi dan manifestasi klinis pada diabetes
melitus.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
a. Pengertian
Diabetes
melitus merupakan gangguan sistemik pada metabolisme karbohidrat,protein dan
lemak. Diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia yang diakibatkan produksi
insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada
tingkat seluler. Diabetes dialami oleh
seorang ibu yang pernah menderita DM sebelum hamil dan ibu mengalami DM pada
saat hamil disebut Diabetes Mellitus
Gestasional (syafei Piliang,1993).
Diabetes
gestasional adalah gangguan dari glukosa yang dipicu oleh kehamilan, biasanya
menghilang setelah melahirkan (Murray et all.,2002).
Diabetes
melitus gestasional (gestational diabetes melitus[GDM]) didefenisikan sebagai
“intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan,yang awitannya atau
pertama kali dikenali selama masa hamil saat ini” (ADA,1990). Walaupun GDM umum
nya akan hilang pada akhir kehamilan,ada kemungkinan besar GDM terjadi lagi pada
kehamilan berikutnya(Jovanovic-Peterson,1992;Philipson,Super 1989). GDM dialami
oleh sekitar 2% sampai 6% seluruh wanita hamil dan bertanggung jawab terhadap
90% kasus diabetes selama masa hamil (Radak,1991;Siddiq,1989).
b. Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama
kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh
yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.
c. Faktor
risiko
Hal-hal
yang menjadi faktor risiko pada diabetes melitus adalah sebagai berikut:
1. Riwayat
keluarga dengan DM
2. Glukosuria
dua kali berturut-turut
3. Kegemukan
4. Keguguran
kehamilan yang tidak bisa dijelaskan
5. Adanya
Hidramnion
6. Kelahiran
anak sebelum besar.
d. Klasifikasi
Diabetes
Ada beberapa macam klasifikasi,salah satunya
menurut White (1965) yaitu sebagai berikut:
1. Kelas A.
Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan
dengan kadar gula darah normal setelah makan,tetapi terjadi peningkatan kadar
glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin,cukup diobati dengan
pengaturan diet.
2. Kelas B.
Diabetes dewasa,terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10
tahun,tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C.
Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19
tahun dengan tidak disertai dengan
penyakit vaskuler.
4. Kelas D.
Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun,tetapi diderita sebelum usia 10 tahun
disertai kelainan pembuluh darah.
5. Kelas E.
Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk arteri
uterusnya.
6. Kelas F.
Diabetes dengan nefropati,termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
Kemudian dibuat modifikasi tambahan. Kelas untuk ibu dengan komplikasi
retinitis proliferatus atau dengan perdarahan dalam korpus vitreum.
e. Patofisilogi
Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena
insulin yang berlebih masih banyak dibutuhkan sejalan dengan perkembangan
kehamilan. Progesteron dan HPL menyebabkan jaringan ibu resisten terhadap
insulin dan menghasilkan enzim yang disebut insulinase yang dihasilkan oleh
plasenta,sehingga mempercepat terjadinya insulin.
Bila pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat,maka akan timbul suatu keadaan yang disebut
hiperglikemia,sehingga dapat menimbulkan kondisi kompensasi tubuh seperti
meningkatkan rasa haus (polidipsi),mengekresikan cairan (poliuri),dan mudah
lapar (polifagia).
f.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dirasakan dapat berupa:
polidipsi,poliuri,polifagia,penurunan berat badan,lemah,mengantuk
(somnolen),dan dapat timbul ketoasidosis.
Pengaruh diabetes pada
kehamilan adalah sebagai berikut:
1.
Hiperemesis gravidarum
2.
Pemakaian glikogen bertambah
3.
Meningkatnya metabolisme basal
Dampak diabetes pada kehamilan
adalah sebagai berikut:
1.
Abortus dan partus prematurus
2.
Preeklampsia
3.
Hidramnion
4.
Kelainan letak janin
5.
Insufisiensi plasenta
Pengaruh diabetes pada bayi
yang dilahirkan adalah sebagai berikut:
1.
Kematian hasil konsepsi dalam
kehamilan muda mengakibatkan abortus
2.
Cacat bawaan
3.
Dismaturitas
4.
Janin besar
5.
Kelinan neurologis
g. Penatalaksanaan
a) Terapi
Diet
Tujuan utama
penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik.Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan
interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.Tiga hal penting yang harus
diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah 3J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori
sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal
makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan
harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).Diet pada penderita
diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
· Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung
karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
· Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %,
protein 12 %.
· Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %,
protein 20 %.
· Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik
dengan gangguan faal ginjal.
No
|
Tipe
diet
|
Indikasi
diet
|
1
|
Diet A
|
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus
pada umumnya
|
2
|
Diet
B
|
Diberikan pada
penderita diabetes terutama yang :
- Kurang tahan lapan dengan
dietnya.
- Mempunyai hyperkolestonemia.
3.
Mempunyai
penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler accident
(cva) penyakit jantung koroner.
- Mempunyai penyulit
mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada
nefropati yang nyata.
- Telah menderita diabetes dari
15 tahun
|
3
|
Diet B1
|
Diberikan pada
penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita
diabetes terutama yang :
- Mampu atau kebiasaan makan
tinggi protein tetapi normalip idemia.
- Kurus (underweight) dengan
relatif body weight kurang dari 90 %.
- Masih muda perlu pertumbuhan.
- Mengalami patah tulang.
- Hamil dan menyusui.
- Menderita hepatitis kronis
atau sirosis hepatitis.
- Menderita tuberkulosis paru.
- Menderita penyakit graves
(morbus basedou).
- Menderita selulitis.
- Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan
protein kadar tinggi.
|
4
|
Diet
B2 & B3
|
Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan
gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).
Sifat-sifat diet B2
- Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari
tetapi mengandung protein kurang.
- Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat
arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino
esensial.
- Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan
diet 2100 – 2300 kalori / hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari
akan berubah.
Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik
dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt).
Sifat diet B3
- Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
- Rendah protein tinggi asam amino esensial,
jumlah protein 40 gram/hari.
- Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun
diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah
protein).
- Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
- Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita
diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan
secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga
dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore
hari dengan maksud untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk
meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan
antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan
melalui media-media cetak dan elektronik.
|
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan
DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat
badan ibu.
1.
Kontrol secara ketat
gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak.
Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2.
Hindari adanya infeksi
saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan
baik.
3.
Pada bayi baru lahir
dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4.
Penanganan DMG yang
terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada
penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5.
Cara yang dianjurkan
adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6.
Kebutuhan kalori adalah
jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
·
Kalori basal 25 kal/kgBB
ideal
·
Kalori kegiatan jasmani
10-30%
·
Kalori untuk kehamilan
300 kalori
·
Perlu diingat kebutuhan
protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa
darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa
di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus
segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat
pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan
perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori
per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa
menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
1.
Mempertahankan kadar
glukosa darah puasa < 105 mg/dl
2.
Mempertahankan kadar
glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
3.
Mempertahankan kadar Hb
glikosilat (Hb Alc) < 6%
4.
Mencegah episode
hipoglikemia
5.
Mencegah
ketonuria/ketoasidosis deiabetik
6.
Mengusahakan tumbuh
kembang janin yang optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2
kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri
di rumah).Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat
dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering Hb glikosilat diperiksa
secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.Kenaikan berat badan ibu dianjurkan
sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap
minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung
status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan
ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka
insulin langsung digunakan.Insulin yang digunakan harus preparat insulin
manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia
(non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin
endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.Obat hipoglikemik oral tidak
digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat
diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan
keadaan klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus
uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan
kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan
janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung
janin.Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan
pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada
tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri
·
NST – USG serial
·
Penilaian menyeluruh
janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan
tanda gawat janin.
·
Penilaian ini dilakukan
setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan
janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan
persalinan secara seksio sesarea.
·
Pada janin yang sehat,
dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu
(40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal
>l0x/12 jam).
·
Bayi yang dilahirkan
dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
·
Bila akan melakukan
terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk
memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
·
Kehamilan DMG dengan
komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti
glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan
34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
Penatalaksanaan pada DMG
Meningkatkan jumlah insulin
1. Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
2. Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
3. Insulin injeksi
4. Meningkatkan sensitivitas insulin
5. Biguanid/metformin
6. Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
7. Mempengaruhi
penyerapan makanan
8. Acarbose
9. Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral
(minuman manis atau permen) 6-8 minggu setelah melahirkan, ibu tersebut
melakukan test plasma glukosa puasa dan OGTT 75 gram glukosa. Pasien gemuk
penderita GDM, sebaiknya mengontrol BB, karena diperkirakan akan menjadi DM
dalam 20 tahun kemudian.
a)
Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut :
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan
oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah
memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan
sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi.
Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan
asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik.Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140
mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari
berikutnya cadangan hidrat arang berkurang dan kebutuhan terhadap insulin
berkurang yang mengakibatkan mudah mengalami hipoglikemia bila diet tidak
disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi.Pemberian insulin yang kurang
hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah
tafsirkan sebagai koma diabetikum.Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita
dalam persalinan dan nifas dini.Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi
infus glukosa dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi
insulin secara infus intravena dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi
komplikasi yang berbahaya.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang
penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak mempunyai
riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan
40 minggu.lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan
36-37 minggu.Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka
dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi
atau seksio sesarea dengan terlebih dahulu melakukan amniosentesis.Dalam
pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa atau dengan induksi, keadaan
janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin
terus – menerus.
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil
meliputi manajemen diet, menjaga berat badan ibu tetap ideal, terapi insulin
untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.
b)
Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai
direkomendasikan untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan
memperbaiki toleransi glukosa.Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat
badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi
dengan pembatasan intake kalor.
Manajemen teraupetik
Manajemen
teraupetik yang di berikan bertujuan untuk mencegah kemungkinan timbulnya
komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada
tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestasional adalah sebagai
berikut:
1. Mencegah
timbulnya ketosis dan hipoglikemia
2. Mencegah
hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
3. Mencapai
usia kehamilan seoptimal mungkin
Diet diabetes ibu dalam
kehamilan tidak berbeda dengan diet diabetes lainnya,kecuali penambahan kalori
total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan menjaga
asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gram/hari. Di perhatikan diet yang
teratur dan asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6
kali sehari).
Saat
tidur diberikan tambahan 25 gram karbohidrat untuk mencegah ketosis pada malam
hari. Pada wanita dengan glukosa dimana GTT intoleransi glukosa tidak diberikan
insulin,tetapi memerlukan pengawasan ketat.
a. Komplikasi
a) Masalah
pada Ibu
1.
Hipoglikemia, terjadi
pada enam bulan pertama kehamilan
2.
Hiperglikemia, terjadi
pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3.
Infeksi saluran kemih
4.
Preeklampsi
5.
Hidramnion
6.
Retinopati
7.
Trauma persalinan akibat
bayi besar
b)
Masalah pada anak :
1.
Abortus
2.
Kelainan kongenital seperti
sacral agenesis,neural tube defek.
3.
Respiratory distress
4.
Neonatal hiperglikemia
5.
Makrosomia
6.
Hipocalcemia
7.
Kematian perinatal
akibat diabetic ketoasidosis
8.
Hiperbilirubinemia
c)
Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional
1.
Makrovaskular: stroke,
penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.
2.
Mikrovaskular: retina
(retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf (stroke,neuropati).
3.
Koma: hiperglikemi,
hipoglikemi, stroke
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS
a. Pengkajian
1. RKD
(Riwayat Kesehatan Dahulu)
a) Riwayat
Diabetes
b) Riwayat
anak lahir besar
2. RKK
(Riwayat Kesehatan Keluarga)
a) Adanya
keluarga yang menderita DM
3. RKS
(Riwayat Kesehatan Sekarang)
a) Ditemui
adanya tanda-tanda DM,seperti polidipsi,poligafi,poliuri,dan lain-lain.
Saluran
urinarius
Dapat mengalami riwayat poliuria,Infeksi
Saluran Kemih (IK),nefropati makanan dan
cairan,polidipsia,polifagia,mual,muntah,serta penurunan berat badan.
Keamanan
Integritas kulit lengan,paha dapat berubah
karena injeksi insulin yang sering terdapat kerusakan penglihatan/retinopati,serta
riwayat gejala-gejala infeksi dan atau positif terhadap infeksi perkemihan dan
vagina.
Status
Kebidanan
Tinggi fundus mungkin lebih tinggi atau
rendah dari normal terhadap usia gestasi (hidramnion,ketidaktepatan pertumbuhan
janin);riwayat neonatus besar terhadap usia gestasi (LGA);hidramnion;anomali
kongenital;dan kematian janin tidak jelas penyebabnya.
Sosial
Ekonomi
Masalah faktor sosial ekonomi dapat meningkat
kan risiko komplikasi,ketidakadekuatan,atau kurangnya sistem pendukung yang bertanggung
jawab.
Pemeriksaan
Diagnostik
Hemoglobin glukosa (HbAlc) kadar glukosa serum acak,kadar
keton urine,protein urin dan kreatinin (24 jam),tes fungsi tiroid,hemoglobin
hematokrit,kadar estriol,tes toleransi glukosa,albumin glukosa,elektrodiagram,kultur
vagina,tes nonstres (NST),ultrasonografi,contraction sters test (CST),oxytocyn
chalenge test (OCT),amniosintesis,serta kriteria profil biofisik.
b. Diagnosa
Keperawatan
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
nutrien dengan tepat.
2. Risiko
tinggi cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal
akibat perubahan pada sirkulasi.
3. Risiko
tinggi cedera maternal berhubungan dengan perubahan pada kontrol
diabetik,profil darah abnormalatau anemia hipoksia jaringan dan perubahan imun.
Intervensi keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan/kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Mandiri:
1.
Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24
jam.
2.
Tinjauan ulang pentingnya makan kudapan yang
teratur bila menggunakan insulin.
3.
Bila terjadi hipoglikemia asimtomatik,atasi
dengan segelas susu sebanyak 8 oz dan ulangi tiap 15 menit bila kadar glukosa
serum tetap dibawah 70mg/dl.
|
Mandiri:
1.
Membantu dalam mengevaluasi pemahaman ibu
tentang diet dan/atau pentingnya menaati aturan diet.
2.
Makan sedikit dan sering menghindari
hiperglikemia postprandial dan ketosis puasa/kelaparan.
3.
Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi
karbohidrat yang dapat menimbulkan metabolisme lemak dan terjadi ketosis.
|
|
1
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna nutrien dengan tepat
|
Tujuan: setelah dilakukan tindakan ini diharapkan nutrisi
ibu terpenuhi
Kh:
1.
Nutrisi ibu akan meningkat 24-30 lb pada masa
prenatal atau yang tepat berat badan sebelum kehamilan.
2.
ibu akan memperhatikan glukosa darah puasa
antara 60-100mg/dl 1 jam prapartum tida lebih 140 mg/dl.
|
|
Kolaborasi:
1.
Diskusikan dosis,jadwal,dan tipe insulin.
2.
Sesuaikan diet atau cara pemberian insuli
untuk memenuhi kebutuhan individu.
3.
Tentukan hasil HbAlc setiap 2-4 minggu.
|
Kolaborasi:
1.
Penggunaan jumlah besar karbohidrat sederhana
untuk mengatasi hipoglikemia menyebabkan nilai glukosa darah meningkat cepat.
2.
Pembagian dosis mempertimbangkan kebutuhan
maternal dan rasio waktu mkan terhadap makanan dan memungkinkan kebebasan
dalam penjadwalan makanan.
3.
Memberikan keakuratan gambaran rata-rata
kontrol glukosa serum selama 60 hari.
|
|
2
|
Risiko cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa maternal akibat perubahan pada sirkulasi.
|
Tujuan: setelah dilakukan tindakan ini janin tidak cedera
dengan peningkatan kadar glukoa maternal.
Kh:
1.
Ibu akan menunjukkan reaksi NST secara normal
dan oxytocin chalengge test dan/atau tes stres kontraksi negatif.
|
Mandiri:
1.
Kaji kontrol diabetik sebelum konsepsi.
2.
Kaji gerakan jnin dan DJJ setiap kunjungan
sesuai indikasi. Anjurkan untuk mencatatnya mulai usia gestasi 18 minggu dan
setiap hari mulai minggu ke 34.
3.
Pantau adanya tnda hipertensi dalam
kehamilan(edema,proteinuria dan peningkatan tekanan darah)
|
Mandiri:
1.
Kontrol ketat sebelum konsepsi membantu resiko
mortalilitas janin dan anomali kongenital.
2.
Terjadinya insufiensi plasenta dan ketosis
maternal mungkin secara negatif akan mempengaruhi gerakan janin dan DJJ.
3.
Bermanfaat untuk mengidentifikasi pola
pertumbuhan yang abnormal.
|
|
Kolaborasi:
1.
Kaji HbAlc setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.
2.
Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein (AFP)
pada gestasi 14-16 minggu.
3.
Siapkan untuk USG pada usia kehamilan
8,12,18,28,dan 36 sampai 38 minggu sesuai indikasi.
|
Kolaborasi:
1.
Pengetahuan membantu ibu membuat keputusan
tentang melaksanakan aturan dan dapat meningkatkan kerja sama.
2.
Insiden bayi malformasi secara kongenital
meningkat pada wanita dengan kadar tinggi pada awal kehamilan buruk.
3.
USG bermanfaat dalam memastikan tanggal
gestasi dan membantu mengevaluasi Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
|
|
BAB
IV
KESIMPULAN
dan SARAN
A. Kesimpulan
Jadi ibu yang mengalami DM pada saat hamil itu
disebut denan Diabetes Melitus Gestasional. Diabetes gestasional adalah gangguan
dari glukosa yang dipicu oleh kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan.
Walaupun GDM umum nya akan hilang pada akhir kehamilan,ada kemungkinan besar
GDM terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama
kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh
yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.
Manifestasi klinis yang dirasakan dapat berupa:
polidipsi,poliuri,polifagia,penurunan berat badan,lemah,mengantuk
(somnolen),dan dapat timbul ketoasidosis.
B. Saran
Bagi ibu yang mengalami DMG perhatikan makanan
yang dikonsumsi dan sering-sering lah untuk memeriksakan kehamilan ibu ditempat
pelayanan kesehatan ataupun rumah sakit
DAFTAR
PUSTAKA
1. Bobak,Lowdermilk,Jensen
(2003).Buku Ajar Keperawatan Maternitas
edisi 4. Jakarta:EGC
2. Mitayani
(2009). Asuhan Keperawatan Maternitas.
Jakarta:Salemba Medika
3. Doenges E, Marilynn (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC
4. Mochtar, Rustam. Prof. DR(1989). Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi.
Edisi I.
Jakarta:EGC
5. Prawiroharjo, Sarwono (1976)Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina
Pustaka
Sesi
tanya jawab pada saat diskusi
Pertanyaan :
1. Diantara
klasifikasi DMG menurut
white yang mana yang paling sering terjadi pada ibu hamil??
2. Apa maksud dari keguguran kehamilan
yang tidak bisa dijelaskan?
Jawaban:
1. Yang
sering terjadi pada ibu hamil yaitu kelas D,E dan F. Dan berdasarkan umur.
2. Karena
terjadi kelainan syaraf pada panggul dan mungkin terdapat pada penelitian
sebelumnya.
Soal :
1. Seorang
perempuan berusia 28 tahun sedang hamil anak yang kedua dengan usia kandungan 16 minggu datang ke rumah
sakit PMC didampingi oleh suami nya,dengan keluhan pusing,kemudian mengeluh
selalu haus lebih dari seminggu ini
terjadi. Setelah di periksa, gula darah klien meningkat dan klien juga
mengatakan mempunyai riwayat diabetes dan kelahiran anak sebelumnya besar. Dari
kasus diatas penyakit yang tepat dialami oleh klien adalah?
a. Diabetes
Melitus
b. Diabetes
Melitus Gestasional
c. Diabetes
Melitus tipe I:IDDM
d. Diabetes
Melitus tipe II:NIDDM
2. Seorang
perempuan berusia 25 tahun sedang hamil 24 minggu datang ke rumah sakit PMC
didampingi oleh suami nya,dengan keluhan lemas, pusing,mual ,muntah dan terjadi
ketosis,kemudian klien selalu haus,dan rasa lapar meningkat serta mengantuk
yang berlebihan kaki mengalami edema. Setelah diperiksa Gula darah klien puasa
meningkat 110 mg/dl dan pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara
adekuat. Apa masalah keperawatan yang tepat pada kasus diatas ?
a.
Risiko tinggi cedera b.d
fluktuasi kadar glukosa darah
b.
Defisit pengetahuan b.d diet
diabetik
c.
Risiko cedera maternal b.d
perubahan kontrol diabetik
d.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna da menggunakan nutrien dengan tepat.
3. Apa
rencana intervensi perawat (mandiri) dalam mengatasi masalah yang terdapat pada
kasus klien diatas?
a. Kaji
masukan kalori dan pola makan klien dalam 24 jam
b. Sesuaikan
diet atau cara pemberian insulin untuk memenuhi kebutuhan klien
c. Kaji
kontrol diabetik sebelum konsepsi
d. Tentukan
hasil HbAlc setiap 2-4 minggu
4. Seorang
perempuan berusia 27 tahun sedang hamil,setelah dilakukan pemeriksaan ternyata
klien positif terkena penyakit DMG. Klien mengalami keluhan seperti
polidipsi,pliuri,polifagia,penurunan berat badan yang drastis,lemah dan sering
mengantuk dan timbul ketoasidosis. Dari kasus diatas dampak diabetes pada
kehamilan klien adalah?
a. Abortus
b. Partus
premarturus
c. Cacat
bawaan
d. Abortus
dan partus prematurus