Oleh
dr.H.K.Suheimi
Silatur Rahim Berasal dari kata Silat yang artinya menghimoun, atau
menghubungkan, menghubungkan yang terputus dan menghimpun yang terserak.
Kesuksesan seseorang terletak pada kemampuannya menjalin hubungan silaturrahim.
Suami yang sukses adalah suami yang mampu menjaga hubungan silaturahim dengan
istri. Ayah yang sukses adalah ayah yang mampu menjaga hubungan silaturahim
dengan anaknya. Pedagang yang sukses adalah pedagang yang mampu menjaga
hubungan silaturahim dengan pelangannya. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin
yang mampu menjaga hubungan silaturahim dengan bawahannya. Dan kesuksesasn
Rasulullah Muhammad s.a.w terletak
pada kemampuanya menjaga hubungan
silaturahim dengan pengikutnya.
Lihatlah ketika beliau jadi
pedagang sebelum jadi Rasul. Terkenal sebagai pedagang yang sukses, adalah
karena kemampuannya bersilatur rahim. Bagi pedagang orang yang paling penting
adalah pembeli atau pelanggan , karena pelanggan itulah yang akan memberi laba
dan keuntungan, semakin banyak pelanggan semakin besarlah laba, semakin besar
laba, semakin bisalah dia meraih sorga didunia.
Sesungguhnya mereka yang memberikan Kepuasan pada pelanggan , mereka
sebetulnya sedang menggapai sorga didunia dan sorga di akhirat. Cobalah lihat,
pelanggan yang puas, dia akan loyal dia tak akan beranjak dan tak akan pindah
pada yang lain. Jika pelanggan itu bertemu dengan temannya dia akan mengajak
temannya berbelanja di tempat pedagang tadi, maka pelanggan akan bertambah ,
dan labanya akan meningkat, dengan laba yang banyak dapat dia meraih sorga
dunia. Pelanggan yang puas akan
mendo’akannya sehingga terbuka pula pintu sorga akhirat. Dia menyadari yang
paling penting itu adalah pelanggan, maka segala fikiran segala usaha ditujukan
kepada bagaiman yang terbaik untuk pelanggan nya.
Sebagai dokter yang terpenting baginya adalah pasiennya, maka kepentingan
pasien senantiasa di utamakannya, maka dia akan jadi dokter yang sukses. Apapun
yang dikerjakannya adalah langkah-langkah yang menjurus bagaimana kepuasan
pelanggan nya.
Silatrurrahim, bukan silaturrahmi, karena rahim berbeda dengan rahmi. Rahim
artinya ksih dan saying atau alat kandungan, sedangkan Rahmi artinya usus, jadi
jika ada orang yang bersilaturahmi, sebetulnya dia sedang menyambungkan usus
dan usus, makanya acaranya di penuhi dengan makan dan makanan.
Kekuatan silaturahim terletak pada kemampuan seseorang merebut hati,
bagaiman cara dan kiatnya merebut hati pelanggan , merebut hati bawahan,
merebut hati rakyat, merebut hati kekasih, merebut hati anak, merebut hati
istri.
Makanya kita di seru agar setiap apapun yang akan di kerjakan awalilah
dengan menyebut Bismilahirahmannirrahim
Artinya ujung dari setiap pekerjaan kita itu adalah rahim, menjalin
ikatan kasih dan saying.
Maka agama kita menyeru bahwa yang termasuk dosa besar adalah memutus tali
silaturahim, dan amalan yang terbesar itu adalah merajut tali Silaturrahim.
Kalau ingin jadi pemimpin ingin
sukses tak lain dan tak bukan adalah dengan merebut hati siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Namun yang kejadian sekarang orang bukan berusaha merebut hati, tapi secara
kasat mata kita lihat, justru berebut kekuasan, berebut harta, dan berebut
wanita, sambil memutuskan tali Silaturrahim , Padahal sejarah selalu saja
membuktikan seseoarng justru jatuh hancur dan ambruk, bila dia dia tergiur dan
tergoda oleh tida ta yakni Tahta, Harta dan wanita
Kalaulah mereka tahu apa yang dibutuhkan orang sekarang ialah bagaimana
merebut hati, iberikanlah apa yang diingini, mudahkanlah kata Rasul, kamu akan
dimudahkan, lapangkanlah, kamu akan dilapangkan. Irhamu filardh yarhamkum
fisama' kasihanilah yang didunia maka
yang dilangit akan mengasihimu. Rasakanlah nikmatnya memberi dan rasakanlah
nikmatnanya tangan yang diatas..
Dalam suasana demikian selalu saja seseorang menyigi dan mengamati, apa
kebutuhan dan keperluan orang banyak. Disaat=saat seperti ini orang haus belai
kasih orang haus perhatian dan orang haus pertolongan. Dalam bentuk nyata orang
sekarang kekurangan darah dan orang haus akan donor darah.
Tiap sebentar kematian terjadi hanya di sebabkan kurang darah terlambat
datang pertolongan. Kadang-kadang darah dapat tapi orangnya sudah meninggal.
Pertanda kita peduli akan penderitaan orang lain lapangkanlah, tolonglah
nanti kamu akan dilapangkan , nanti kamu akan ditolong.
Saya iri kepada donor darah yang telah menyumbangkan darahnya sebanyak 150
kali, padahal saya baru 28 kali.
Setiap selesai jadi donor saya puas, karena setiap darah yang keluar
langsung akan di ganti. Begitu darah keluar 300 cc, maka sumsum tulang saya
akan aktif, limpa, hati dan semua organ akan giat bekerja memproduksi darah
sebagai penganti darah yang hilang. Darah yang diproduksi adalah darah baru,
lebih segar , lebih merah . Sehingga menimbulkan semnagat baru, gairah baru, dengan
muka yang menjadi lebih berona merah.
Dan dalam tiap tetes darah yang disumbangkan diiringi do’a kiranya setiap
tetas darah ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Bukankah semboyan PMI itu,
setetes darah adalah nyawa bagi yang sedang membutuhkan.
Agaknya melalui darah yang kita sumbangkan akan merekat tali slatirahim,
dalam tubuhnya mengalir darahku, mungkin kita setali, sesaudara dam darah yang
sama.
Saya teringat akan perempuan yang tiap bulan selalu mengeluarkan darah
50-70 cc. Jadi kira-kira 200 cc saban 3 bulan. Selama wanita itu masih haid,
masih mengeluarkan darah tiap bulan, maka selama itu wanita itu sehat. Begitu
dia berhenti haid atau menopause, maka bermacam-macam penyakit akan
menghinggapinya. Jadi kalau kita renung, seseorang akan menjadi sehat terasa
segar dan bugar dengan semangat yang tinggi bila dia selesasi menyumbangkan
darahnya.
Maka saya memasang niat dan selalu berusaha agar sekali 3 bulan pegi ke PMI
menjadi donor darah.
Barangkali itu yang bias saya sumbangkan. Kalau ada semboyan “berjuang
sampai tetesan darah yang terakhir, maka bagi donor darah dia berjuang mulai
dari tetesan darah yang pertama keluar dari tubuhnya, semoga dia mengikat tali
silturahim dengan darahnya
Saya teringat pesan guru saya “Kibarkanlah panji-panji kemanusian dibarisan
yang terdepan dengan darahmu”
Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman suci_Nya dalam Al-Qur'an Surat Ar Rahman Ayat 13
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”..